Chereads / Kawin Kontrak Mafia / Chapter 9 - Episode 9 : Pelaku Pembunuhan Ayah

Chapter 9 - Episode 9 : Pelaku Pembunuhan Ayah

Selama perjalanan pulang ke rumah, Rina terlihat sangat kesal. Dia seperti sangat membelaku untuk menikah dengan Han. Tapi yang masih aku bingungkan kenapa tiga laki - laki di keluarga Li ini sangat ingin menjadikanku istri mereka?

Melihat Han bersama dengan Nana membuat perasaanku bercampur aduk, aku tidak ingin sampai aku jatuh cinta dengan keluarga Li ini. Disaat aku melamun, aku terkejut saat mobil yang kami kendarai berhenti dengan tiba - tiba, aku menatap ke arah sopir

"Ada apa pak?"

"Kita terjebak es nona"

"Oh kalau begitu saya bantu"

"Tidak perlu nona, di luar sangat dingin"

"Tidak apa..." gumamku segera turun dan mendorong mobil

Tidak aku sangka suhu di luar sangat dingin bahkan membuatku menggigil kedinginan, dengan sekuat tenaga aku mendorong mobil itu. Aku terus mebdorong dan mendorong mobil itu sendirian, dan akhirnya beberapa menit kemudian aku berhasil membuat mobil keluar dari bongkahan es itu

"Huuhh..." desahku masuk kembali ke dalam mobil

"Kakak ipar tidak apa?"

"Tidak apa kok" gumamku menahan dingin

Aku menatap jendela mobil dan melihat salju yang turun deras di sekitar kami, aku melihat wajah kesal Rina dari kaca. Wajah yang terlihat seperti sangat kesal dan aku hanya terdiam saja

"Kenapa kakak ipar menatapku seperti itu?" gumam Rina pelan

"Tidak ada, hanya penasaran saja. Kenapa kamu membelaku seperti itu?" gumamku menahan dingin

"Aku percaya sama kakak ipar dan kakak ipar sangat peduli denganku. Aku tidak mau punya kakak ipar seperti mereka berdua" desah Rina pelan

"Hmmm jangan seperti itu, namanya orang pasti beda Rina"

"Tapi aku gak mau kakak ipar, aku maunya punya kakak ipar sepertimu" gumam Rina pelan

"Hmmm ya siapapun yang dipilih kakakmu kamu harus menerima ya"

"Tapi Rina tidak mau kehilangan kakak ipar"

"Aku tidak akan kemana - mana kok, Rina tetap aku anggap adikku kok" gumamku tersenyum

"Hmmm" desah Rina memelukku erat

Aku mengakui Rina aku anggap adikku sendiri, apalagi selama aku di keluarga Li hanya Rina yang baik kepadaku dan mau menemaniku dimanapun aku pergi. Rina terus memelukku sampai kami sampai di rumah. Suhu di luar sangat dingin, kami pulang lumayan malam karena ada kendala jalanan yang sangat licin dan tadi terjebak di bongkahan es yang membuatku harus mendorong mobil sendirian

Sesampainya dirumah Rina langsung pergi ke dalam ruang perapian sedangkan aku hanya berjalan pelan ke kamarku sambil menahan dingin. Aku tidak mau mengikuti Rina, aku ingin istirahat dan tidak ingin bertemu dengan siapapun

aku mengganti pakaianku dan merebahkan tubuhku di tempat tidur, aku sangat kedinginan apalagi tadi aku sedikit membantu sopir mendorong mobil yang terjebak salju yang tebal. Aku ingin mengambil air hangat di dapur tapi aku tidak kuat bergerak. Kaki dan tangan sangat kedinginan

Aku berusaha untuk tidur tapi aku tidak bisa memejamkan mataku dengan benar, badanku terus bergemetar bahkan bibirku juga bergemetar. Aku menatap pintu kamar yang terbuka pelan dan masuk seseorang ke dalam kamar, aku menatap dia yang hanya seperti sebuah bayangan yang datang.

Tangannya yang hangat tertempel di dahiku seperti panas api yang berusaha melelehkan sebongkah es, aku membuka mataku dengan lebar dan melihat Han berdiri di sampingku

"Ka... Kamu kenapa kemari malam - malam" gumamku menahan dingin

"Aku memang setiap malam kemari melihat keadaanmu" gumam Han menaruh seember air di bawah tempat tidur

"Apalagi sopir memberitahuku kalau kamu tadi mendorong mobil di tengah badai salju" desah Han pelan

"Kenapa kamu melihat keadaanku, aku baik - baik saja" gumamku membelakangi Han

"Hmm janganlah begitu, tubuhmu kedinginan. Kenapa kamu tidak keperapian?"

