Kejadian satu tahun yang lalu masih teringat di ingatanku, kejadian yang sangat menyakitkan sekaligus menyedihkan bagiku. Kejadian yang membuat masa depanku hancur bahkan masa depan cintaku dengan San juga tinggallah kenangan. Aku masih ingat bagaimana aku melarikan diri dari beberapa orang asing yang memasuki rumahku dengan membawa senjata di tangannya. Rasa takut, khawatir, dan sedih bercampur jadi satu saat itu.
Aku berlari dan terus berlari di malam itu, petir terus menyambar membuat lorong ruangan yang aku lalui menyala remang - remang. Suara langkah kaki beberapa orang yang sedang mengejarku sangat menggema di telingaku. Takut? Ya aku sangat takut. Aku mencoba mencari ayah dan ibu tapi aku tidak menemukan mereka dimanapun. Aku terus berlari dan mencoba mencari tempat persembunyian untuk bersembunyi dari beberapa orang asing itu. Saat melewati ruang kerja ayah tanpa berpikir panjang aku masuk dan melihat dari jendela yang ternyata telah banyak orang yang berjaga di sekeliling rumahku
"CEPAT CARI DIA!!!" teriak seorang laki - laki dari luar
"Astaga..." desahku melihat disekelilingku dan aku melihat ada lemari usang di pojok ruangan
Aku mencoba bersembunyi di dalam lemari usang yang berada di sudut ruangan kerja ayah itu, telingaku terus mendengar seorang laki - laki yang terus memanggil namaku dengan keras
"SANI... SANI"
"Dimana kamu anak nakal?"
"Kemarilah mari bermain bersama! Aku ada mainan baru loh!!!"
Suara yang sangat berat dan dingin di sekitar ruang kerja ayah ini. Setiap kali ada orang yang berada di ruangan ini aku selalu menahan nafasku agar mereka tidak mengetahui keberadaanku. Aku takut mereka menculikku, aku terus berdoa dan berharap agar semua cepat berlalu tapi ternyata harapanku sirna. Aku melihat seorang laki - laki yang membuka pintu lemari dan menatapku dingin
"Akhirnya aku menemukanmu, Sani!" ucap laki - laki itu bernada dingin. Tangannya menarik tanganku keluar ruangan, genggaman yang sangat kuat membuat tanganku sangat kesakitan. Aku mencoba melepaskan genggamannya tapi semua sia - sia saja
"To.. Tolong lepasin aku..."
"Diamlah jangan berisik!!"
"Apa yang kalian inginkan?"
"Kamu akan tahu sendiri..."
Laki - laki itu terus menarikku dengan kuat, aku menahan rasa sakit di tanganku dan kakiku terus tersandung karena cepatnya langkah kaki laki - laki di depanku ini. Laki - laki itu terus menarikku menuruni tangga yang gelap di lantai dasar rumahku. Di tangga ini aku mendengar suara seorang laki - laki yang terus memohon meminta ampunan, aku menatap lantai bawahku tapi aku tidak melihat siapapun hanya melihat banyak orang yang berdiri dengan senjata di tangannya
"Tolong tuan jangan bunuh istriku"
"Ini taruhanmu, apa kamu lupa dengan taruhanmu sendiri?" gumam seorang laki - laki yang terduduk di kursi
"Biarkan aku saja yang menggantikan istriku"
"Menggantikan? Nyawa kalian tidak sama dengan penderitaan yang aku alami selama ini..." gumam seorang laki - laki berdiri dengan jubah yang menutupi wajahnya
"Maafkan aku kalau aku masih tidak mampu menjadi orang tua yang baik untukmu"
"Maaf? Hanya maaf saja?"
