Chereads / Cinta Angie / Chapter 37 - Bab 36 : Panik

Chapter 37 - Bab 36 : Panik

"Makan."

Angie melotot dan langsung refleks menutup mulutnya saat melihat makanan yang ada di meja. Nasi soto ayam. Sambil menutup mulutnya, Angie menatap Aaron yang menggerutu pelan sambil menarik kursi di depannya lalu duduk.

"Mati aku,"keluh Angie bergumam sambil menahan mual dan membenturkan kepalanya di meja makan.

"Kenapa reaksi heboh mu begitu? Tidak suka soto?" tanya Aaron ketus, dirinya tidak terima melihat reaksi Angie yang berlebihan saat melihat menu makanan yang dipilihnya. Angie mendongak menatap Aaron yang cemberut dan dengan tangan yang masih menutupi mulutnya, Angie menggeleng-gelengkan kepala.

"Makan,"perintah Aaron tidak bisa di ganggu gugat. "Tidak makan tidak balik kantor."

Angie mengangguk lemas, perlahan diturunkan tangannya dan menatap nasi soto ayam itu dengan pandangan nanar. Sebenarnya Angie tidak menolak nasi soto ini, tapi oh tapi... "Ini semua gara-gara Andre. Aku jadi benci soto. Sudah dua minggu lebih, menu makan malam di rumah ataupun sewaktu pergi, selalu bertema soto,"gerutunya dalam hati.

Angie, Andrew, dan Pak Sanjaya, satu rumah sudah mbelenger dengan yang namanya S-O-T-O. Soto Lamongan, Soto Betawi, Soto Banjar, Soto Makassar, Soto Ambengan, Soto Kudus. Mulai dari yang berkuah bening hingga kuah full santan, jangan lupakan aneka lauk yang dapat dipikirkan tentang soto. Soto ayam, soto daging, soto ceker, soto jerohan, hingga soto sumsum.

Rasanya butuh seabad lagi untuk bisa menyantap masakan bertema soto dengan nikmat. Dan usut punya usut, ternyata masakan aneka soto itu adalah makanan kesukaan cewek yang sedang ditaksir Andre. Punya kesamaan dengan cewek yang disukai adalah ambisi terbesar Andre saat ini. Angie hanya bisa geleng-geleng kepala melihat Andre kumat nyeleneh nya.

Angie yang begitu muak mencium aroma soto saat ini, perutnya langsung menolak keras dan rasa laparnya menjadi hilang seketika. Diletakkannya kembali sendok dan garpu nya di meja.

"Pak, aku mau ke toilet dulu." Aaron mengangguk sambil memakan suap pertamanya.

Soto ayam adalah salah satu makanan kesukaan Aaron. Dia ingin menikmati nya bersama Angie, wanita yang menarik hatinya. Aaron menghela napas panjang. Angie benar-benar susah untuk didekati. Aaron mau tahu makanan kesukaannya saja, setengah mati bikin rambut rontok.

Satu hari penuh, Aaron sudah merencanakan kencan ini. Jalan-jalan di mall lalu makan kesukaan masing-masing, lebih bagus lagi jika punya makanan favorit yang sama. Tapi, sepertinya tidak berjalan mulus sesuai rencana.

Tiba-tiba...

"Om Aaron..."teriak nyaring seseorang. Aaron tertegun mendengar suara itu. Saat dirinya menyadari ada seseorang yang memanggilnya, orang itu sudah ada di dekatnya dan memeluk erat lengannya. Kepalanya diletakkan bahu Aaron. "Aku kangen."

Aaron langsung tersedak air liurnya sendiri melihat seorang gadis yang tidak dikenalnya, bergelayut manja di lengannya. "Hei.. hei.. siapa kamu?"tanya Aaron panik melihat seorang gadis menempel begitu erat padanya. "Lepaskan tanganmu, jangan main peluk-peluk orang."

"Om Aaron,"rajuknya sambil memanyunkan bibirnya.

"Kamu kenal aku?"tanya Aaron bingung karena tidak merasa punya kenalan seorang anak baru gede.

"Tentu saja kenal,"jawabnya manja. "Lusi sedih nih.. Om kok lupa sama aku?"rajuknya. Aaron mengamati gadis itu. Sedikit familiar, tapi otaknya sedang lemot loading nya.

Whatever lah, lebih penting mengusir gadis abege ini. "Kamu siapa?"

Cup.

Sebuah kecupan ringan dan cepat di bibir nya, membuat mata Aaron terbelalak dan memundurkan badannya sejauh yang dia bisa, karena lengannya masih dipeluk erat oleh gadis ini.

