Chereads / Cinta Angie / Chapter 35 - Bab 34 : Mbah gogles

Chapter 35 - Bab 34 : Mbah gogles

Aaron membanting tubuhnya yang lelah di sofa apartemen dan meletakkan kedua kakinya di atas meja. Seharian Aaron terus memutar otak mencari cara bagaimana mengatasi Angie yang selalu menghindarinya. Bahkan saat dirinya minta maaf, Angie memaafkan nya sambil lalu.

Aaron menurunkan kakinya, lalu meraih dan membuka laptopnya untuk masuk ke mbah gogles. Jarinya sejenak berhenti di atas papan ketik, lalu memegang dagunya dan mengusapnya, berpikir apa yang hendak di carinya. Matanya menatap kosong ke arah layar.

Kemudian jarinya mengetik...

"Ca-ra mem-bu-juk pa-car eh salah.. belum jadi pacar,"katanya tergelak geli sendiri. "Ce-wek yang se-dang ma-rah. Oke."

Berbagai macam artikel muncul disana. "Ayo kita lihat,"gumamnya dengan mata meneliti sepintas lalu, kemudian kembali ke artikel yang paling atas. "Akui kesalahan dan minta maaf dengan tulus." Aaron membaca baris pertama. "Sudah kan tadi, tidak berhasil bro."

"Berikan penjelasan yang masuk akal. Hmm.." Aaron bersandar dan merentangkan kedua lengannya di sofa. "Penjelasan apa yang lebih masuk akal dari pada aku menciummu karena aku cemburu pada pria lain yang berkencan denganmu?" Aaron memandang langit-langit apartemen dan terlintas wajah Angie yang datar saat menerima permintaan maaf nya.

"Aduh, kebanyakan mikir jadi lapar aku,"katanya sambil berdiri dan berjalan ke arah kulkas. Aaron meneliti bahan makanan apa yang masih tersimpan di kulkas.

Telur nihil, susu ludes, roti tak ada, frozen food raib. Aaron tidak heran melihat isi kulkasnya, sebab dia memang belum sempat belanja. Ditutupnya kulkas dan dibukanya lemari penyimpanan diatas kompor. Dan tentu saja, makanan cadangan para bujangan sepanjang masa, selalu tersedia. Mie instan.

Tiga menit memasak mie instan dan dua menit berikutnya, Aaron sudah duduk kembali di depan laptop dengan sepiring mie instan lezat ditambah nasi putih.

"Nyam.. trik lain membujuk cewek yang sedang marah. Minta bantuan pada teman dekat. Nyam." Aaron menyeruput mie instan dengan nikmat. "Siapa teman dekat Angie?"tanyanya pada diri sendiri. Aaron mengangkat bahu.

Aaron meletakkan piringnya yang sudah hampir habis. Jarinya melayang lagi di atas papan ketik. "Cara meluluhkan hati cewek yang lagi ngambek. Weleh-weleh... isinya juga tidak jauh beda dengan yang tadi. Payah,"omelnya sambil berdiri, membawa piring bekas makan malam dan mencuci nya di bak cucian.

Sambil bersiul, Aaron melepas kemeja, celana panjang, dan celana dalamnya lalu melemparnya sembarangan pada box cucian yang sudah menumpuk tinggi menunggu untuk segera dicuci. Malas, itu yang selalu dikatakannya jika harus mencuci pakaian. Andai stok pakaian di lemari tidak kosong, seumur hidup dirinya tidak akan menyentuh mesin cuci.

Dengan telanjang seperti bayi yang baru lahir, Aaron berkeliaran di dalam apartemen nya. Mengambil handuk baru di rak setrika yang beruntungnya masih tersisa satu potong, pakaian dalam di lemari dan celana kolor di gantungan jemuran. Langkahnya terhenti saat melewati cermin besar full satu body. Aaron berbalik dan bercermin.

"Hmm.. Ternyata wajah ganteng ku ini tidak kalah dibandingkan Danny Beckhand, sebelas dua belas bahkan tiga belas juga boleh,"puji nya narsis sambil mengelus dagunya yang sedikit bercambang. "Dada oke, cukup bidang untuk wanita yang ingin bersandar manja pada ku." Aaron menepuk dadanya, bangga.

"Cuma ini-ini yang bikin aku turun level,"gerutunya sambil mengelus perutnya yang mulai membulat. "Kemana perginya perutku yang six pack?" keluhnya sambil menepuk perut one pack nya. "Oke, nanti cari waktu buat fitnes deh."

