Hidup sebagai istri kontrak Han tidaklah mudah, awalnya aku selalu mendapatkan hukuman dari Han karena aku selalu lalai, telat bangun, merusak barang milik Han, dan juga terlupa akan sesuatu hal yang sangat penting. Tapi karena hukuman Han yang kejam itu aku berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dan juga belajar menjadi seorang istri yang sesungguhnya agar aku bisa melaksanakan tugasku dengan baik selama 5 tahun kedepan
Pagi ini aku terbangun lebih awal, aku memasak makanan khusus untuk Han dan aku juga tidak lupa untuk menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan oleh Han selama mengikuti pertemuan itu, apalagi Han memiliki banyak agenda di bulan ini dan pasti kami akan jarang pulang ke rumah.
Setelah semua makanan dan pakaiannya sudah siap, aku sedang mencuci piring. Tidak lama kemudian tiba - tiba Han masuk ke dalam ruang makan dan duduk di mejanya. Dia mengambil makanan yang aku buat itu dan memakannya sendiri tanpa mengajakku makan ataupun basa basi berbicara denganku. Perutku sangat lapar tapi mau bagaimana lagi aku tidak bisa makan bersama dengan Han dan aku harus makan jika Han tidak di rumah. Dari samping aku melihat wajah Han terlihat sangat lelah dan seperti sedang menahan sakit
"Aaaauuuu..." rintih Han pelan, melihat Han kesakitan aku segera menghampirinya
"Apa kamu terluka?" gumamku mencoba menyentuh tangan Ha
"Jangan sentuh!!!" teriak Han keras
"Aku hanya ingin mengobatinya saja, darahmu sampai mengenai pakaian" gumamku pelan
"Ya sudah terserah kamu" gerutu Han kesal
Aku segera mencari kotak obat dan segera mengobati tangan Han. Di tangan Han aku melihat luka goresan yang lumayan dalam, aku mengobati tangan Han dengan obat merah dan membalutnya dengan perban
"Sudah... Besok jangan lupa ke dokter. Aku akan melakukan pekerjaanku yang lain lagi" desahku pelan
Kruuuccuuukkk
Terdengar suara perutku berbunyi keras yang membuat Han terus menatapku dengan tatapan dinginnya. Tatapan dingin dan kejam yang membuat semua orang merinding jika melihatnya, aku bergegas pergi tapi Han menggenggam erat tanganku
"Tunggu..." gumam Han dan aku tertunduk diam
"Kamu semalam tidak makan?" ucap Han menatapku dingin, ini pertama kalinya Han menanyakan tentang keadaanku. Aku mendukkan kepalaku dan menggelengkan kepalaku pelan
"Kenapa kamu tidak makan disaat aku pergi?"
"Aku... Aku..."
"Bilang saja aku tidak akaan marah"
"Aku belum makan" gumamku pelan
"Kalau begitu kamu harus makan"
"Nanti saja, makanlah terlebih dahulu"
"Ini perintah!!" teriak Han kesal
"Ba... Baiklah" gumamku terduduk di kursi depanku
Aku segera mengambil makanan di depanku dan melahap makanan itu, aku sama sekali tidak berani melihat Han apalagi jarak antara aku dan Han sangat dekat. Aku sama sekali tidak berani untuk berurusan dengan laki - laki dingin di sampingku ini
"Apa semua sudah kamu siapkan?" gumam Han meletakkan alat makannya
"Sudah semua" gumamku pelan
"Setelah makan kita berangkat.."
"Baiklah, aku juga selesai.." gumamku pelan
"Gantilah pakaianmu itu, biarkan piring itu di bersihkan oleh pembantu yang lain. Aku tunggu di bawah" gumam Han berjalan meninggalkan ruang makan
"Baiklah..." desahku berjalan menuju ke kamar untuk mandi dan berganti pakaian
Setelah aku berganti pakaian, aku segera turun ke lantai bawah untuk menemui Han. Di tangga aku melihat Han yang sedang terduduk santai sambil memainkan handphonenya
"Sudah siap?"
