Chapter 5 - Kembaran

Saat aku terbangun, kupikir hari ini aku tak akan membuat kekacauan lagi, tapi—

Sekarang sudah siang!

Lagi-lagi aku terlambat!

Apa aku bolos saja hari ini?

Tidak-tidak, aku sudah mengacau di hari pertama, setidaknya aku datang dari pada tidak sama sekali. Sama seperti hari kemarin, hari ini pun aku masih tak memiliki pakaian sekolah, sepertinya memang tertinggal, dan sekolah sedang tidak ada stok pakaian lagi, jadi aku harus menunggu. Untuk sementara waktu aku memakai pakaian seperti kemarin, pakaian tradisional pangsi, namun kali ini aku memakai sepatu, supaya setidaknya lebih sopan.

Saat aku membuka pintu—

Ada seseorang yang sedang tertidur dengan posisi duduk, dan bersender ke tembok tak jauh dari depan pintu kamarku!!

Apa dia meninggal?!!!! Tak mungkin dia tidur di sana begitu saja bukan?!

Dan juga … dia seorang perempuan!?

"Hey apa kau baik-baik saja?"

Tunggu, sepertinya … aku mengenalnya.

Ya!

Dia gadis itu, gadis yang menolongku waktu itu. Kenapa dia bisa tergeletak di sini? Jika dipikir-pikir kembali, asrama ini tak hanya di isi oleh laki-laki. Lantai 6 ke atas merupakan asrama perempuan, sedangkan 5 ke bawah adalah asrama laki-laki.

"Uahh…. ahh… hai, selamat pagi."

Ha-aaaah?!!! Aku tak mengerti, tiba-tiba jantungku berdegup kencang setelah melihatnya bangun dan menyapaku! Setidaknya dia tidak meninggal, dia sudah bangun, aku harus segera pergi—

"Tunggu!"

?!!!

"Apa kau tega meninggalkan seorang gadis sendirian? Seorang gadis yang menunggu seseorang sejak tadi pagi, tapi orang yang dia tunggu tak muncul-muncul! Sampai-sampai gadis itu ketiduran, apa kau orang yang tega melakukan hal itu?!" Ucap gadis itu dengan nada yang sedikit mengejek, perkataanya itu benar-benar menusuk perasaanku.

Ada apa dengannya?!! Entah kenapa dia seperti orang yang berbeda saat pertama kali kita bertemu.

"Apa maumu? Aku sudah terlambat."

Tiba-tiba ekspresi gadis itu terlihat semakin kesal kepadaku.

"Kau … pergi ke sekolah bukan? Apa kau tahu di mana kelasmu? Dan juga apa kau berniat untuk terlambat sendirian? Dengan pakaian seperti itu? Orang-orang akan semakin memperhatikanmu loh … tapi! Jika bersamaku, kita tak akan ketahuan!"

Omongannya benar-benar menyakitkan, tapi ada benarnya. Dan juga … tidak ketahuan? Bagaimana caranya? Tunggu—

Kemarin juga saat hari pertama, gadis itu juga terlambat. Bagaimana bisa dia berada di barisan tengah?! Sepertinya aku harus pergi bersamanya, dan juga … kenapa dia tidak bilang dari tadi. Benar-benar menghabiskan waktu, aku memang tak mengerti dengan jalan pikir orang kota.

Kami berdua pun berjalan bersama menuruni tangga asrama menuju sekolah.

"Aku Elen."

"Elen? Aku-"

"Rey, Rey Kusuma … kan?"

"Y-ya."

"Aku tak menyangka kau seorang Aegis sama seperti kakakku, kenapa kau menyembunyikan kekuatanmu kemarin? Apa kau sengaja menyembunyikannya? Atau … hmmp, lupakan. Rey apa jangan-jangan kau sudah menyadarinya? Aku benar-benar tak menyangka diantara ke 3 orang kemarin ada seorang Aegis juga ternyata."

Kakaknya seorang Aegis? Dan juga … bagaimana dia bisa tahu jika aku seorang Aegis? Aku bahkan tak pernah memberitahu siapapun sejak kedatanganku di sekolah ini. Dan juga … ke 3 orang yang sebelumnya menggangguku adalah seorang Aegis?!!!

… Dino.

"Elen, bagaimana kau bisa tahu aku seorang Aegis?"

"Semua orang sudah tahu, bukan kah kemarin kau di panggil ke atas panggung bukan?"

"Di panggil? Panggung?"

