Saat pertandingan selesai, tim medis dengan cepat turun tangan membantuku dan Richard, mereka mengobati kami dengan sihir penyembuhan tingkat tinggi. Richard yang sepertinya telah melewati batas penggunaan energi mana harus mendapatkan pengobatan lebih, dia harus di bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang intensif.
Saat mereka telah selesai mengobati luka bakarku, dari kejauhan Elen terlihat sedang berlari ke arahku dan memelukku begitu saja!
Pelukannya itu terlalu erat! Saking eratnya luka yang baru saja di sembuhkan kembali terasa! Dan juga … dia terlalu dekat! Dadanya itu menempel di tubuhku!
Seketika aku teringat jika Elen adalah saudara Red Scarlett yang sudah di pastikan jika dia adalah seorang elf!
Sial!! I-ini … benar-benar gawat!!
A-aku tak boleh mimisan!
ARGHH!!!!
Saat itu juga aku tak sadarkan diri, meskipun kali ini darah tak keluar dari hidungku.
Beberapa waktu kemudian aku terbangun di ruangan UKS, di sana ada Red Scarlett yang sedang menungguku bersama dengan pria lainnya yang menyandang gelar sebagai yang terkuat, Ragnar sang ogre.
"Oh Rey, akhirnya kau bangun," sapa Red dengan senyuman yang kosongnya itu.
"Red, sudah berapa lama aku pingsan?" tanyaku.
"Hmm … dua jam? Entahlah, sekitar dua sampai tiga jam."
Dimana Elen?
Rasanya aneh sekali jika aku tak melihatnya.
"Rey Kusuma."
"Kak Ragnar?"
"Ragnar saja cukup."
"Ah … ya."
"Selamat atas kemenanganmu, kau benar-benar seorang pria yang hebat, kau berhasil merobohkan tembok besar yang sangat sulit untuk kurobohkan. Bahkan dengan sekali coba. Pada awalnya aku pikir aku adalah pria terkuat, karena aku merupakan keturunan Igor sang juara, makhluk terkuat. Tapi aku terlalu naif, aku meremehkan Richard pada final pertama, dan aku mendapat ganjaran yang setimpal. Dari saat itu, aku mulai berlatih dan terus berlatih, hingga turnamen berikutnya digelar kembali. Lalu untuk kedua kalinya kami bertemu di final, demi menghormati lawanku aku langsung menggunakan seluruh kemampuanku di menit-menit awal. Aku menyerangnya, membombardirnya tanpa ampun, tapi dia masih bisa bertahan sambil membalikan serangan. Sampai suatu ketika aku dan dia benar-benar telah mencapai batas, dia masih memiliki jurus andalan yang dia simpan. Sihir pembangkitan, aku tak menyangka jika lawanku adalah seorang sepertinya. Rasanya aku benar-benar malu mengaku sebagai yang terkuat, saat itu aku pasrah, dan aku menyerah. Tapi sepertinya Richard tak mendengar apa yang aku ucapkan, dia tetap menarik busurnya, jika saja panitia dan juri tak turun kala itu. Aku mungkin sudah mati. Nyatanya aku hanya melarikan diri. Jika saja, waktu itu aku tak menyerah mungkin hasilnya akan berbeda. Dan sekarang aku melihatmu, seolah masa laluku terulang kembali. Kau benar-benar hebat, aku semakin bersemengat untuk memenangkan turnamen ini."
Aku tak tahu harus menjawab apa, hanya dengan mendengarnya aku paham dengan semua yang dia rasakan. Rival yang selama ini mengalahkannya, dapat aku kalahkan dengan sekali coba.
"Cepatlah bangkit, aku menunggumu di final."
Ragnar pun keluar dari ruangan UKS.
"Final … kah? Kuharap begitu," ucap Red dengan raut wajah yang seakan tak peduli.
"Rey!! Red!" Teriak Bobby yang masuk ke dalam ruangan dengan tergesa-gesa, dia mengejutkan semua orang yang sedang berada di ruangan UKS.
"Bobby? Ada apa?" Tanyaku kepada Bobby.
"Elen, adikmu, dia kalah dengan cepat oleh seorang gadis berambut merah, dia mengalahkan Elen hanya dengan satu serangan!"
