Chereads / Cinta Angie / Chapter 17 - Bab 16 : Hospital

Chapter 17 - Bab 16 : Hospital

Angie membanting pintu taksi dan segera berlari..

"Tunggu nona..,"teriak pak sopir taksi memanggil.

Angie berhenti berlari dan terengah-engah. Angie heran melihat pak sopir berlari kecil menghampirinya. "Ya pak?"

"Belum bayar nona.".

"Astaga lupa.. maafkan aku pak,"kata Angie menyesal. Buru-buru dicarinya dompet dalam tasnya. "Gawat." Angie menyeka keringat yang mengucur semakin deras di dahinya. Semua isi tasnya ditumpahkan di atas trotoar. Tidak ada. Dompet nya tidak ada.

"Pak maaf, sepertinya dompet saya ketinggalan di kantor. Besok bapak mampir di tempat perusahaan saya bekerja. Saya akan membayarnya. Maafkan saya ya pak. Saya terburu-buru, anak saya kecelakaan."

"Yah baiklah, apa boleh buat. Besok bapak akan menagihnya ke sana. Mestinya uang itu akan bapak pergunakan untuk membeli obat di rumah sakit ini juga. Anak saya sakit,"cerita pak sopir sedih, membuat Angie semakin merasa bersalah.

"Maafkan saya pak." Angie membungkuk meminta maaf.

"Tidak pa-pa. Kalau begitu, bapak permisi cari orderan dulu untuk beli obat."

"Terima kasih pak. Terima kasih."

Dengan cepat Angie memasukkan semua barang nya ke dalam tasnya. Kemudian berlari masuk ke lobi rumah sakit. Menoleh ke kanan dan kiri dengan panik, mencari bagian informasi.

"Suster.. suster tolong.. dimana Andrew Sanjaya dirawat?"

"Andrew Sanjaya.. dia dirawat di paviliun Anggrek no 234."

"Terima kasih."

----------

"Anggie.. disini..,"panggil seseorang yang melambaikan tangannya ke arah Angie. Angie bergegas menghampiri suara itu.

"Ethan, mana Andrew dan Andre?"desak Angie cemas saat sudah berdiri di dekat pria berjaket kulit hitam, yang bernama Ethan.

"Mereka di dalam. Andrew sedang tidur,"kata Ethan menenangkan Angie.

"Syukurlah,"kata Angie lega dan badannya langsung lunglai. Rasanya beban di bahunya terlepas mendengar putranya baik-baik saja.

"Andrew mendapat lima belas jahitan di dahi,"lanjut Ethan hati-hati.

Angie menghentikan gerakannya menyentuh gagang pintu kamar. Angie berbalik dan tercengang menatap Ethan. "Lima.. belas.. jahitan?"serunya tertahan dengan satu tangan menutupi mulutnya dan tangan yang lain membuat angka lima.

"Kulit kepalanya robek butuh jahitan karena terbentur trotoar. Gegar otak ringan."

"Ya ampun.."

Angie membuka pintu kamar rawat dengan panik. Dia harus segera melihat dengan kepala sendiri, memastikan bahwa Andrew baik-baik saja.

"Andrew..,"panggil Angie sambil membuka pintu. "Andrew baik-baik saja?" Angie berjalan cepat mendekati ranjang tempat anaknya terbaring dengan kepala terbalut kasa putih. "Sayangku.." Angie mengelus pipi Andrew yang tertidur dengan pulas.

"Ma.."

Angie mendongak dan mendapati Andre menghambur memeluk pinggangnya. "Sayangku.." Angie berbalik dan membalas memeluk putra satunya. "Andre baik-baik saja?"

"Ya ma. Andre tidak pa-pa."

"Baguslah,"kata Angie lega dan memeluk Andre sekali lagi dengan erat. Angie merangkul Andre dan meletakkan kepalanya di atas kepala Andre. Angie dan Andre memandang sedih Andrew yang terbaring lemah.

"Maddy, apa kata dokter?"

"Gegar otak ringan. Ada lima belas jahitan. Sekarang sedang tidur karena obat penenang. Andrew akan mengalami nyeri kepala selama beberapa hari. Jika muntah, kita harus menghubungi dokter,"jawab Maddy dengan suara menenangkan sambil menyentuh bahu Angie yang tegang.

"Astaga,"seru Angie tertahan sambil mengusap wajahnya. Hatinya teriris melihat kondisi Andrew terbaring lemah. "Andre, bagaimana Andrew bisa tertabrak?"tanya Angie lirih.

Maddy menggiring Angie dan Andre untuk duduk di sofa. Ethan meletakkan segelas air putih di tangan Angie dan meminta Angie segera meminumnya.

"Ada seseorang dan sebuah mobil yang menunggu kami di pintu gerbang sekolah."

"Siapa?"

Andre mengangkat bahu. Andre bersandar pada lengan Angie dan memeluknya. Angie mengecup sayang kening Andre.

"Aku dan Andrew sudah menolak beberapa kali, tetapi sopir mobil itu tetap memaksa kami untuk naik."

"Oya?" Alis Angie naik mendengar kejadian itu. Hatinya mulai menduga-duga siapa yang melakukan pemaksaan itu.

"Ya ma. Kami terus menolak sampai dibantu satpam sekolah. Akhirnya dia pergi, tapi saat di tengah jalan, sopir itu kembali mendekat dan memaksa kami ikut."

"Sepertinya aku tahu siapa pelakunya,"kata Angie pelan dan tangannya terus mengelus lengan Andre untuk membuat Andre dan dirinya sendiri merasa nyaman.

