Chereads / Cinta Angie / Chapter 16 - Bab 15 : Sakit

Chapter 16 - Bab 15 : Sakit

Beberapa hari kemudian...

"Halo sayang.."

"Ma.. hiks.. huaaaa.. mama.."

Angie langsung panik mendengar Andre menangis keras, sesenggukan sampai tidak bisa bicara. Angie berdiri tiba-tiba hingga kursi yang semula di duduki nya, terjungkal ke belakang.

"Andre, jangan nangis dulu.. bilang ada apa? Andre.."

"Andrew ma.. Andrew di rumah sakit.. hiks hiks."

Mendengar tentang Andrew, Angie semakin panik. Sinta, sekretaris Aaron, terkejut dan segera menghampiri Angie. Angie yang menyadari Sinta disebelahnya, berpegangan pada lengannya. Sinta langsung merangkulnya.

"Andre sama siapa di sana?"

"Ma..mama Maddy."

"Berikan telponnya."

"Angie.." Terdengar suara lawan bicara Angie, membuat Angie menarik nafas lega karena si kembar tidak sendirian.

"Maddy, apa yang terjadi pada Andrew? Kenapa Andre menangis seperti itu?"

"Tenang dulu, Angie. Andrew tidak pa-pa. Sekarang kami ada di rumah sakit. Tadi pulang sekolah, Andrew tertabrak mobil..."

"A.. aa.. apa?" Suara dan tangan Angie gemetar saat menutup mulutnya. Takut dan cemas. Angie menoleh menatap Sinta untuk mencari dukungan.

"Tenang ya.. kita ada di rumah sakit Bhayangkara. Angie dengar.. kamu sedang panik, sebaiknya kamu naik taksi saja. Mobil tinggal di kantor. Aku tidak mau terjadi apa-apa padamu."

"Oh.. oke.. Naik taksi,"jawab Angie tegang. "Aku ke sana sekarang."

Telpon berakhir.

"Biar aku yang mintakan izin,"kata Sinta bersimpati.

"Tidak... Tidak perlu,"jawab Angie menepuk wajahnya agar tidak terlalu pucat, kemudian menarik napas panjang memenangkan hatinya yang kacau. "Biar aku sendiri yang minta izin, sekalian aku mau memberikan dokumen ini untuk meeting nanti malam."

Angie bergegas menyatukan kertas-kertas dokumen dalam sebuah map dan menutupnya dengan cepat.

Tok-tok-tok

Angie langsung masuk tanpa menunggu jawaban dari dalam.

Angie tertegun melihat pemandangan di depannya. Aaron dan wanita terbang itu sedang bermesraan di kursi kerja Aaron. Lisa si wanita terbang duduk dengan tidak tahu malu di pangkuan Aaron. Wajahnya menghadap ke atas dan Aaron mencium leher jenjang nya dengan rakus. Matanya terpejam menikmati cumbuan Aaron. Tak lupa tangan Aaron bergerilya ganas di belahan melon nya.

Begitulah pemandangan erotis yang tersaji, saat Angie menerobos masuk.

Mereka terkejut saat mendengar pintu tiba-tiba terbuka. Keduanya sontak langsung menjauh.

Namun saat mengetahui siapa tamu yang tak diundang, wanita terbang itu masih berlama-lama duduk di pangkuan Aaron dan mengecup bibir Aaron dengan mesra. Kemudian turun perlahan dan mendekati Angie.

Sedangkan Aaron.. Dia menyisir rambut dengan jemarinya, yang berantakan akibat ulah tangan Lisa. Aaron tersenyum simpul melihat Angie yang terkejut. Aaron duduk santai di kursinya, menyatukan kedua tangannya dan mengamati ekspresi Angie.

"Tempo hari, dia bilang tertarik padaku, perhatian padaku, bahkan sempat mencium bibirku, sekarang dia... bercumbu di kantor dengan pacarnya,"keluh Angie dalam hati. "Ternyata aku ini gampangan."

"Well.. well.. siapa ini?" Lisa memutari Angie dan memberi tatapan mencemooh. "Karyawan udik rupanya. Selain kampungan, ternyata juga tidak bisa mengetuk pintu. Sungguh hebat, tidak punya sopan santun,"komentar Lisan dengan sinis sambil memposisikan pantat nya di ujung meja kerja Aaron dan melipat tangan di dada.

"Ada perlu apa?"tanya Aaron datar dan serak, masih berusaha menetralkan napas nya yang tersengal dan bergerak gelisah di kursinya untuk menenangkan adiknya yang masih setengah berdiri, akibat ulah Lisa.

"Apakah kemarin dia hanya bermain-main denganku?"tanya Angie pada hatinya. Angie memandang Aaron dengan tidak percaya, bahwa dirinya begitu mudah dipermainkan. "Atau hanya aku yang berharap lebih?"

