Chereads / Kawin Kontrak Mafia / Chapter 10 - Episode 10 : Masalah Perjanjian Pernikahan

Chapter 10 - Episode 10 : Masalah Perjanjian Pernikahan

Selama dua hari aku sama sekali tidak tidur, mataku terus terjaga di temani beberapa botol wine yang aku habiskan sendiri. Aku masih tidak percaya San yang aku cinta dan aku percaya malah tega membunuh ayahku sendiri karena tidak ada restu dari ayah, padahal kalau aku yang memohon ayah akan mendengarkanku agar ayah merestui hubungan kita. Aku sendiri masih bingung kenapa semua memanggil San itu ketua mafia mesum padahal saat bersamaku dia tidak pernah melakukan apapun kepadaku.

Stress dan kecewa aku rasakan saat ini, ditinggal ayah, ibu, dan ibu tiri membuatku tidak memiliki siapapun untuk kembali pulang. Walaupun aku mempunyai kakak kandung tapi karena kesalahan kakakku membunuh ibu tiriku yang membuatku belum bisa memaafkan kakak kandungku.

Cekreeekk

Terdengar suara pintu kamarku terbuka lebar, tanpa memperdulikan siapapun itu aku terus meneguk sisa botol wine yang ada digenggamanku. Tiba - tiba ada seseorang yang merebut botolku dengan paksa yang membuatku sangat marah

"Kembalikan!!!" protesku kesal, aku menatap orang yang di sampingku dengan kesal. Ingin sekali aku melihat siapa yang mengambil botolku tapi mataku tidak bisa menatapnya dengan benar

"Kamu kenapa malah minum - minuman seperti ini. Kamu seorang wanita tahu!!!" protes Han kesal

"KEMBALIKAN!!!"

"Enggak!!!"

"KEMBALIKAN...!!!"

"Enggak ya enggak!!!"

"Kamu kenapa ikut campur urusanku!!"

"Kamu istriku jadi aku berhak mengaturmu!!!"

"Istri? Istri dari mana? Aku hanya pembantumu buat apa kamu mengaturku!!!" teriakku kesal

"Kamu kenapa minum seperti ini?"

"Kamu tidak mengerti aku jadi diamlah!!"

"Aku harus tahu!!!" teriak Han kesal

"Kalau kamu mau ambil saja sana!!" gerutuku keluar kamar dengan sempoyongan

"Kamu mau kemana?"

"Bukan urusanmu!!"

"Apa yang kamu lakukan di balkon?"

"Bukan urusanmu!!!" gerutuku berusaha memanjat pagar

"Kamu gak boleh melakukan itu!!!" protes Han menarikku

"Lepasin, kenapa sih mengurusi urusanku!!!"

"Turun enggak!"

"Enggak mau!!!"

"Apa sih kalian teriak - teriak!!!" protes Sony masuk ke dalam kamar

"Lihat tuh adikmu habis berapa botol terus sekarang apa yang akan dia lakukan" gerutu Han terus menarikku

"Hmmm..." desah Soni berjalan kearahku

"Kamu bisa lepaskan dia" gumam Soni menarik tanganku dan aku terjatuh di pelukan Soni

"Kenapa kamu disini? Pergi sana!!" gerutuku kesal

"Kamu ini masih saja ngebandel" desah Soni memelukku erat

"LEPASIN!!!"

"Huussstt diem, kakak sudah lama loh enggak memelukmu seperti ini adikku sayang" gumam Soni memelukku erat, pelukan Soni yang nyaman membuatku menangis kencang

"Menangislah adikku, kakak tahu kamu sangat tertekan. Jangan khawatir kakak selalu ada di sampingmu, apa kamu mengerti?" desah Soni pelan dan aku mengangguk pelan

"Lain kali jangan lakukan ini lagi ya!"

"Aku mau ikut ayah ibu" desahku pelan

"Enggak boleh...Kamu harus terus hidup. Kalau kamu meninggalkan kakak, nanti siapa yang akan menemani kakak?" gumam Soni pelan

"Hmmm..." desahku pelan

"Kakak tahu kakak salah membunuh ibu tiri, tapi kakak lakukan ini untuk kebaikanmu adikku... Kakak tidak mau kamu mengalami hal yang sama seperti yang kakak alami dahulu. Apa kamu mengerti?"

"Untuk kebaikanku? Apa maksud kakak?"

"Kamu tahu kan ayah sangat menyayangi kita?"

"Ya... Lalu?"