"Aku sudah meminta pihak sekolah untuk memberikan CCTV. Kita tinggal menunggu hasilnya."

Angie menatap Ethan dan mengangguk.

"Baiklah. Aku akan kembali ke markas. Jika ada kabar terbaru, aku akan segera memberikan kabar. Sampai jumpa." Ethan mengangguk dan keluar dari kamar.

"Lalu.. Bagaimana ceritanya mobil itu sampai menabrak Andrew?"tanya Angie penasaran.

"Mobil itu ternyata terus mengikuti kita berjalan kaki. Lalu ma... dia menjajari kita.. berteriak memaksa kita naik mobil itu. Lalu tiba-tiba saja.. ada kucing melompat ke kaca mobil yang membuat sopir itu kaget. Sopir itu membanting setir dan menabrak Andrew. Andrew langsung terlempar dan kepalanya membentur aspal. Darah nya banyak sekali ma.. Aku takut Andrew akan meninggal."

Andre menyelesaikan ceritanya dan terisak kembali. Angie membawa nya ke pelukannya sekali lagi.

Cklek..

Angie menatap pintu kamar yang terbuka. Addy dan suaminya, Sean masuk ke kamar.

"Andrew baik-baik saja?"tanya Addy menghampiri ranjang Andrew, melihat dengan teliti kondisinya.

"Kata dokter tidak pa-pa. Kita harus menunggu Andrew bangun untuk observasi lebih lanjut. Semoga semuanya baik-baik saja." Maddy menjelaskan dengan lembut.

"Amin."

"Kami sangat khawatir saat diberitahu Andrew kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit."

"Terima kasih semuanya."

"Tidak perlu sungkan."

"Aku harus pergi sebentar. Tolong jaga Andrew dan Andre." Angie melepaskan pelukan Andre di lengan nya dan berdiri.

"Kamu mau kemana, Angie?"tanya Addy, saudari kembarnya khawatir.

"Aku tahu siapa yang menyebabkan ini semua. Aku akan menemuinya."

Sean menghalangi langkah Angie. "Kamu yakin? Jangan sampai memfitnah seseorang."

"Yakin,"jawab Angie sambil mengangguk pasti.

"Baiklah. Aku akan menemanimu,"kata Sean sambil membuka pintu kamar rawat.

Ternyata ada tamu. Ada seorang pria berdiri disana membawa keranjang buah dan sekotak kue. Mata Angie melotot melihat tamu yang datang. Angie langsung menerjang tamu itu dan menariknya keluar kamar. Sean yang berada di dekat pintu kesulitan menangkap keranjang buah dan kotak kue yang berterbangan karena pemiliknya tiba-tiba diseret Angie.

Blam. Pintu kamar rawat tertutup.

"Halo Angie,"sapa tamu itu yang ternyata adalah Anton.

"Apa yang sudah kamu lakukan?"geram Angie menahan emosi.

"Aku? Aku sedang mengunjungi calon anakku yang kecelakaan,"jawabnya ringan sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

Angie menarik kerah kemeja dengan kasar. Mendekatkan wajah Aaron ke wajahnya sendiri. "Kenapa kamu menyakiti putraku?"

Anton terkejut melihat Angie yang menarik kemejanya. Kemudian dicengkramnya kedua tangan Angie dan dilepaskannya dengan mudah, lalu didorongnya Angie menjauh.

"Jangan bicara sembarangan." Anton merapikan kemejanya yang sedikit kusut karena ulah Angie.

"Kenapa kamu menyakiti putraku?"jerit Angie histeris.

"Angie, aku tidak menyakiti putramu. Sopir yang kusuruh menjemput si kembar, tidak sengaja menabrak salah satunya,"kata Anton menjelaskan dengan santai, seperti sedang menjelaskan menu apa yang akan dimakan malam ini.

"Aku bertanya padamu, kenapa kamu menyakiti putraku?"tanya Angie murka.

Tubuh Angie tertahan tangan Sean, saat ingin maju menerjang Anton lagi. Angie menoleh ke arah Sean dan iparnya itu menggeleng tidak setuju. Suara Angie terdengar sampai kamar, sehingga mereka semua keluar melihat apa yang terjadi.

"Kita bisa bicara baik-baik, Angie."

"Sekali lagi aku tanya, kenapa kamu menyakiti putraku?"jerit Angie frustasi.

"Awalnya aku ingin menjemput si kembar untuk makan siang."

"Untuk apa?"tanya Sean garang.

Anton menatap marah ke arah Sean. "Siapa kamu? Dan jauhkan tangan kotormu dari Angie,"seru Anton marah melihat pria lain menggandeng lengan Angie.

"Ini orang memang menjengkelkan,"seru Sean naik pitam, ingin maju meninju wajah Anton yang arogan.

Anton mengangkat bahu. Pandangannya dialihkan ke Angie yang sedang marah dan ingin mencakar dirinya. "Aku hanya ingin bicara dengan si kembar. Aku ingin mereka menerimaku dan membujukmu untuk menikah denganku."

Tiba-tiba Angie menjerit keras. Andre buru-buru memeluk Angie dari arah belakang. "Ma.. mama.."

Angie melepaskan tangan Andre dari pinggangnya dan maju perlahan mendekati Anton. "Aku sudah bilang, aku tidak mau menikah denganmu. Persetan denganmu dan apa maumu,"teriak Angie histeris. "Pergi dari sini."

Bersambung...