Chereads / Aegis The Twins Bloodless - Re:Turn / Chapter 8 - Perempuan Dalam Pelukan

Chapter 8 - Perempuan Dalam Pelukan

Jam pelajaran pertama dan kedua kami belajar hal-hal yang sepatutnya diajarkan di sekolah, seperti bahasa, kimia, fisika, matematika, dan lain sebagainya. Setelah itu istirahat, kemudian pada jam pelajaran ke 3, kami belajar tentang sihir dengan guru yang tentunya manusia yang cukup ahli dalam bidang sihir.

Awalnya manusia belajar otodidak tentang sihir, namun setelah pikiran mereka buntu dan tak tahu ke arah mana lagi sihir ini harus di kembangkan, mereka meminta bantuan dari aliansi. Memang seharusnya mereka belajar langsung tentang sihir, dimana sihir itu sendiri tercipta, Aizza. Khususnya bangsa elf, karena mereka adalah ras terbaik dalam penggunaan sihir. Ibaratnya sihir bagi mereka adalah makanan sehari-hari.

Ketika seseorang sudah di sebut sebagai seorang penyihir, biasanya orang itu adalah orang yang sangat hebat dalam bidang sihir. Kebanyakan dari penyihir hebat memilih untuk bersembunyi, dan banyak bertindak di balik layar.

Dan di sekolah ini pun, menurut kabar burung yang sedang panas-panasnya … terdapat seorang ahli sihir kelas atas. Entah dia kepala sekolah, pemilik sekolah, guru, atau mungkin seorang murid. Berbicara tentang seorang ahli sihir, ahli sihir itu memiliki kelasnya masing-masing. Mulai dari yang paling bawah, pemula … atau sering disebut seed, lalu mereka yang sedang berkembang disebut rookie. Seed dan rookie tak jauh berbeda, setelahnya baru terlihat perbedaan yang sangat signifikan. Ahli sihir kelas 3, kelas 2, dan teratas kelas 1.

Lalu di atasnya lagi ada ahli sihir kelas atas atau sang penyihir bintang, penyihir bintang pun masih memiliki kategori, diantaranya adalah penyihir bintang 1 sampai penyihir bintang 5. Penyihir bintang memiliki kekuatan yang setara dengan ratusan ahli sihir kelas 1, tapi … bintang 1 tak dapat di bandingkan dengan bintang 2, begitupun seterusnya. Karena jarak antar bintang berkali-kali lipat jauhnya.

Bagi siapa pun yang bisa beranjak ke bintang 5, mereka dapat mengikuti tes untuk menjadi penyihir agung, tes tersebut di lakukan di dunia Aizza. Di hadapan seluruh master sihir di berbagai negara di Aizza, termasuk ahli sihir yang berada di Bandung. Penyihir agung bisa di bilang sebagai penyihir suci, mereka di cintai oleh mana. Berbeda dengan Aegis yang mengambil mana dengan sesuka hati tanpa perlu takut kehabisan.

Dan bagi mereka para penyihir agung, mana yang berada di sekitar mendatangi mereka dengan sendirinya. Jika keduanya memungkinkan untuk bertarung, kemungkinan penyihir agung yang akan menang.

Karena meskipun kekuatan Aegis adalah mana yang tak akan habis, tapi jika lawannya adalah penyihir agung, maka mana akan meninggalkannya dan lebih memilih penyihir agung. Perlu di ketahui, Aegis dan penyihir agung adalah suatu kesatuan yang berbeda dengan manusia. Manusia normal atau ahli sihir tingkat seed hingga kelas atas bintang 5, mereka menggunakan mana mereka sendiri. Sedangkan Aegis dan penyihir agung, mereka mendapat mana dari lingkungan sekitar, dari alam. Dan satu hal lagi yang membedakan Aegis dengan penyihir agung adalah, Aegis harus terlebih dahulu menguasai teknik full body atau pembangkitan, supaya kekuatan dari Aegis dapat di maksimalkan, setelah itu mereka dapat mendapat asupan mana sesuka hati. Sedangkan penyihir agung tidak perlu melakukan hal seperti itu, mana dengan senang hati akan mendekati mereka, dan membantu mereka.