"Karena sayangnya ayah kepada kita berdua yang membuat ibu tiri melampiaskan kekesalannya kepada kakak, saat kakak tidak ada di rumah ibu ingin sekali memarahimu dan menyalahkanmu tapi dia tidak bisa melakukannya karena ayah selalu melindungimu, jadi di setiap malam dia selalu di kamarmu tapi belum sempat membunuhmu ayah selalu mempergoki kelakuan ibu tiri. Apalagi Ayah sering bercerita kepada kakak tentang kematian ibu kandung kita dan kelakuan ibu tiri kita, itulah kenapa kakak mendengar adikku hampir dibunuh membuatku kesal..." desah Soni pelan

"Siapa yang membunuh ibu?" tanyaku terkejut

"Ibu tiri yang membunuhnya, ibu tiri hanya ingin kekuasaan dan kekayaan ayah saja, tapi tidak ibu tiri sangkakalau semua kekayaannya di berikan kepada kita berdua makanya ibu tiri ingin menyingkirkan kita"

"Hmmm..." desahku pelan

"Kamu sudah mengerti kan alasan kakak melakukan itu, kamu boleh membenci kakak tapi kamu sama sekali tidak boleh meninggalkan kakak"

"Kalau itu alasannya, aku tidak membenci kakak" gumamku pelan

"Benarkah?"

"Ya kakak, kalau Sani tahu dari awal pasti Sani akan ikut kakak"

"Hmm jadilah gadis polos untuk kakak saja, kamu tidak perlu ikut - ikut"

"Gak mau, apa yang kakak lakukan aku juga ikut!!"

"Hmmm baik - baik... Tapi tidak untuk saat ini, kamu gak boleh jadi mafia"

"Aku tidak ingin, tapi aku punya rencana tersendiri untuk membalaskan dendam kematian ayah" gumamku pelan

"Rencana? Apa itu?"

"Aku tidak ingin memberitahukan kepada kakak, aku hanya ingin memastikan dahulu dengan mata kepalaku sendiri kalau San yang membunuh ayah dan juga aku masih penasaran kenapa semua orang menjuluki San itu ketua mafia mesum..." gumamku pelan

"Nanti di pertemuan para petinggi perusahaan aku akan menunjukkannya kepadamu" gerutu Han menatapku kesal

"Kakak ... Gak mau sama itu orang... Takut" gumamku membenamkan wajahku di dada bidang Soni

"Haaaaann..."

"Apa?"

"Kamu beraninya membuat adikku takut!!"

"Aku tidak melakukan apapun!!"

"Tatapanmu membuat adikku takut tahu!!"

"Iiih sok tahu"

"Semua orang takut kepadamu karena tatapanmu tau... benar kan adikku?" aku hanya mengangguk pelan

"Adikku masih muda jadi dia sering manja seperti ini, kalau kamu tidak bisa membuatnya bahagia mending aku bawa pulang saja adikku!!"

"Tidak boleh!!!" protes Han menarikku kepelukannya

"Dia milikku dan tetap menjadi milikku!!!" protes Han memelukku erat

"Kalau sampai membuat adikku seperti ini lagi, aku bisa membatalkan pernikahan itu dan membawa pulang adikku" gerutu Soni dingin sambil berjalan pergi meninggalkan kamarku. Aku merasakan Han memelukku erat bahkan membuatku tidak bisa bergerak sama sekali

"Maafkan aku Sani kalau aku selalu membuatmu takut selama denganku. Maaf aku memarahimu. Maaf aku tidak mengerti tentangmu" gumam Han pelan

"Hmmm..."

"Apa kamu mau memaafkanku?"

"Ya, tidak masalah"

"Benarkah?"

"Ya..." desahku memejamkan kedua mataku

"Kamu kenapa?"

"Aku mengantuk"

"Kalau begitu aku akan menemanimu..."

"Tidak perlu"

"Tidak apa, aku ingin menjagamu saja. Takutnya kamu melakukan hal itu lagi dan Soni memarahiku lagi" gumam Han membaringkanku di tempat tidur

"Hmmm.." desahku membelakangi Han

Aku tidak tahu kenapa sikap kekanak - kanakku muncul saat bersama kakakku, padahal aku sudah berusaha menghilangkannya tapi masih saja tidak pernah hilang. Sikap manja selalu menjadi ciri khasku kalau bertemu dengan kakak apalagi kalau kakak memelukku seperti itu.

Aku sesekali meliik Han yang sedang bermain handphone, aku tidak tahu perasaanku saat ini kepada Han. Mencintai? Tidak juga, cemburu melihat Han dengan wanita lain? Bisa dibilang iya bisa dibilang tidak. Perasaanku kepada Han campur aduk, kalau aku benar - benar mencintai Han aku bisa saja mengakuinya tapi aku tidak mau aku malu kalau tahu Han tidak memiliki rasa kepadaku

"Kenapa kamu mau lakukan itu?"

