Luis mempengaruhi pikiran Antonio agar bisa membujuk Adelia untuk menikah dengannya.
Jika Antonio berhasil menikah dengan Adelia maka ia bisa mendapatkan keperawanan dari Adelia dan kekuatannya akan bertambah.
Entah karena kepercayaan dari nenek moyang Luis atau aturan yang telah berlaku ribuan tahun, kegadisan dari manusia menjadikan jiwa para iblis semakin kuat. Tapi yang unik adalah garis turunan Luis tidak bisa mengambilnya begitu saja dengan paksa dari kaum manusia untuk menjaga nilai dari keperawanan itu sendiri.
Mereka harus mengambilnya dari pengantin manusia sehingga alasan itulah yang membuat Luis memasukkan keinginan yang kuat lewat pikiran Antonia untuk menikahi Adelia.
Antonio yang memang sudah mengagumi Adelia dari awal karena terpukau dengan merdu suaranya semakin terpikat saat bertemu langsung dari dekat. Melihat kemulusan dari kulit gadis itu membuat darah muda Antonio bergejolak.
Jangan tanyakan seberapa sering Antonio menyentuh wanita karena sebelum bertemu Luis pun Antonio sudah bergaul akrab dengan minuman beralkohol, pesta dengan para wanita malam dan kadang-kadang berjudi. Justru dibawah pengaruh Luis, Antonio sudah tidak lagi terlalu berada di klub malam karena banyak musuh Luis yang berkeliaran di sana.
Kecuali Luis keluar dari tubuh Antonio maka pemuda kaya itu akan langsung mencari kesenangan di klub atau bar.
Sementara Luis masih terus berdebat dengan pikiran dari Antonio, para tamu sudah berada di kamarnya.
Seperti petunjuk dari Antonio, mereka bersama dalam satu kamar.
Adik-adik Lia begitu senang. Setelah mereka puas bermain di halaman, sekarang mereka menjelajahi kamar mandi dengan bak mandi panjangnya, bathtub.
Mereka menikmati kucuran air hangat dan berendam dalam air sabun dengan aroma terapi yang Lia siapkan. Mereka seperti berada dalam kolam renang bayi yang wangi membuat mereka betah bermain air sampai tanpa sadar mereka sudah dua jam lebih, namun masih tetap belum mau keluar dari kamar mandi. Lia juga membiarkan mereka bersenang-senang karena ia tahu kalau adik-adiknya juga ikut merasa stres ketika tidak dapat melihat wajah sang bunda dan ayah sudah hampir dua minggu.
Lia sendiri sibuk dengan pikirannya sendiri sambil memperhatikan pergerakan kedua adiknya. Ia sudah mengabari ibunya kalau ia mengajak adik-adiknya ke asrama. Lia akan mengantar mereka kembali ke rumah bersamaan dengan kepulangan kedua orangtuanya.
Lia mengambil tasnya dan mengeluarkan plastik hitam yang membungkus rapi sebuah ponsel milik dari Robi. Airmata kembali menetes di ujung pelupuk matanya mengenang acara pemakaman sahabatnya itu. Tak ada satu pun yang tahu penyebab kecelakaan maut yang Robi almarhum alami.
Lia mengecek isi pesan dalam ponsel itu dan menelusurinya satu per satu. Ada beberapa pentas yang harus ia hadiri dan beberapa diantaranya sudah ia abaikan. Ia butuh seseorang untuk membantunya merapikan kembali jadwalnya. Walaupun biaya rumah sakit sudah tidak perlu ia pikirkan karena sebentar lagi ayahnya sudah keluar, namun ia butuh untuk biaya kehidupan pribadinya sehari-hari.
Adelia perlu berbicara dengan Antonio untuk mengeluarkan isi kepalanya sebelum ia frustasi sendiri. Tanpa Robi ia benar-benar kehilangan arah. Ia tidak punya banyak teman karena kesibukannya dengan bernyanyi dan mengikuti berbagai ajang biduan. Satu-satunya pria yang sekarang dekat dengannya adalah Antonio dan ia sudah sepakat untuk mengikuti laki-laki itu sehingga ia harus melibatkan Antonio dalam kehidupan pribadinya.
Adelia sudah merapikan kembali ponsel Robi ke dalam tempat penyimpanan sebelumnya.