"Ayah tahu kamu masih kecil saat itu dan tidak sepatutnya ibumu mengusirmu... Tapi ... Berikanlah kami waktu uuntuk memperbaiki semuanya"
"Sudahlah aku capek bernego denganmu orang tua... Langsung saja" gumam laki - laki dingin itu dan aku mendengarkan suara tembakan yang sangat keras
Doooorrrr
Tiba - tiba lantai di bawahku mengalir sebuah cairan kental dan saat petir bergemuruh aku melihat cairan di bawahku adalah darah milik ibuku. Di depanku aku melihat ayah yang menangis keras yang membuatku tanpa sadar mampu melepaskan genggaman tangan laki - laki itu dan berlari kearah mayat ibuku
"Ibu... Ibu bangun ibu!!!" teriakku mengguncangkan tubuh ibuku
"Ibu banguuuunnn!!" teriakku kencang
"Ayah, apa yang terjadi ayah?" tanyaku menatap ayah tapi ayah hanya menangis
"Baiklah sekarang giliranmu orang tua" gumam laki - laki itu menodongkan senjata ke arah ayah, dengan cepat aku berdiri di depan ayah agar ayah tidak terluka
"JANGAN BUNUH AYAHKU!!!" teriakku kencang
"Minggir kamu anak kecil!!!" protes laki - laki itu kesal
"JANGAN BUNUH AYAHKU TUAN, AKU MOHON!!!" teriakku kencang
"Tunggu..." gumam seorang laki - laki yang sedang duduk di belakangnya
Laki - laki bermuka dingin itu beranjak dari tempat duduknya dan berdiri di depanku yang membuatku sedikit ketakutan tapi aku tidak berani untuk menggerakkan tubuhku sama sekali apalagi rumor yang pernah aku dengar kalau laki - laki itu akan membunuh orang tanpa ampun
"Siapa namamu?"
"Sani ... Shin..."
"Baiklah anak kecil, aku akan mengampuni nyawa ayahmu tapi aku ada syarat untukmu" gumam laki - laki itu mengangkat daguku tinggi
"Apa syaratmu?"
"Kamu harus bersedia melakukan perjanjian kawin kontrak dengan adikku bagaimana?"
"Perjanjian kawin kontrak?" gumamku bingung
"Apa kau gila?" protes laki - laki berjubah di sampingnya
"Ini keinginanku bukan keinginanmu..."
"CIIIHHH..." gerutu laki - laki itu berjalan pergi
"Jangan... Tidak boleh!!!" teriak ayah menarik tanganku kuat
"Kalau tidak boleh ya sudah... Wan habisi dia" gumam laki - laki itu membalikkan badannya dengan kesal
"Seperti apa adikmu?" gumamku dingin
"Kamu akan mengetahuinya setelah menandatangani kontak ini"
"Baiklah aku terima syaratmu, tapi kamu sama sekali tidak boleh melukai ayahku selamanya!!!"
"Oh okey tidak masalah" desah laki - laki itu terduduk di kursinya
"Ran ambilkan kertas itu..." gumam laki - laki itu dan datanglah seorang laki - laki di depanku membawa kertas
"Kalau begitu tanda tangan di bawah kertas ini.." gumam laki - laki itu dingin
"Coba jelaskan kontrak ini, aku tidak mengerti" gumamku pelan
"Kontrak ini adalah kontrak perjanjian antara anda dngan tuan Han, kontrak ini berlaku selama lima tahun. Jadi selama 5 tahun anda akan terus bersama dengan tuan Han, dimanapun dan kemanapun tuan Han pergi anda harus selalu bersama dengannya dan sebulan sebelum kontrak ini berakhir anda harus segera angkat kaki dari rumah" ucap seorang laki - laki ramah di depanku
"Lalu tugasku apa?"
"Ya anda hanya menyiapkan makanan tuan Han, menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan tuan Han, menjadi sekretaris pribadi tuan Han, dan dimanapun tuan Han berada anda harus mengikutinya. Apa anda sudah jelas?"
"Hanya menjadi pembantu aja bilangnya kawin kontrak. Tapi kalau aku tidak mendatanginya, dia akan membunuh ayahku... Tidak, itu tidak boleh terjadi!!!" desahku dalam hati sambil menatap laki - laki dingin di depanku
"Bagaimana nona apa anda sudah mengerti?" tanya laki - laki itu menatapku
"Ya..." desahku menandatangani perjanjian itu
"Baguslah, ikuti aku..." gumam laki - laki itu beranjak dari tempat duduknya dan aku mengikuti laki - laki itu masuk ke dalam mobil mewah itu
Aku tidak tahu aku akan di bawa kemana mau kemanapun aku hanya pasrah, dibuang ke lautpun aku pasti akan pasrah karena yang terpenting ayahku tidak di bunuh mereka. Tidak beberapa lama kami berkendara, kami sampai di sebuah rumah yang sangat mewah. Aku turun dari mobil mengikuti laki - laki tampan itu masuk ke dalam rumah itu. Di dalam rumah mewah itu aku melihat ada seorang gadis cantik yang tersenyum ramah kearahku.
