Malam berganti pagi, pagi berganti siang. Dan aku … masih tertidur.
Entah kenapa aku masih merasa nyaman berbaring di atas kasur yang sudah mengeras ini. Seperti seolah ada sebuah medan magnet yang sangat kuat di dalam kasur tersebut, aku yakin sekali jika ini merupakan sebuah sihir terkuat yang pernah ada! Arghh!!!
Aku mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan.
Ha…
Ku harap semua ini tak akan pernah berakhir, biarlah tubuhku tetap seperti ini untuk sementara waktu, ini adalah sebuah kenikmatan yang tiada tanding.
"Woi kusuma! Apa kau gila?! Lihat! Sudah jam berapa ini?! Cepat bangun, bukannya hari ini adalah hari pertamamu di sekolah?! Seorang sepertimu masih bisa datang tepat waktu, cepatlah!" teriak seseorang yang benar-benar mengejutkanku! Saking terkejutnya, jantungku terasa berhenti untuk beberapa detik.
"Bangsat! Bagaimana jika aku mati terkena serangan jantung?!!! … Ka-kamal?? Aku pikir siapa, bagaimana kau bisa masuk ke kamarku? Ha… aku benar-benar malas mal, bukan karena telat atau apapun itu, aku hanya tak ingin bertemu dengan orang-orang kota, aku masih ingin berlama-lama di sini," jawabku sambil beranjak dari tempat tidurku dan duduk menghadap jendela.
Orang yang sebelumnya membangunkanku adalah temanku, Kamal. Rumahnya berada di samping rumahku dan kami sudah berteman sejak kami masih kecil, dan satu hal penting, meski namanya terdengar seperti seorang lelaki, tapi dia itu perempuan. Dan entah kenapa, saat aku mengatakan hal itu, terlihat wajah Kamal seperti bersedih dan berkaca-kaca.
Dan satu hal yang perlu kalian tahu, dia membangunkanku dengan bahasa sunda, semua percakapan kami di ucapkan dengan bahasa sunda. Saat aku berbicara dengan orang-orangku 'di desa' semuanya diucapkan secara bersih dalam bahasa sunda, sunda yang baik tentunya. Namun tidak untuk orang seperti Kamal, dia terkadang suka berbicara kasar seperti saat dia membangunkanku barusan. Aku benar-benar tak mengerti lagi, dia adalah anak dari seorang pemimpin desa, dan juga seorang perempuan, tapi bicaranya itu sangat tak mencerminkan orang tuanya.
Baiklah kalau begitu, perkenalkan … aku Rey, Rey Kusuma, 15 Tahun, dan aku adalah seorang Aegis. Itulah yang orang-orang bicarakan tentangku, tapi aku benar-benar tak mengerti kenapa aku bisa menjadi seorang Aegis. Saat aku lahir tiba-tiba si kakek tua sialan itu— maksudku puun, pemimpin desa mengatakan jika aku adalah seorang Aegis, dan orang-orang percaya itu. Mau tak mau aku pun harus mempercayai kata-katanya meski pada akhirnya aku tak merasa ada sesuatu yang lebih dalam diriku yang pantas untuk di sebut sebagai Aegis, sang juru selamat.
Haah … kenapa aku di beri beban seperti ini?
Aku bahkan belum pernah melihat wajah kedua orang tuaku, ayahku pergi meninggalkan ibuku saat aku masih berada di dalam kandungan, lalu ibuku meninggal saat melahirkanku. Apakah ini takdir seorang Aegis??? Benar-benar menyedihkan.
Dan sekarang aku tinggal di sebuah desa yang berada di dalam hutan wilayah barat kota Bandung, aku tinggal di sebuah desa yang bernama desa kanekes, kami adalah suku baduy. Dulu kami tak tinggal di kota Bandung, namun karena ada beberapa alasan pemimpin desa yang sebelumnya memutuskan untuk berhijrah dan inilah yang terjadi.
Kami bahkan sudah bukan lagi seorang manusia normal, kami adalah monster, lebih tepatnya … manusia serigala. Semua itu terjadi karena ulah dari seorang penyihir kegelapan yang mengutuk seluruh orang di desa menjadi seekor serigala. Awalnya kami pikir jika kutukan itu hanya berlaku pada mereka yang terkena kutukan itu secara langsung. Tapi ternyata tidak, kutukan itu masih berlangsung sampai kepada keturunan-keturunannya. Namun kami para remaja, para keturunan baru dari manusia serigala tak bisa merubah seluruh tubuh kami menjadi serigala secara keseluruhan. Kami hanya bisa merubah beberapa anggota tubuh saja.
Dua tahun yang lalu, seseorang dengan pakaian yang sangat rapi datang ke dalam desa, dan menemui si kakek tua- puun, pemimpin desa kanekes. Dia datang dengan surat undangan yang ditujukan kepadaku, sebuah surat undangan masuk sekolah sihir no 1 di Bandung secara gratis.