"Ya..." desahku pelan
"Oh baiklah" desah Han berjalan keluar rumah menuju ke mobil pribadinya dan aku mengikuti Han dari belakang dan duduk di sebelah Han
Mobil perlahan bergerak meninggalkan rumah dan berjalan menuju ke pusat kota. Selama perjalanan aku hanya diam menatap pemandangan yang ada di luar. Matahari yang sudah muncul diatasku yang menandakan waktu sudah hampir siang, di sepanjang jalan Han sedang sibuk dengan handphonenya sedangkan aku hanya menatap keluar jendela.
Tepat di lampu merah aku melihat ada seorang laki - laki tampan yang sedang terduduk di dalam mobil sebelah mobil Han. Kami saling bertatapan dengan waktu yang sangat lama, wajah tampan dan rambut coklat tua serta sebuah anting di sebelah kanan mengingatkanku terhadap San, kekasihku yang dahulu. Aku dan laki - laki itu sama - sama menurunkan kaca mobil, wajah terkejut sangat terlukis dengan jelas di wajahnya "SANI?" itulah kata yang terucap di bibirnya dengan wajah sedikit sedih aku berusaha tersenyum kearahnya. San melemparkan sesuatu kearahku dan tersenyum manis, aku tidak tahu apa arti senyuman itu.
Saat lampu sudah di warna hijau dan mobil sudah berjalan, aku hanya terdiam dan kembali menutup jendela mobil dengan cepat. Aku tidak menyangka bisa bertemu dengan San disaat seperti ini, San yang sekarang sangatlah tampan dan juga sepertinya dia sekarang sudah sukses seperti janji kita berdua dahulu. Walaupun aku sekarang bisa kemungkinan besar kembali dengan San karena aku hanya kawin kontrak saja, tapi aku tidak seratus persen yakin San bisa menerimaku kembali. Aku mengambil nafas dalam - dalam dan menundukkan kepalaku
"Ada apa?" tanya Han menatapku
"Tidak ada..."
"Apa kamu baru bertemu dengan seseorang yang kamu kenal?" gumam Han melirik mobil San yang ada di belakang mobil kami
"Tidak..."
"Apa kamu sedang tidak enak badan?"
"Tidak, aku baik - baik saja" gumamku pelan
"Hmmm..." desah Han kembali memainkan handphonenya
Pikiranku saat ini sangat kacau apalagi aku baru saja saling bertatapan muka dengan San, saat ini aku sangat mencintai San dan benar - benar mencintainya. Aku terus memegang kertas yang dilemparkan San kepadaku, aku sangat ingin tahu apa isinya. Tapi untuk saat ini tidak mungkin apalagi ada Han di sebelahku jadi aku harus menyembunyikannya dari Han
Tidak beberapa lama kemudian kami sampai di sebuah gedung pencakar langit di kanan jalan, sopir memarkirkan mobilnya lalu Han keluar dari mobil dan aku segera mengkutinya dari belakang menuju ke ruang rapat yang sudah disediakan. Di dalam ruang rapat aku melihat laki - laki muda berdiri dengan senyum ramah di bibirnya, senyuman lebar itu membuat aku terkejut kalau Han kali ini rapat dengan temanku saat sekolah dulu. Laki - laki itu tersenyum ramah ke arahku dan sedikit menggumamkan bibirnya pelan.
Aku mencoba mengamati gerakan bibirnya yang sangat cepat itu dan baru sadar kalau laki - laki itu mengatakan "Tidak aku sangka bisa bertemu denganmu, wanitaku". Walaupun aku tahu yang dia katakan tapi aku berusaha tidak mengatakan apapun dan hanya terdiam. Laki - laki ini bernama Leo, seingatku dia adalah penerus perusahaan Lan dan penerus mafia milik ayahnya. Saat kami masih bersekolah, San dan Leo sering memperebutkanku tapi San selalu menang dan selalu tidak ingin melepaskan aku untuk orang lain
"Selamat siang tuan, terimakasih tuan Han berkenan datang" gumam Leo membuyarkan lamunanku
"Ya ..."