Aaron menutup bibirnya yang dikecup cewek aneh itu. "Astaga,"seru Aaron panik dengan suara teredam tangannya. "Aku bisa disangka berbuat mesum di tempat umum. Ini cewek kenapa main peluk dan cium sembarangan sih," rutuknya dalam hati.

Mata Aaron bergerak liar mencari pertolongan. "Angie ada dimana sih? Cepetan balik,"gumamnya resah.

"Om Aaron, cari siapa sih, kenapa melihat ke sana kemari?"gerutu gadis abege itu cemberut.

"Hei nona, please lepaskan tanganku,"kata Aaron resah sambil mendorong kepala gadis maniak itu dengan jari telunjuknya. "Dilihat orang, tidak baik."

"Tidak mau. Aku tidak peduli dengan orang lain. Sudah lama, aku tidak bertemu om Aaron. Aku kangen." Gadis itu semakin mengetatkan pelukannya hingga Aaron bisa merasakan dua gundukan lembut di lengannya.

"Gawat,"gumamnya menggigit bibir bawahnya saat menyadari adiknya mulai bangun. Aaron kembali mendorong kepala gadis itu dengan selembut mungkin, takutnya jika terlalu kuat nanti terjadi kekerasan.

"Angie, cepatan balik." Itu adalah jeritan hatinya saat ini.

Sementara itu, di toilet.

Angie cemberut sambil menopang dagu dan duduk di kloset yang tertutup. Angie sedang memikirkan bagaimana cara menyantap nasi soto ayam itu dengan nikmat di depan Aaron.

"Haish.. kenapa mesti soto sih?"omelnya sambil memukul-mukul pahanya dengan kepalan tangannya. "Kan masih banyak pilihan makanan yang lain. Rawon kek, Nasi uduk atau nasi campur, rujak kek, nasi ayam bebek tempe tahu penyet plus lalapan juga oke. Kenapa harus soto?"

Angie langsung terdiam saat mendengar ada beberapa cewek yang masuk toilet. Mereka cukup berisik membuat Angie enggan meneruskan semedi nya. Angie berdiri dan diguyur nya air di kloset lalu mengambil tas.

"Mana Lusi?"

Angie mendengar seseorang bertanya pada temannya, saat dirinya merapikan pakaian dan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Dia melihat pacar masa depan masa depan nya di area foodcourt. Dia mau menyergap pria itu. Katanya kali ini dia tidak akan melepaskan om kesayangannya itu."

"Dasar cewek ganjen."

"Apa kamu tahu siapa pria itu?"

"Tidak."

"Nama?"

"Kalau tidak salah, Lusi memanggilnya dengan sebutan om Aaron."

Tangan Angie berhenti di atas kunci bilik toilet saat mendengar nama Aaron disebut. "Aaron?" Angie menatap tajam pintu bilik itu seakan bisa menembus dan menatap para cewek penggosip.

Angie menggelengkan kepala, mencoba menghilangkan pikiran buruk. "Mungkin Aaron yang lain, kan nama Aaron juga banyak yang punya,"gumamnya sambil bersandar pada pintu bilik.

"Kenal dimana?"

"Di bar beberapa waktu yang lalu."

"Hei.. hei.. apa kamu tahu kalau Lusi pingin om Aaron yang...."

Angie menempelkan telinganya di pintu bilik untuk mendengarkan gosip.

"Kenapa berbisik?"

"Benar. Disini cuma ada kita doang."

"Jangan salah. Ingat pepatah kuno yang mengatakan bahwa dinding itu bertelinga dan siapa tahu yang mendengarnya sekarang... adalah... makhluk tak kasat mata."

"Aaaakkkhhh..." Mereka tiba-tiba menjerit barengan membuat Angie kaget dan mengelus dada.

"Kyaaaaaa..."

"Jangan nakut-nakutin."

"Dasar bodoh."

"Ayo cepat keluar dari sini."

"Tung.. tunggu aku."

Brak... Pintu toilet tertutup... Sunyi...

Angie keluar dari bilik saat suasana sudah senyap. Dia mencuci tangannya dan menggelengkan kepala mendengar pembicaraan heboh tadi. "Memang menyenangkan masa muda,"kata Angie pada bayangan nya sendiri di kaca.

Blam..

Angie berjalan balik ke mejanya. Matanya terpaku melihat Aaron sedang duduk dan dipeluk seorang gadis muda. Dilihat dari kejauhan, keduanya seperti orang sedang kasmaran.

"Masa sih?"tanyanya pada dirinya sendiri. Gosip yang didengarnya di toilet, tidak mungkin benar kan?

Semakin dekat, Angie berdiri di dekat meja dan mengangkat sebelah alisnya. Keduanya terlihat akrab. Tapi mungkin saja, yang digosipkan cewek-cewek tadi memang benar Aaron yang dia kenal.

"Pak Aaron, siapa dia?"

Bersambung...