Kedua adiknya ternyata sudah berdiri di ambang pintu kamar mandi dan keduanya terlihat kedinginan terlilit dalam balutan satu handuk besar. Namun ekpresi keduanya begitu gembira walaupun mata mereka sangat merah. Mereka terlalu lama bermain air.
Dengan sabar, Adelia menggiring kembali mereka berdua untuk berdiri di bawah pancuran dan membilas tubuh mereka berdua sampai kandungan soda sabun menghilang dari sekujur permukaan kulit tubuh mereka.
Kedua adik Lia lalu berganti pakaian. Sambil menunggu mereka selesai, Lia sudah menyeduh dua gelas cairan kental berwarna putih yang hangat, untuk nanti keduanya minum sebelum tertidur senja itu.
Mereka sangat lelah dan belum juga sepuluh menit ditinggal mandi oleh Lia, keduanya sudah pulas tertidur di atas tempat tidur super besar yang cukup untuk tempat pembaringan mereka bertiga.
Adelia meninggalkan kamar lalu berniat menuju bilik di mana Antonio berada. Tak lupa ia membawa ponsel Robi jika nanti dibutuhkan. Sayangnya Adelia tidak tahu di mana kamar pria itu karena ia pikir ia tidak mungkin berniat menemui pemuda itu langsung di tempat yang sangat pribadi itu, namun buktinya ia sangat butuh bantuan dari Antonio dan ia kebingungan sendiri.
Seorang pelayan melewatinya dan Lia bertanya sampai pelayan tersebut menunjukkan kamar yang ia cari.
Tok! Tok! Tok! Tok! Tok! Tok!
Ketukan pada pintu kamar Antonio dari Lia berbunyi beberapa kali dengan ritme berulang yang sama persis.
Pada ketukan yang ketiga kali pintu kamar itu terbuka. Hari menjelang senja dan Antonio yang langsung menyambut gadis itu.
"Apa aku mengganggumu? Bisakah kita berbicara sebentar saja?"
"Sudah terlanjur Nona," balas Antonio meraih pergelangan tangan Adelia dan menariknya lembut untuk masuk ke dalam kamarnya.
Pintu Antonio tutup kembali dan ia lepaskan tangan Adelia lalu ia naik kembali ke atas pembaringannya dan menelungkupkan tubuh atletisnya.
Adelia seperti terhipnotis saat ditarik masuk ke dalam kamar pria itu. Ketampanan Antonio yang membuat Adelia terpengarah. Area bidangnya begitu datar dan kuat membuat siapa pun wanita yang melihatnya pasti ingin menenggelamkan dirinya di sana tanpa ingin menjauh. Pria yang sudah di atas kasurnya itu, dalam posisi memunggungi Lia, rupanya tadi sedang tidur. Punggungnya yang polos dan terlihat gagah membuat Adelia tercekat dan terpaku di posisinya tanpa mampu mengucapkan satu patah kata pun.
'Aku ternyata mengganggu waktu tidurnya. Sebaiknya aku sekarang pergi dan datang lagi nanti,' batin Adelia pada dirinya sendiri.
Ia mundur dan menuju pintu kamar lalu berusaha membuka pintu tersebut tapi tidak bisa. Adelia menatap gagang pintu tersebut dan berusaha mencari kuncinya namun tak terlihat. Sekali lagi ia mencoba membuka gagangnya tapi tetap bergeming.
Adelia menjadi putus asa. Setelah mengutak atik selama beberapa menit tetap tidak berhasil. Pintunya tidak bisa terbuka. Lia melirik ke atas kasur dan pemuda itu memang masih tetap tertidur. Bunyi dengkur halus membuat Lia yakin akan dugaannya itu. Agar tidak menyia-nyiakan waktu, Lia mengamati lagi dengan saksama sekeliling dinding kamar. Kali ini dia baru sadari kalau ada banyak pintu yang mengelilingi kamar tersebut. Adelia membukanya satu per satu dengan perlahan agar tidak membangunkan pemilik kamar yang sedang nyenyak.
Upaya Lia tidak berhasil karena tak ada satu pun pintu yang merupakan jalan keluar. Ia terjebak dalam kamar pemuda tampan yang kaya raya dan dalam keadaan yang sangat memikat.
*Bersambung*