Chereads / BIDUANITA BISU / Chapter 3 - Selamat Tinggal Robi

Chapter 3 - Selamat Tinggal Robi

Antonio membimbing Adelia mengambil tempat duduk di paling depan dekat dengan panggung kecil yang sudah dipersiapkan oleh tuan pesta.

Di saat Antonio berjalan bersama Adelia, mata dari Luis tetap mengawasi Robi yang mengikuti langkah mereka dari belakang walaupun tidak terlalu rapat.

Luis tidak begitu suka akan kehadiran Robi sebaliknya, Robi percaya bahwa Antonio adalah laki-laki yang terhormat dan tidak akan berbuat macam-macam pada Adelia.

Luis mengamati saat Robi sendiri memilih duduk di meja bundar yang lain namun masih bisa mengawasi Adelia dan Antonio.

Tuan muda pemilik pesta itu, tetap di samping Adelia dan tidak membiarkan orang lain mendekati biduanita itu.

Luis menyeringai senang saat Antonio merapikan untaian rambut Lia yang menutupi ujung mata kanan gadis itu.

Sedangkan Lia seperti terhipnotis begitu menatap lekat manik mata Antonia dan tidak menghindar saat jemari Antonio menyentuh permukaan kulit di keningnya.

"Kamu sangat cantik malam ini. Aku sangat menyukai suaramu. Adakah tembang khusus yang akan kamu hadiahkan untukku?"

"Terima kasih Tuan. Lagu apa yang Tuan sukai?"

"Panggil aku Antonio! Semua lagu aku suka, apalagi jika kamu yang nyanyikan," balas Antonio sambil mencium punggung tangan wanita di depannya.

Luis membisikkan ide di telinga Antonio untuk mengajak Adelia berjalan-jalan di taman sambil menunggu undangan yang lain yang belum hadir.

Dengan patuh Antonio berdiri lalu meraih ujung jari Adelia dan menariknya lembut untuk mengikuti dirinya.

Lagi-lagi Robi hanya mengangguk ketika Lia memandangnya.

Luis sudah memikirkan rencana alternatif jika Robi mengikuti Antonio dan Adelia.

"Kita mau ke mana Tuan?"

"Jangan terlalu formal. Aku merasa sangat tua jika dipanggil Tuan. Taman ini dirancang oleh ayahku tapi ditanami dan dirawat oleh almarhumah ibuku."

"Tapi aku tidak melihat mereka di antara beberapa tamu yang sudah hadir," balas Lia.

"Ini hanya pesta para kaum muda karena keluarga kami sudah merayakannya tadi siang. Lagi pula, orangtuaku tidak tinggal di sini. Ayahku sudah menikah lagi."

"Kita mau ke mana?" lagi tanya Adelia ketika setapak di antara taman bunga yang mereka lewati semakin berkurang pencahayaannya.

"Kamu tolong tunggu di sini sebentar. Aku harus ke belakang. Jangan ke mana-mana!"

Sosok Antonio menghilang melewati lorong yang menuju ke bagian belakang dari kediamannya.

Tersisa Luis yang tak terlihat tapi membuat seluruh rambut di tubuh Adelia merinding.

"Mengapa udaranya menjadi dingin seperti ini? Robi kamu di mana?" lirih Adelia menyatukan kedua telapak tangannya dan menggosoknya agar terasa hangat.

Luis menggoda Adelia dengan meniup telinganya membuat gadis itu mengibaskan tangannya di bagian yang terasa dingin tadi.

Luis menyentuh tangan Lia lagi dan kali ini Lia mengibas-ngibaskan tangannya karena rasa dingin yang barusan menjalari permukaan kulitnya.

Keusilan Luis berikutnya adalah menempelkan bibirnya tepat di mulut Adelia dan diam sesaat di sana. Lia terbeliak mengetahui kalau rasa dingin itu kini berpindah ke bibirnya.

Suara langkah seseorang membuat Lia bergeser dari posisinya untuk mengetahui siapa yang datang.

Antonio sudah menuju kearahnya dan jasnya sudah disampirkan di bahu tersisa vest dalaman yang menunjuklan rampingnya bagian dada perut dari Antonio.

Luis kembali memasuki tubuh Antonio dan mengendalikan pria itu untuk bisa merayu Adelia dan mendapatkannya malam itu juga.

Luis mendengar Adelia berkata, "Aku merasa sangat kedinginan, di sini. Apa tidak sebaiknya kita masuk? Pasti sudah banyak tamu yang mencarimu."