Satu-satunya penyihir agung yang masih hidup adalah Elyssa Helion, dan dia berkerja di kerajaan terbesar di Aizza, kerajaan Scarlett. Elen, dan Red adalah salah satu bangsawan dari keluarga Scarlett, meskipun mereka keluarga bangsawan ternama di dunia sebelah … mereka memilih untuk tinggal di kota Bandung. Tempat dimana orang tuanya berjuang dan menjadi seorang pahlawan.

Oh iya, satu hal lagi … para penyihir, sebenarnya ini hanyalah sebuah sebutan bagi mereka yang hebat dalam urusan sihir menyihir, bisa saja dia seed, rookie, kelas 1 dan bahkan penyihir bintang yang sudah tak di ragukan lagi kekuatannya. Namun biasanya, jika memang orang-orang sudah mengakui seseorang sebagai seorang penyihir, mau apapun itu tingkatnya … orang-orang percaya padanya jika suatu hari nanti dia akan menjadi seseorang yang hebat.

Cukup sampai di sana aku menceritakan tentang ahli sihir dan penyihir. Semua itu benar-benar tidak ada sangkut pautnya denganku yang hanya bisa menggunakan sihir penguat fisik. Mereka yang tadi ku sebutkan adalah orang-orang yang gila dengan sihir, jika dibandingkan denganku jarak perbedaanya adalah aku manusia di Bumi dan mereka para ahli sihir kelas atas adalah orang-orang yang tinggal di luar galaksi bimasakti.

Meskipun aku seorang Aegis … mengecewakan.

Hari ini kami akan mempelajari salah satu teknik penyerangan, serangan bertipe api, fire ball. Kami belajar di sebuah lapangan khusus untuk melakukan aktivitas sihir. Sebenarnya ada banyak sekali pelajaran tentang sihir lainnya, seperti bagaimana cara menyalurkan mana ke dalam suatu benda, bagaimanna cara menggerakan sesuatu, dan masih banyak lainnya. Hanya saja saat ini kebetulan adalah pelajaran sihir tentang pertahanan diri, salah satunya adalah serangan bola api yang sedang kami pelajari saat ini.

Guru kami yang mengajarkan hari ini adalah Pak Riki, dia adalah seorang ahli sihir kelas tiga. Meskipun begitu, tidaklah mudah bagi seseorang untuk bisa meraih gelar ahli sihir kelas tiga, mereka masihlah terhitung sangat hebat.

Pak Riki menyuruh kami untuk memfokuskan mana ke satu titik di mana serangan itu akan di keluarkan, dan kami juga perlu menjaga konsentrasi, kami perlu membayangkan bagaimana api itu terbentuk, bagaimana api itu muncul, bagaimana api itu keluar, membakar, menembak, dan menghancurkan. Kami harus benar-benar bisa membayangkan hal tersebut di pikiran kami.

Setelah Pak Riki memberitahu dasarnya, dia mencontohkan langsung. Dia mengangkat tangan kanannya, lalu kemudian sebuah lingkaran kecil keluar dari telapak tangannya dan bola api pun muncul melesat dengan cepat!

BURGGGHHH!

Sebuah batu besar yang menjadi target hancur seketika terkena serangan tersebut.

"Intinya seperti itu, jika kalian susah hanya dengan menggambarkannya di pikiran, maka cobalah untuk sambil berteriak, atau seperti kalian menamai serangan kalian. Contohnya mungkin … fire ball! Ya … itu terserah kalian, jika itu membantu dalam pengeluaran sihir kalian, tak masalah bagiku mau apapun panggilan itu," ucap Pak Riki sambil mengangkat kedua tangannya yang menunjukan tanda 'terserah kalian'.

Dia pun melakukan tes satu persatu.

"Fireball!"