Mata Aaron terus menelusuri tubuh bawahnya, aset pribadinya yang dibanggakan nya. Tangannya dengan reflek menggenggam milik pusakanya dan mengurutnya perlahan. "Ayo sayang, kita lakukan ritual pijat urut di kamar mandi, biar kamu bertambah besar dan kekar, jadi bisa selalu memuaskan wanita kesayanganku. Kita harus selalu siap sedia jika suatu hari pasangan sejati mu muncul,"celetuknya ngawur, kemudian tangan nya membentuk pistol lalu menembak bayangannya di cermin besar itu.

Setengah jam kemudian, Aaron sudah segar dengan handuk di leher, rambut belum kering sepenuhnya, dan bertelanjang dada. Aaron kembali duduk di sofa dengan laptopnya di pangkuannya kemudian melanjutkan searching lagi.

"Loh, kok koneksi terputus?"serunya kesal. "Tanggal berapa ini? Dua puluh lima,"gerutunya sambil melihat kalender bergambar cewek bikini one piece. "Pantes." Aaron berdiri, mengambil dompet, kunci apartemen, dan tidak lupa menyambar kaos yang disampirkan di sandaran kursi meja makan, lalu keluar untuk bayar langganan WiPi.

Tidak sampai satu jam, Aaron sudah membuka pintu apartemen nya sambil membawa satu kresek penuh camilan malam. Aneka snack mulai dari keripik kentang, biskuit coklat, permen setengah kilo, yoghurt, susu strawberry, dan roti tawar untuk sarapan besok pagi.

Dibukanya keripik kentang dan dipangkunya laptopnya. "Ayo kita searching lagi." Setelah memakan beberapa keripik, dibersihkan nya jarinya dengan tisu. Kemudian Aaron mulai mengetik..

"Ca-ra me-mi-kat ha-ti wa-ni-ta. Enter." Aaron mengklik tombol enter dan muncul sejumlah syarat. Mata Aaron membaca dengan cepat.

"Menjadi diri sendiri, itu aku. Teman ngobrol yang asyik, jika orang nya mau diajak ngobrol. Dingin nya gunung di kutub selatan masih kalah dengan Angie yang super dingin,"gumamnya mengomentari setiap syarat, sambil terus menscrol layar ke bawah. "Memberikan pujian yang tulus, itu pun kalau pujianku tidak dianggap nya sebagai rayuan gombal. Ck..ck.. merepotkan sekali."

Aaron meraih permen di meja, membuka bungkus nya dan melemparkan nya ke dalam mulut. "Lanjut. Sikap sopan, jika di depan banyak orang. Tapi kalau berduaan, inginnya langsung terkam. He.. he.." Aaron menggaruk tengkuk nya sambil tergelak geli.

"Kita coba cara yang lain,"gumamnya sambil mengetik sebuah kalimat. "AHA, ini yang aku cari. Lima ide kencan ala drama korea. Satu, kencan sambil makan es krim di taman kota. Dua, pergi ke taman hiburan. Hmm, not bad,"komentar Aaron sambil mengangguk-angguk.

"Tiga, belanja di supermarket. Kayak sudah suami istri saja, belanja bulanan. Empat, main sepuasnya di fun places. Sudah lama aku tidak main disana, sudah expired kartuku. Lima, piknik di taman. Hadeh, kok tidak ada yang sreg ya,"keluh Aaron sambil menutup laptopnya.

Aaron berdiri dari sofa dan melangkah ke dapur. Segelas air dingin dari kulkas diambilnya dan ditegak nya hingga ludes. "Oya..,"serunya sambil meletakkan gelas nya dengan sedikit terbanting dan segera berlari ke arah tas kerjanya diletakkan, mencari ponselnya. "Aku coba tanya Sony, siapa tahu dia punya ide untuk mengejar Angie."

"Ponsel.. ponsel.. dimana dia?"gumamnya sambil merogoh semua sudut tas. Diangkat nya sebuah ponsel yang dari penampilan sudah sepantasnya masuk mesin daur ulang. "Aku lupa. Pantas dua hari ini, dirimu tidak pernah berisik."

Aaron melempar ponsel rusak nya ke atas meja sambil berpikir. Keduanya tangan nya berkacak pinggang dan matanya menatap tajam ke arah ponsel itu. Tidak lama kemudian, senyumnya mengembang.

"Aku punya ide."

Bersambung...