"Tidak masalah. Aku masih ingin berbicara berdua denganmu. Apa mungkin suaramu aku beli sehingga hanya aku yang bisa mendengar nyanyianmu?" balas Antonio sambil membuka jasnya dan dipakaikan di bahu Adelia untuk membuat gadis itu menjadi sedikit hangat.

"Permintaan macam apa itu Tuan. Tidak mungkin saya menjual suara saya sendiri, yang telah membantu menghidupi saya dan keluarga."

"Aku tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan orangtuamu atau lebih tepatnya kecelakaan yang dialami ayahmu."

"Kamu mengingatkanku kalau aku harus pulang cepat. Aku sudah mesti berada di rumah pukul sembilan malam. Sebaiknya aku mulai bernyanyi dari sekarang."

"Kamu sangat terburu-buru padahal aku ingin mengajukan kesepakatan denganmu."

"Untuk apa?"

"Menyelamatkan ayahmu," sahut Antonio tersenyum bangga di tengah cahaya taman yang temaram.

"Aku masih belum paham Tuan Antonio."

"Mari kita buat kesepakatan. Aku bisa menyembuhkan ayahmu sampai tidak ada bekas luka sedikit pun, yang membuat orang lain bisa mengetahui kalau ia pernah kecelakaan. Namun, kamu harus membalasnya dengan tiga hal berharga yang kamu miliki."

"Terima kasih Tuan. Saya belum bisa jawab sekarang tapi saya akan pertimbangkan perkataan Tuan."

"Jangan terlalu lama memberikan jawaban karena setiap detik sangat berharga untuk ayahmu!"

"Cium dia Antonio, aku ingin merasakannya," bisik Luis yang muncul dalam benak Antonio.

Pria itu dengan sigap melingkari lengannya di pinggang Lia, menariknya merapat sambil berbisik, "Beri aku kado ulangtahun dengan satu kecupan."

Antonio memajukan wajahnya, tidak memberikan kesempatan pada Adelia untuk menanggapi perkataannya atau menolaknya. Antonio sangat yakin kalau Lia tidak akan mungkin menghindari pesonanya.

"Maaf Nona Adelia, sebentar lagi pukul sembilan," ujar Robi yang tiba-tiba saja sudah ada di dekat mereka berdiri.

Antonio perlahan-lahan menjaga jarak dengan Adelia serta melepas rangkulan di pinggang biduanita itu lalu berbalik menatap Robi.

"Anda selalu saja mengganggu kesenangan saya."

"Maafkan kami Tuan, tugas Nona Adelia harus berakhir tepat di jam 9 malam."

"Maaf Tuan. Kalau memang saya tidak jadi tampil maka saya ijin pamit pulang. Kita bisa ketemu di lain waktu. Dan saya akan pertimbangkan permintaan Tuan tadi."

Luis menjadi geram dengan kelakuan Robi yang mengacaukan rencananya.

Luis hanya bisa dongkol melihat Lia berlalu didampingi oleh manejernya.

Luis terus mengikuti pergerakan Robi dan mobil yang dikendarainya dengan melayang di udara.

Luis harus melakukan sesuatu karena ia sudah bosan melihat tingkah Robi.

Akhirnya mobil itu sampai di kediaman keluarga Sanusi.

Lia dan Robi berbincang sebentar, setelah penyanyi itu turun dari mobilnya Robi.

Luis lanjut menguntit Robi.

Suasana di jalanan agak sepi namun di beberapa titik terlihat keramaian.

Saat mobil Robi melaju dengan santainya, ada sebuah truk yang datang dari arah belawanan.

Luis menghentakkan jarinya dan truk itu langsung bergerak cepat tak terkendalikan.

Luis membuat Robi panik melihat truk yang tiba-tiba sudah ada di depan matanya. Malang nasib dari Robi karena ia terlambat untuk menghindar.

Perlahan-lahan truk dengan muatan berat itu meremukkan bagian depan dari mobil milik Robi.

Luis mendengar lengkingan suara pria itu berteriak minta tolong.

"Aku akan menyelamatkanmu. Tidurlah dalam damai."

Luis mempertahankan posisi tangannya di udara dan begitu truk itu sudah sempurna menggilas mobil di bawahnya, barulah Luis menurunkan tangannya dan truk itu berhenti bergerak dan betengger tepat di atas mobil almarhum Robi yang sudah tak berbentuk.

*Bersambung*