"Silahkan duduk tuan dan nona" gumam laki - laki itu tersenyum dingin, senyuman dingin itu menandakan dia sangat ingin mendapatkan sesuatu. Aku hafal dengan gerak gerik Leo tapi aku sendiri masih sangat asing dengan gerak gerik San saat itu
"Terimakasih" gumam Han dingin
"Sebelumnya perkenalkan saya, Leo pemilik perusahaan Lan. Disini saya ingin melakukan kerjasama perusahaan dengan perusahaan Li milik tuan Han. Semua proposal sudah saya berikan kepada tuan beberapa hari yang lalu, bagaimana dengan kerjasama kita tuan?" ucap Leo ramah
"Sebelum itu, coba presentasi terlebih dahulu agar tuan Han bisa yakin untuk bekerjasama dengan anda" gumamku ramah
"Baiklah..." desah Leo beranjak dari tempat duduknya
"Terimakasih tuan Han sudah mempersilahkan saya untuk mempresentasikan materi proposal saya, sabelumnya saya akan menjelaskan sedikit tentang perusahaan saya.... Perusahaan Lan bergerak di bidang perusahaan elektronik terbesar di Korea. Di setiap tahunnya perusahaan kami selalu memiliki keuntungan besar dan jarang mengalami kerugian..." ucap Leo menjelaskan dengan serius
Aku melihat Han yang sedang serius memperhatikan Leo yang sedang menjelaskan di depan. Penjelasan Leo mengingatkan saat kami sedang pelajaran presentasi dulu. Gaya penyampaian dan gaya bahasanya sangat khas milik Leo yang membuatku sangat rindu masa sekolah. Aku menundukkan kepalaku dan menahan air mataku agar tidak keluar, aku sangat rindu San dan rindu teman - temanku yang lain. Aku ingin kembali dimasa dimana aku bisa hidup bebas tanpa tekanan dan penderitaan seperti ini
Selama Leo presentasi aku hanya terdiam dan melamun tentang masa lalu, selama aku bersama dengan Han aku sering sekali melamun hal - hal yang tidak penting
"Baiklah, itu presentasi singkat dari saya..." gumam Leo menyadarkanku dari lamunanku
"Mmm bagus juga presentasimu" gumam Han menepuk tangannya keras
"Ya, saya juga masih belajar tuan..." gumam Leo kembali terduduk di kursinya
"Pantas saja tuan Lan mempercayakan perusahaan terbesarnya ini kepadamu" gumam Han dingin
"Baiklah, saya terima kerjasama ini" gumam Han dingin
"Oh benarkah? Kalau begitu, tuan bisa tanda tangan kerjasama di lembar proposal paling belakang" gumam Leo tersenyum senang dan Han langsung menandatanganinya
"Nih udah" gumam Han menutup proposal itu
"Terimakasih tuan"
"Kalau begitu kami permisi dulu" gumam Han menjabat tangan Leo dengan wajah dinginnya
"Ya terimakasih telah bekerjasama tuan..."
"Dan terimakasih untuk anda juga nona" gumam Leo menjabat tanganku.
Saat tanganku menjabat tangannya, aku terkejut di tangan Leo tersisip sebuah kertas kecil yang entah bagaimana dia bisa mengelabuhi Han saat berjabat tangan dengan Han. Dengan wajah tersenyum, Leo sedikit mengedipkan mata kirinya kearahku. Aku segera memasukkan kertas itu dan sedikit membungkukkan badanku ke arah Leo
"Terimakasih juga tuan" gumamku pelan
"Baiklah, kami akan pergi sekarang" gumam Han berjalan mendahuluiku dan aku segera menyusul Han yang sudah ada di depanku
Hari ini aku diberi dua kertas oleh dua orang yang dulu pernah menyukaiku. Aku sangat ingin membukanya tapi aku takut kalau ketahuan Han dan Han membacanya. Ya kalau isi dari kertas itu cuma kata - kata tidak penting tidak apa, kalau kata - kata penting pasti aku akan dapat hukuman lagi. apalagi Han pernah mengancamku kalau aku melakukan kesalahan lagi kontrak kami akan di perpanjang, aku tidak mau itu terjadi...