Hari itu pun telah tiba, Kamal datang ke kamarku dan membangunkanku dengan teriakannya. Dan ketika aku melihat jendela, orang-orang sudah berkumpul berniat untuk mengantar kepergianku. Apa yang mereka lakukan itu membuatku semakin tak bisa menolak undangan ini! Sialan. Dan juga … ada apa dengan wajah dan ekspresi mereka itu?! Mereka terlihat sangat berharap kepadaku, ahhh!!! Maafkan aku yang tak begitu pandai menggunakan sihir ini!
Tak lama kemudian puun datang menemuiku.
"Rey, sudah saatnya—"
"Tak perlu kau suruh pun aku akan segera pergi."
"Orang-orang dari pagi buta sudah menunggumu, tak ada satu pun dari mereka yang berani membangunkanmu, mereka ingin kau tertidur dengan nyenyak untuk terakhir kalinya sebelum kau benar-benar pergi, dan juga anakku … sudah menyiapkan semua barang-barangmu. Kamal?"
"Semua sudah siap ayah."
Mereka bahkan sudah menyiapkan segalanya untukku, apa mereka berusaha mengusirku secara halus atau bagaimana? Semua orang juga ingin aku agar pergi ke sekolah itu, tapi mereka juga yang membuatku semakin sulit untuk pergi. Puun, dia sudah ku anggap seperti orang tuaku, karena sejak aku lahir aku di rawat olehnya hingga aku besar seperti ini. Meskipun aku sering kali tidak sopan kepadanya tapi aku tetap sangat menyayanginya, dan menghormatinya … sedikit.
"Oi Rey, ambil ini," Puun melepas ikat kepala yang selalu ia pakai dan memberikannya kepadaku.
"Kau yakin? Bukankah ini ikat kepala yang sangat penting buatmu kek?" tanyaku.
"Ya, lagi pula aku akan segera diganti, anakku akan segera menikah, dan pria itu akan menjadi pimpinan selanjutnya, untung saja bukan kau yang menikahi anakku. Hahahaha!"
"Di-dia?? Menikah?? Si gadis tomboy ini?!! Hahaha! Aku tak percaya itu, dan juga … aku tak akan pernah mau menikahi anakmu itu!"
PLAKK!!
Kamal menamparku lalu pergi meninggalkan kerumunan.
Semua orang seketika terdiam saat hal itu terjadi.
Haa…
Baguslah, biarlah seperti ini, aku tak ingin mereka sedih karena merindukanku, terutama Kamal. Meskipun aku tak yakin jika dia benar-benar akan merindukanku.
"Kalau begitu, aku pergi dulu."
"Ya."
"Oi kek, terimakasih."
Kami pun berpelukan, berpamitan, dan kemudian pergi meninggalkan desa.
Sebuah lingkaran sihir muncul tepat di bawah kakiku yang diameternya sebesar ban mobil, lalu tak lama kemudian tubuhku di penuhi dengan aura berwarna biru berapi-api yang menyerupai serigala. Ini adalah satu-satunya sihir yang bisa aku lakukan, dengan ini kekuatan fisikku bisa meningkat berkali-kali lipat, aku bisa berlari lebih cepat dari manusia normal.
Dan satu hal yang menjadi alasanku mengapa aku menerima undangan tersebut, yaitu karena sekolah tersebut bukanlah sekolah biasa. Sekolah sihir tersebut merupakan sekolah campuran dari berbagai ras makhluk hidup! Aku sangat berharap aku bisa bertemu dengan seorang gadis elf! Ya!
Ha…
Dan juga…
Meskipun namanya adalah sekolah sihir 1 Bandung, tapi di dalamnya tak selalu membahas dan mempelajari tentang sihir. Banyak hal lainnya yang dapat di pelajari di sekolah tersebut selain sihir. Namun pada intinya sekolah tersebut bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang setidaknya mahir dalam penggunaan sihir, meskipun lulusan tersebut bukanlah seorang ahli dalam bidang sihir. Bahkan ada beberapa murid yang tak bisa menggunakan sihir sama sekali, dia adalah manusia normal biasa yang belajar sebagai pelajar normal pada umumnya.
[Di lain sisi, di area sekolah]
[SEKOLAH SIHIR 1 BANDUNG]
Murid-murid yang sedang berada di dalam area sekolah sedang berbisik satu sama lain. Mereka berbisik karena ada satu hal yang mencuri perhatian mereka, sang juru selamat, Aegis. Mereka melihat pada satu titik yang sama, mereka melihat pada orang yang sama, Red Scarlett. Seorang laki-laki half elf dengan rambutnya yang berwarna putih, dan matanya yang memiliki 2 warna yang berbeda, kuning pada mata kiri dan merah di mata kanannya. Anak dari sang Pahlawan, Aegis legendaris yang kini sosoknya telah menghilang tanpa jejak. Dia baru saja menginjakan kakinya di sekolah sihir nomor 1 di Bandung.