"Kakak siapa dia?" tanya gadis itu bingung
"Dia kakak iparmu"
"Kakak ipar? Buat kakak?"
"Bukan untukku, tapi untuk Hans..."
"Untuk kakak Hans?" tanya gadis itu terkejut
"Ya tapi paling akan digantikan oleh Han"
"Hans? Siapa Hans itu? Dan Han siapa dia?" gumamku dalam hati, aku menundukkan kepalaku dan terdiam tanpa kata
"Bisa tidak kakak tidak memberikan wanita yang aneh!!" gerutu seorang laki - laki dari atas lantai dua.
"Tunggu dulu!!! Aneeeh? Apa yang membuatmu menganggapku aneh?" protesku kesal sambil menatap Han, aku tidak menyangka laki - laki yang bernama Han itu snagat tampan tetapi terlihat kejam dan jahat. Laki - laki itu menatapku dingin dengan waktu yang lama tapi setelah itu wajah laki - laki itu memerah dan memutar tubuhnya dengan cepat
"Terserah lah, kalau kamu ingin menjadi istri kontrakku... Lakukan tugasmu dengan sebaik - baiknya" gumam laki - laki itu pergi dari lantai dua
"Tumben dia tidak mengeluarkan senjatanya dan membunuh wanita ini" gumam laki - laki di sampingku dengan bingung
"Mungkin kakak suka dengan kakak ipar"
"Kalau seperti itu, baguslah... Rina bawa dia ke kamarnya" gumam laki - laki itu pergi meninggalkan kami
"Baiklah mari kakak ipar" gumam gadis itu menarik tanganku dengan senang
"Oh ya kakak ipar namanya siapa?"
"Eeemmm aku Sani Shin"
"Nama yang bagus, nama yang sama dengan kak Shin"
"Kak Shin? Siapa dia?"
"Kata kakak sih dia anak laki - laki di keluarga Shin tapi tidak tahu kenapa dia sangat benci saat orang memanggil namanya Shin" gumam gadis itu pelan
"Oh benarkah? Aku punya kakak laki - laki tapi kakak laki - lakiku pergi dari rumah dan tidak kembali lagi sampai sekarang dan aku kehilangan ibuku sekarang" desahku pelan
"Benarkah? Aku turut berduka cita kakak ipar, tapi jangan khawatir ada Rina yang akan menjadi teman kakak ipar"
"Rina? Namamu Rina? Nama yang bagus"
"Ya namaku Rina Li kakak ipar, panggil saja aku Rina" gumam Rina tersenyum manis
"Oh baiklah" desahku pelan
"Kakak ipar kalau butuh apapun bilang ke Rina ya... Ini kamar kakak ipar, selamat beristirahat" gumam Rina membuka pintu sebuah kamar.
Di dalam kamar ku melihat sebuah kamar besar bahkan ada balkon di luar kamar, kamar yang lebih besar dan mewah dari pada kamar di rumahku sendiri. Aku memasuki kamar yang besar itu dan Rina menutup pintu dengan pelan. Aku membuka pintu balkon dan melihat pemandangan hutan yang disinari sinar bulan purnama yang snagat indah. Aku berpikir untuk melarikan diri tapi itu sangat sia - sia karena halaman rumah ini sangat luas dan juga kepenuhi oleh penjaga dengan senjata lengkap
Menandatangi kontrak dengan iblis menyebalkan itu sama seperti seluruh hidupku aku berikan kepadanya selama 5 tahun. 5 tahun? Ya itu sepertinya waktu yang singkat, tapi bagiku 5 tahun adalah waktu terlama yang akan aku lalui dengan hidup sengsara dan menderita di bawah kekuasaan iblis menyebalkan ini. Bahkan karena perjanjian itu aku harus kehilangan kekasih hatiku dan aku sendiri tidak tahu dimana keberadaannya sekarang...