Jangan-jangan—

"Yap, kemarin. Mereka semua yang di panggil ke atas panggung adalah murid terpilih yang di beri beasiswa, dengan kata lain mereka adalah orang-orang hebat. Tiga orang terakhir yang di panggil merupakan seorang Aegis. Kau, kakakku, dan Dino, orang yang kemarin mengganggumu."

"Ha-hah??!!!"

"Hah?!! Tunggu! Jangan-jangan kau tak mendengarkan apa saja yang di bicarakan kemarin saat upacara penerimaan siswa baru?!"

"Apa itu sesuatu yang penting?"

"Penting!"

Dia berhenti dan berteriak seperti itu, apa dia tak tahu malu?!

"Jadi, apa yang mereka bicarakan?"

"Haa … aku tak percaya ini."

"Hey kalian berdua?!"

…????!!

Saking fokusnya kami berdua membicarakan hal-hal yang tak terlalu penting, kami berdua tertangkap basah oleh satpam sekolah karena terlambat.

Dengan nada pelan aku bertanya kepada Elen, "sekarang bagaimana?! Mana rencanamu yang tak akan ketahuan itu?"

"Diam! Ini semua gara-gara kau yang banyak tanya! Jika saja tadi kau diam, aku mungkin tak akan lupa dengan hal seperti ini!! Ahh!! Kenapa aku bisa sampai lupa seperti ini …" Jawabnya dengan nada pelan penuh dengan rasa kesal.

Gadis ini … dia malah menyalahkanku, padahal dia yang pertama membuka pembicaraan, cih. Inilah mengapa aku lebih menyukai gadis elf dari pada manusia!

Pada akhirnya kami berdua dihukum berdiri di tengah lapangan sambil menghormati bendera sekolah. Murid-murid yang berada di ruangan seketika melihat ke luar lewat jendela. Telat sendiri atau pun berdua dengannya, tak ada bedanya! Aku masih saja menjadi pusat perhatian karena hal-hal yang buruk, citraku di sekolah semakin buruk saja. Sialan.

"Ngomong-ngomong, kakakmu itu siapa?"

"Hmm? Apa kau masih tak menyadarinya?"

"Apa makasudmu?"

"Ha … kau benar-benar pelupa."

"Aku tak mengerti."

"Lihat wajahku dengan benar."

"Hmm??"

"Tak ada yang aneh."

"Lihat baik-baik!"

Tiba-tiba saat kami saling tatap satu sama lain untuk waktu yang cukup lama, orang-orang di atas sana mulai gaduh melihat kami.

Sial!! Aku benar-benar malu, orang-orang pasti mulai berpikir yang tidak-tidak.

"Hahahahahaha! Kenapa kau malu-malu seperti itu, Reyyy. Apa jangan-jangan … kau suka padaku? Reeyyy," tanya Elen dengan nada yang sedikit menggoda.

Gadis ini, benar-benar menyebalkan.

"Red Scarlett, dia kakakku. Ngomong-ngomong nama lengkapku adalah Eleniel Scarlett."

"Ohh … begitu, terus?"

"Tidak ada, aku hanya menjawab pertanyaanmu yang sebelumnya."

"Aku sudah tak tertarik."

Aku benar-benar lelah dengan semua ini, hari-hari pertamaku di sekolah sudah hancur.

Tunggu—

Red scarlett?! Lelaki elf itu?!

Kakaknya?!!! Tidak mungkin!

Tapi—

Pantas saja aku pernah melihatnya di suatu tempat! Mereka benar-benar mirip, sangat mirip! Begitu, mereka kembar. Mungkin itu maksud Elen saat dia menyuruhku untuk menatap wajahnya. Jika benar dia adiknya, jangan-jangan! Apakah dia juga seorang elf?!! Gadis idaman sejuta pria di dunia?! Entahlah. Perasaanku semakin aneh, pikiranku saat ini semakin kacau dan tiba-tiba—

Darah mengalir keluar dari hidungku!

"Rey, kau berdarah! Kau baik-baik saja?"

"Ti-tidak, aku baik-baik saja"

Sial, di saat seperti ini aku malah mimisan tidak jelas! Argh! Sialan.

Aku harus berpikir positif, tak mungkin gadis sepertinya adalah gadis elf, ya … tak mungkin!

Tapi! Lagi-lagi … darah keluar dari hidungku, dan kali ini membuat tubuhku semakin lemas dan pada akhirnya aku tak sadarkan diri.

[Di lain sisi, di ruangan OSIS]

"Pria yang menarik, Rey Kusuma. Kita bisa menggunakannya untuk menarik perhatian Red Scarlett agar bergabung menjadi anggota OSIS," ucap ketua OSIS yang masih misterius.