"Cepat katakan, ada perlu apa?"bentak Lisa yang merasa diabaikan.

Lisa menangkap ada sesuatu yang tidak beres antara Aaron dan Angie, dia pun melangkah ke belakang kursi Aaron dan merangkul Aaron dari belakang. Lisa mengecup perlahan leher Aaron, tangannya diusapkan pada dada Aaron berulang-ulang dengan lambat. Lisa merasakan Aaron mulai terangsang lagi. Selama mencumbu Aaron, Lisa mengamati raut wajah Angie yang pucat.

Angie memutar tubuhnya ke samping kanan sehingga pandangan nya tidak lagi tertuju pada Aaron yang sedang dicumbu Lisa. Angie menarik nafas gemetar dan memfokuskan pandangannya pada lemari arsip.

"Lisa, tolong hentikan dulu,"kata Aaron sambil meraih tangan Lisa yang mengelus dadanya, kemudian mengecup punggung tangannya.

"Maaf, kamu jadi melihat yang tidak seharusnya,"kata Aaron tersenyum simpul. "Bagus. Angie cemburu,"tambah nya riang, dalam hati.

Dengan mata tetap memaku mata Angie, ditepuk-tepuk nya punggung tangan Lisa dengan mesra. Senyum Lisa tersungging, meremehkan.

Sakit, itulah yang dirasakan Angie. Berusaha ditahannya air matanya yang berlomba untuk mengalir. Angie menunduk dan menarik napas gemetar. Dijaganya ekspresi wajahnya untuk tetap datar saat melihat mereka.

"Hatiku sakit,"keluhnya dalam hati. "Aku marah. Tapi apa aku berhak marah? Benarkah selama ini aku mencintai dirinya, sehingga aku cemburu pada wanita terbang itu? Atau..." Angie mendongak membalas tatapan Aaron dengan sendu. "Atau.. aku hanya mencintai kenangan dirinya yang bercinta denganku sepuluh tahun yang lalu?"tanyanya pada hatinya dengan sedih.

Kemudian Angie maju dan meletakkan map di meja kerja Aaron.

"Apa ini?"tanya Aaron heran. Tangannya melepaskan tangan Lisa yang semula digenggamnya dan mengambil map dokumen itu.

"Itu dokumen penting untuk meeting nanti malam dengan Pak Sukarno, pemegang saham terakhir yang akan bertemu dengan kita,"kata Angie menjelaskan dengan datar.

"Kamu.. tidak pergi?" Aaron ingin tahu.

"Tidak. Aku datang untuk minta izin pulang cepat hari ini. Ada keperluan..."

"Ck.. ck.. hebat sekali karyawan satu ini,"kata Lisa memotong penjelasan Angie. "Memberi tugas pada bos nya sedang dia sendiri santai di rumah.."

Angie hanya diam mendengar cemooh tidak penting itu.

"Lisa," tegur Aaron jengkel.

"Permisi pak. Saya pergi dulu."

"Hei tunggu.. dasar tidak sopan. Orang masih bicara, malah ditinggal pergi."

Blam. Pintu tertutup.

Aaron menghela napas kemudian menatap Lisa, wanita cantik yang sudah setahun belakangan ini berkencan dengannya. Aaron merasa lelah dengan Lisa.

"Lisa.. berapa kali aku harus bilang, jangan ikut campur urusan kantor,"tegur Aaron pelan sambil mengusap wajahnya.

"Aaron, kamu marah?"

"Pulanglah... dan jangan datang ke kantor lagi jika tidak ada keperluan penting. Kita ketemuan diluar kantor saja." Aaron berdiri, berjalan ke arah pintu lalu membukanya.

"Tapi..,"protes Lisa tidak percaya bahwa Aaron mengusirnya.

"Pergilah."

"Aku tidak terima, Aaron. Kamu mengusirku karena orang udik itu?!"teriak Lisa marah dan berderap keluar. "Lihat saja nanti, akan ku balas orang kampungan itu."

Setelah pintu tertutup, Aaron bersorak girang. "Yes.. yes... Berhasil,"teriak bahagia Aaron dengan suara tertahan.

Aaron tidak berencana menguji, apakah Angie punya perasaan padanya. Namun kedatangan Lisa ke kantor hari ini, membuat kesempatan Aaron semakin terbuka lebar untuk mendapatkan Angie. Kejadian menarik tadi, membuat Aaron yakin bahwa Angie juga tertarik padanya.

"Aku akan membuatnya jatuh ke pelukan ku." Aaron tersenyum misterius. "Angie pasti jadi milikku,"janji Aaron keras-keras.


Bersambung...