"Aku tidak mau bertemu siapapun"

"Hmmm apa kamu cemburu?"

"Cemburu buat apa juga, aku hanya pembantumu selama lima tahun buat apa aku cemburu" gerutuku kesal

"Hmmm jangan ngambek gitu..." desah Han menggoyang - goyangkan lenganku

"Kenapa kamu memainkan tanganku?" gumamku pelan

"Badanmu kedinginan, nanti kamu sakit kalau tidak segera di hangatkan" gumam Han meletakkan kain yang telah di basahi air hangat dan meletakkannya di dahiku

"Tidak perlu, aku baik saja... Haaattcciiimmm"

"Kamu sudah flu kan, hmmm" desah Han berbaring di sebelahku dan memelukku erat

"Ke.. Kenapa kamu berbaring di si... Haaattccuuu"

"Aku suamimu jadi gak usah protes"

"Aku protes lah!!!"

"Protes kenapa? Apa kamu cemburu?" gumam Han dengan wajahnya yang memerah

"Enggak, aku gak cemburu... Buat apa aku cemburu!" gerutuku kesal

"Kalau cemburu bilang saja istriku, aku suka kamu cemburu kepadaku"

"Kenapa kamu suka?" tanyaku bingung

"Kalau kamu cemburu berarti kamu benar - benar mencintaiku" gumam Han tersenyum manis kepadaku

"Tidak kok..." gumamku pelan

"Jangan berbohong, wajahmu merah loh" gumam Han memelukku erat

"Eng..."

"Udah bilang aja gak usah malu seperti itu"

"Hmmm..." desahku mengalah, aku masih tidak ingin punya rasa dengan salah satu anak laki - laki dari keluarga Li ini

"Aku sama sekali tidak punya rasa dengan Nana, jadi kamu jangan cemburu istriku"

"Kalau kamu tidak ada rasa kenapa kamu memberikan dua wanita itu hadiah dan makan bersama di hari natal!!" protesku kesal

"Kenapa tidak denganku..." desahku pelan

"Hmmm akhirnya kamu mengakuinya kalau kamu cemburu kan?"

"Enggak, aku gak cemburu!"

"Kalau enggak kenapa kamu memarahi aku istriku" gumam Han mengelus rambutku

"Udah lah lupain aja, kalau kamu mau tidur dikamarmu ini silahkan tidur saja dengan Nana. Aku bisa tidur di manapun!!" gumamku melihat Nana berdiri di depan pintu kamarku

"Aku tidak mengijinkanmu kemanapun istriku!!" gumam Han memelukku erat

"Ada Nana disini!! Aku gak mau mengganggu kalian berdua"

"Aku tidak peduli, kamu harus disini menemaniku!!" gumam Han serius

"Aku gak mau, aku mau tidur di..." protesku tapi tiba - tiba Han mencium bibirku lembut yang membuatku terkejut

"Ke... Kenapa kamu menciumku!!" protesku kesal

"Aku tiap malam selama kamu tinggal bersamaku aku selalu menciummu kok"

"Selama tinggal denganmu? Ja.. Jadi apa yang kamu lakukan saat aku tidur?" tanyaku terkejut

"Aku hanya menciummu aja tidak lebih dari itu" gumam Han pelan

"Kalau benar seperti itu, kamu mengambil ciuman pertamaku!!" ucapku terkejut

"Kalau memang begitu baguslah, ciuman pertamaku juga aku berikan kepadamu"

"A.. Apa? Apa kamu bercanda? Kamu pernah tidur dengan Linda apa aku percaya dengan perkataanmu!!!" protesku berusaha mendorong Han

"Yang kemarin? Itu bukan kamarku"

"Bu... Bukan kamarmu?" tanyaku terkejut

"Ya itu kamar si bawahanku Wan Zi, karena kami keluarga Li tidak menginginkan Mereka berdua dan bawahanku menginginkannya jadi ya kami sepakat memberikan mereka berdua kepada bawahanku" gumam Han mengelus rambutku

"Lalu kenapa Nana ada disini?" gumamku menatap ke arah pintu tapi tidak menemukan Nina di sana

"Dia akan tinggal sekamar dengan bawahanku malam ini, apalagi malam ini malam natal..."

"Sekamar? Emang mau ngapain?" tanyaku terkejut

"Ya kamu pasti tahulah apa yang akan dilakukan laki dan perempuan dalam satu kamar"

"Jangan - jangan kamu juga!!"