"AAAAA!!"

"TAI ANGSA!"

"Api kegelapan!"

"Heii!"

"HA!"

Begitulah berbagai macam teriakan para murid yang mencoba teknik tersebut, lalu kemudian tiba saatnya giliran Dino, Dino sang Aegis. Dia melakukan hal yang sama persis seperti yang Pak Riki lakukan, lalu kemudian—

BANG! BURGRGSHSHSSSSS!

Ledakan yang di hasilkan dari serangannya sangat besar sekali! Batu yang menjadi target hilang seketika, bahkan daerah sekitarnya pun ikut hancur! Kekuatan sihirnya bukan main! Si preman dengan rambut pirang dengan pinggir rambutnya yang dipotong dua baris seperti jalan tikus itu bukanlah sembarang orang, Aegis … memang seharusnya seperti itu. Kedua bocah yang selalu mengikutinya memanglah tak salah mengakui seseorang sepertinya.

Setelah selesai melakukannya Dino menatapku seakan menantangku. Aku sedikit terkejut saat dia menatapku seperti itu, benar-benar menyeramkan.

Lalu setelah itu tiba giliran Elen.

BOOOMMMMM!!! BARGHHGHHGHHHSSS!!

Ledakanya dua kali lebih besar dari ledakan yang dihasilkan oleh Dino! Dan sama seperti Dino, setelah melakukan tes tersebut Elen menatapku lalu kemudian memalingkan wajahnya kearah lain, dia … ada apa dengannya?!! Kenapa dia terlihat begitu marah kepadaku?!!

[Di lain sisi, dari sudut pandang Pak Riki]

Di dalam hatinya dia berkata, anak-anak ini padahal aku sudah berusaha untuk menahan seranganku agar tak menghancurkan tempat ini, mereka dengan sengaja memamerkan kekuatan mereka, bahkan ledakan mereka lebih hebat dari apa yang aku contohkan. Rasanya aku seperti di rendahkan, sialan … tapi ya begitulah mereka, mereka masih bocah tengil yang haus akan perhatian. Tapi tetap saja ke dua orang itu adalah murid spesial, jadi apakah yang terakhir bisa melakukan hal yang lebih hebat lagi?

[Kembali ke sudut pandangku, kenapa aku bisa tahu dia mengatakan itu? Hebat bukan, hehe]

Dan tiba saatnya giliranku.

Aku benar-benar gugup dan tak tahu apa yang harus kulakukan! Sialnya aku mendapat urutan terakhir, orang-orang mulai fokus melihat ke arahku! Arghhh!! Sialan!

Aku berjalan ke depan, dan fokus terhadap targetku, sebuah batu besar yang sepertinya selalu bersatu kembali setelah dihancurkan bahkan berkeping-keping.

Aku mengangkat kedua tanganku, lalu aku memikirkan dan membayangkan sebuah api, sebuah bola api, api yang membentuk lingkaran di tanganku, api … api … api … lalu tiba-tiba aku terpikirkan hal-hal yang benar-benar jorok! Perempuan elf yang cantik, seksi, dan montok!

ARGHH SIALL!!

BURGHHH!!

Meledak!

Lingkaran sihir yang baru saja terbuat di tanganku meledak begitu saja! Bahkan aku belum sempat mengeluarkan bola api, lingkaran sihir tersebut sudah gagal dan meledak! Apa aku benar-benar seorang Aegis?!!!

"Pfft…."

Elen mencoba menahan tawanya, tapi—

"HAHAHAHAHAHAHAHA!" Dino tertawa terbahak-bahak setelah melihat aksiku yang gagal.

Di lanjut oleh Elen yang mulai menertawaiku, kemudian kedua orang yang selalu mengikuti Dino, dan akhirnya semua orang menertawaiku. Pak Riki sekalipun menutup mukanya dengan tangan kanannya.

Haah … aku benar-benar malu, saking malunya aku sudah tak merasa malu.

Benar-benar hari yang sangat menjengkelkan.

Sialan!