"Karena ingin saja"

"Oh benarkah?" gumamku menatap Han yang sedang memainkan handphonenya

"Ya..."

"Pasti ada alasan lain kan?"

"Tidak ada..."

"Hmmm..." desahku merebut handphone Han

"hei kenapa mengambil handphoneku!!"

"Aku tadi tadi bertanya kamu hanya menjawabnya cuek!!"

Jari tanganku tidak sengaja memencet tombol kembali dan muncul fotoku saat masih sekolah di walpaper handphonennya

"Tunggu... Ini kan aku?" tanyaku terkejut

"Apa sih!!" gumam Han merebut kembali handphonenya dan membelakangiku

"Hayo kamu ternyata diam - diam memfotoku ya" sindirku menatap Han yang menyembunyikan mukanya di bawah bantal

"Enggak..."

"Halah kelihatan banget bohongnya... Ngaku gak?" sindirku menyingkirkan bantalku dari wajahnya dan terlihat wajah merah Han

"Enggak, aku enggak melakukannya"

"Kalau bohong aku ikut kakak loh..."

"Ja... Janganlah"

"Makanya ngaku.."

"Eee... Mmm I.. Iya, aku memfotomu" gumam Han menutupi wajahnya dengan kedua tangannya

"Kenapa kamu lakukan itu?"

"Aku hanya ingin saja"

"Masa? Beritahu aku alasanmu!"

"Enggak mau"

"Beritahu..."

"Aku gak mau kamu marah"

"Aku menentangmu saja tidak berani apalagi memarahimu" desahku pelan

Dengan sedikit demi sedikit kedua tangan Han terbuka dan terlihat wajahnya yang memerah, Han mendorongku ke arah tempat tidur dan menatapku serius. Genggaman tangan Han di tanganku terasa snagat kuat membuatku hanya bisa menatap wajahnya dari atas

"Apa kamu benar - benar ingin tahu?"

"Ya.." Han mencium bibirku sambil menggenggam erat tanganku, perilaku Han seperti orang yang terlalu rindu kepada seseorang

"Itulah jawabanku"

"Haaah? Itu apa? Kamu hanya menciumku aja loh!!" protesku kesal

"Ya pokok itu jawabanku" gumam Han pelan, aku mencoba memikirkan apa yang dimaksud Han dan dipikiranku hanya ada satu kata yang terlintas jelas

"Apa kamu mencintaiku?" gumamku serius tapi Han malah menciumku kembali

"Ya, aku mencintaimu aku ingin menikah denganmu"

"Kenapa kamu ingin menikah denganku?"

"Karena aku mencintaimu, udah itu aja. Aku tidak peduli kamu akan mencintaimu atau tidak yang penting aku sudah mengatakan sejujurnya kepadamu" desah Han melepaskan genggaman di tanganku dan kembali berbaring membelakangiku

"Tapi kan kedua kakakmu?"

"Aku tidak peduli, apapun yang menjadi milikku harus menjadi milikku" gumam Han pelan

"Hmmm, mencintai seseorang tidak semudah membalikkan telapak tangan"

"Aku tahu, aku tidak ingin memberitahukanmu saat ini. Tapi terlanjur ketahuan olehmu mau bagaimana lagi..." desah Han pelan

"Apalagi kedepannya pasti akan banyak wanita yang mendekatiku bahkan bermanja kepadaku seperti Linda dan Nana atau bahkan melebihi itu"

"Ya wajar saja kamu tampan dan kaya, siapa yang tidak tergila - gila kepadamu" gumamku berbaring dan membelakangi Han

"Kamu sudah tahu kan apa perasaanku kepadamu. Kalau suatu saat nanti ada wanita yang mendekatiku apa kamu akan marah?"

"Marah ya? Tegantung, kalau kamu tidak merespon tidak masalah tapi kalau kamu merespon ya sudah aku akan sangat marah tanpa kamu ketahui"

"Kamu tidak boleh marah istriku, aku hanya mencintaimu. Kalau kamu tidak percaya dengan cintaku, akan aku buktikan kepadamu kalau aku mencintaimu"

"Membuktikan?" Bagaimana caranya?"

"Ya akan ku berikan semua yang aku punya untukmu"

"Semua? Tunggu dulu!!! Apa maksudmu?" tanyaku terkejut

"Ya seluruh harta, kekuasaan atau bahkan tubuhku akan ku berikan kepadamu"

"Heeh apa kamu gila? Aku hanya istri kontrakmu"

"Kalau yang semula menjadi istri kontrak tapi menjadi istri sesungguhnya bagaimana?"