"Aku? Tidak lah, aku menjagamu ngapain aku melakukannya sekarang"

"Hmmm lalu kenapa Linda memelukmu dari belakang dan kamu makan bersama dengan Nana!!" protesku kesal

"Dia hanya bilang makasih saja, dia masih anak - anak jadinya ya manja kayak gitu. Dan aku tidak makan biasa dengan Nana, aku hanya mengurus sesuatu hal dengan dia"

"Hal apa?" tanyaku penasaran

"Suatu perjanjian"

"Perjanjian apa?"

"Kamu tidak perlu tahu"

"Aku ingin tahu!!!"

"Kalau begitu beri aku satu ciuman nanti aku beritahu"

"Hmmm" desahku mencium Han dan Han hanya tersenyum malu

"Udah ceritakan!!" gumamku menahan muka maluku

"Ya perjanjian untuk tidak menyakitimu, tidak melukaimu, menyerahkan semua aset milikku dan miliknya aja"

"Pasti bukan itu kan?" gerutuku pelan

"Memang kami melakukan perjanjian itu"

"Aku tidak percaya, emang kamu kira aku anak kecil yang mudah di bohongi!!" protesku kesal

"Hmmm, kamu tahu juga ya... Ya aku melakukan perjanjian masalah dunia mafia saja"

"Masalah apa?" tanyaku penasaran

"Ya kalau kamu pernah terjun di dunia mafia pasti kamu akan tau masalah apa yang aku maksudkan"

"Apa kamu akan melakukan perang dengan seseorang?"

"Yups benar sekali"

"Dengan siapa?" tanyaku penasaran

"Mmm ada banyak sih nama - nama orang di listku tapi yang jelas San juga"

"Kenapa kamu akan melakukannya?" protesku kesal

"Apa kamu tidak ingin membalaskan dendammu?"

"Dendam? Dendam apa?" tanyaku bingung

"Apa kamu tidak tahu ayahmu mati terbunuh?"

"Ohh aku memang tahu tapi aku tidak tahu siapa yang membunuhnya" desahku pelan

"San yang membunuhnya"

"A... Apa? Apa kamu bercanda?" teriakku terkejut

"Ya, kata mata - mataku. Setelah kejadian itu ayahmu di bawa oleh San, awalnya ayahmu di rawat dengan baik tapi saat San meminta restu untuk meminangmu, ayahmu tidak menyetujuinya. Karena kesal San membunuh ayahmu dengan kejam"

"Be.. Benarkah?" tanyaku terkejut, aku tidak percaya San bisa setega itu kepada ayahku. Kalau apa yang dikatakan Han benar, aku akan benar - benar membalaskan dendam atas kematian ayahku

"Istriku kamu menangis?" gumam Han mengusap air mataku yang menetes di pipiku

"Mmm tidak kok, aku hanya kelilipan saja" gumamku berusaha kuat

"Kalau ingin menangis ya menangislah, jangan di pendam seperti itu" gumam Han memelukku erat

"Hmmm..." desahku membenamkan wajahku di dada bidang Han

"Han apa kakak tahu tentang ini?"

"Ya, dia sedang ada rapat dengan beberapa mafia tertinggi"

"Melawan San dengan bantuan mafia tertinggi?" gumamku terkejut

"Yang kami lawan bukan hanya San tapi organisasi pemberontak yang dipimpin San"

"Organisasi pemberontak? Apa itu?"

"Kamu tidak tahu?" tanya Han terkejut

"Aku sudah tidak di dunia mafia semenjak lulus sekolah" gumamku pelan

"Kalau begitu kamu tidak boleh tahu, jadilah gadis polos untukku saja" gumam Han pelan

"Beritahu Han, aku penasaran!!"

"Nanti kalau sudah waktunya aku ceritakan kepadamu"

"Hmmm... Kenapa kamu dari tadi tersenyum seperti itu?" gumamku pelan

"Mmm tidak ada kok. Oh ya kamu tidurlah. Aku ada pekerjaan yang harus aku lakukan" gumam Han meninggalkan kamarku.

Aku beranjak dari tempat tidur dan mengambil beberapa wine yang aku simpan di tempat rahasiaku. Mengetahui ayahku terbunuh oleh orang yang aku cintai membuatku stress dan sangat kecewa, aku tidak menyangka San melakukan itu. Rasa kesal, dendam, dan marah bercampur aduk di hatiku. Memang aku hanya marah dan kesal kepada kakakku karena telah membunuh ibu tiriku. Tapi kalau ayah kandungku sendiri dan satu - satunya tempatku pulang di bunuh oleh seseorang, aku akan kesal, marah, dedam, dan ingin sekali aku membalaskan dendam atas kematian ayah itu