"Mmmm mana bisa seperti itu!!!" protesku kesal

"Aku mengatakan yang sesungguhnya" gumam Han menunjukkan perjanjian pernikahan di layar handphonenya

"Tunggu? Perjanjian pernikahan?" tanyaku terkejut

"Ya benar, tapi masih belum dikatakan surat nikah sih. Hanya perjanjian untuk mengikatmu tetap di keluarga Li saja"

"Haah itu sama saja kontrak" desahku pelan

"Tidak, kalau kontrak hanya aku yang diuntungkan tapi kalau pejanjian itu kamu yang lebih diuntungkan"

"Haah? maksudnya?" gumamku menatap Han terkejut

"Ya kakakmu meminta beberapa syarat kepadaku kalau aku membuat salah satu kesalahan bisa saja kakakmu yang akan membatalkannya apalagi kakakmu snagat membela kamu"

"Syarat? Syarat apa aja itu?"

"Banyak... Suatu hari nanti kamu akan tahu..." desah Han kembali membelakangiku

"Kenapa kamu tidak mau memberitahukanku?"

"Sani, kamu cantik dan banyak yang menginginkanmu suatu hari nanti apalagi kamu tahu akan hal itu kan. Ya sama denganku kita sama - sama disukai oleh lawan jenis. Jadi suatu hari nanti kita akan melakukan suatu kesalahan, dengan adanya pejanjian itu aku ataupun kamu tidak bisa membatalkannya atau mengingkarinya kalau salah satu diantara kita mengingkarinya kita akan mendapatkan hukuman. Apalagi yang bisa membatalkannya hanya Soni, kamu dengar kan dia bilang apa barusan" desah Han pelan

"Hukuman apa?" tanyaku terkejut

"Hukuman ringan paling kita akan disiksa kakakmu dan hukuman yang menyedihkan kita akan dibunuh oleh kakakmu"

"Kita? Maksudnya kalau aku melakukan kesalahan kamu juga akan mendapatkan hukuman?"

"Ya benar, apalagi kamu tahukan kakakmu kalau sudah kesal dia suka menyiksa orang bahkan tanpa ragu membunuhnya" desah Han pelan

"Hmmm ya aku tahu" desahku pelan

"Itulah kenapa aku selalu mendidikmu keras agar kamu berubah menjadi yang lebih baik apalagi kakakmu yang memintanya"

"Hmmm kenapa kakak mau menyetujui perjanjian pernikahan itu?"

"Aku tidak tahu, intinya aku atau kamu tidak melakukan kesalahan. Kalau kamu melakukan kesalahan aku tidak masalah mendapatkan hukuman tapi kalau aku yang salah, aku tidak ingin kamu melihatku tersiksa" desah Han pelan

"Kenapa bisa seperti itu? tanyaku terkejut

"Ya itu salah satu hukumannya. Kalau aku melakukan kesalahan, kakakmu akan menghukumku dengan siksaan kejam dari kakakmu"

"Lalu kalau aku yang melakukan kesalahan?"

"Seharusnya kamu dan aku yang mendapatkan hukuman itu. Tapi aku meminta Soni agar aku yang menggantikanmu mendapatkan hukuman itu agar kamu tidak menderita" gumam Han pelan

"Kenapa kamu lakukan itu? Itu namanya tidak adil!!" protesku kesal

"Kan sudah aku katakan, aku tidak mau membuatmu menderita..."

"Tapi kamu yang membuatku menderita melihatmu disiksa kakak, aku pernah melihat kakak menyiksa temannya sampai temannya mati saat kakak masih remaja. Kalau itu terjadi kepadamu, aku yang akan menderita Han" desahku membenamkan wajahku di punggung Han

"Ya aku tahu kalau itu.. Tapi ya mau bagaimana lagi"

"Kalau begitu aku akan meminta kakak membatalkannya"

"Tidak boleh!!!" gumam Han berbalik dan menatapku dingin

"Kenapa tidak boleh?"

"Karena dengan adanya itu aku akan selalu ingat batasanku dengan wanita lain dan aku akan selalu ingat kalau aku haus menjaga perasaanmu" desah Han pelan

"Hmmm... Terserah kamu" gumamku pelan

"Sudahlah jangan kamu pikirkan, kata kamu kamu mengantuk jadi tidurlah besok kita harus berangkat ke pertemuan itu aku tidak ingin kamu sakit" gumam Han memelukku erat

"Ya..." desahku memejamkan mataku dan mulai terlelap

Aku tidak menyangka Han benar - benar mencintaku dan dia rela melakukan perjanjian pernikahan dengan konsekuensi hukuman yang berat seperti itu. Kakakku memang baik tapi kalau dia kesal atau marah, kakakku bisa berubah menjadi seorang psikopat. Kalau aku tahu seperti ini, aku harus benar - benar menjaga perilakuku apalagi pasti akan ada banyak mata - mata mafia kakak diluar sana