Hah? Elen kalah? Meskipun kalah, Elen tak mungkin selemah itu dan kalah hanya dengan satu serangan. Gadis berambut merah? Apa dia orang yang sama yang waktu itu aku lihat di UKS dan di mading? Entahlah. Siapa sebenarnya gadis berambut merah tersebut? Kalau tidak salah, aku juga melihatnya waktu di atas panggung saat upacara penerimaan siswa baru. Tapi … entahlah, aku tak begitu memperhatikan.
"Aku sangat prihatin dengan peserta turnamen tahun ini, tidak … maksudku untuk 3 tahun ini, pemenang turnamen sudah di tentukan."
"Apa maksudmu Red?"
"Kau sudah mendengarnya, makhluk terkuat sudah terbangun."
"Makhluk terkuat?"
"Ya."
Tiba-tiba ekspresi wajah red berubah seketika, dia pun tersenyum kepadaku dengan senyuman kosongnya itu lalu pergi meninggalkan ruang UKS.
Lalu saat pintu UKS terbuka, aku melihat seorang gadis yang baru saja di bicarakan.
Gadis berambut merah berjalan melewati ruangan UKS bersama pengawal setianya.
Hari pertama turnamen pun di tutup dengan total 16 pertandingan, di hari kedua aku melawan Bobby, dan aku mengalahkannya dengan mudah. Total pertandingan di hari kedua adalah 8 pertandingan, dan menyisakan 4 pertandingan untuk hari ke 3.
Di hari ke 3 pun aku masih bisa dengan mudah mengalahkan lawanku, hingga pada akhirnya turnamen ini pun menyisakan 2 pertandingan utama dengan 4 peserta.
Dan ke 4 peserta tersebut adalah aku, Ragnar, Dino dan perempuan berambut merah.
Di pertandingan nanti aku berhadapan dengan perempuan si rambut merah, sedangkan Dino akan melawan Ragnar sang Ogre. Di hari ketiga ini, semi final dan grand final akan dilaksanakan pada hari yang sama, satu jam setelah pertandingan semi final atau jika kedua peserta sudah siap maka pertandingan grand final bisa di laksanakan secepatnya.
Pertandingan antara aku dan perempuan berambut merah itu pun dimulai.
Elen memberitahuku jika aku harus tetap waspada, serangan pertamanya benar-benar mematikan. Aku juga sangat terganggu dengan ucapan Red tentang makhluk terkuat yang terbangun, apa benar gadis si rambut merah ini adalah makhluk terkuat? Bukankah dia manusia biasa? Entahlah.
Aku tak boleh meremehkannya.
Tiba-tiba sesuatu terlintas di pikiranku.
Tu-tunggu! Jika dia bukan manusia? Ja-ja-jangan-jangan?!! Apakah dia elf?!!! Darah pun keluar dari hidungku, sial! Sial!! Aku benar-benar lelaki bajingan! Disaat seperti ini aku malah memikirkan hal yang tidak-tidak!
Dengan cepat aku langsung menutup hidungku dengan tangan kananku! Sial, sial, sial, sial! Aku harus tenang, aku harus dewasa, aku tak boleh terus seperti ini! Sial! Benar-benar memalukan.
"Rey…"
"…A-apa?"
"Bagaimana jika kita bertaruh, pertandingan ini akan terasa sangat membosankan jika kita hanya bertarung begitu saja."
"Be-bertaruh?"
"Ya."
"Aku tak mengerti, kenapa kita harus bertaruh? Aku tak punya apa-apa untuk di pertaruhkan."
"Hmmm… kalau kau kalah, kau akan jadi pacarku. Kalau kau menang aku akan jadi pacarmu. Bagaimana?"
"Ha-haaah?!!!!!"
Tiba-tiba semua penonton terdiam dan terkejut setelah apa yang baru saja gadis itu bicarakan. Bahkan aku dapat merasakan aura jahat dari salah satu tribun penonton! Aura itu berasal dari seorang perempuan yang sepertinya adalah temannya yang selalu mengawal kemanapun gadis berambut merah ini pergi.
"T-t-t-t-tu-tunggu dulu! Apa yang kau maksud pacar itu? Apakah pacar… pacaran?!!"
"Tentu saja, hubungan antara perempuan dan laki-laki, Rey apa kau tak pernah pacaran?"
"Aku tau soal itu dan juga … tentu saja aku pe-pernah!"
Mana mungkin aku pernah pacaran! Sialan, apa maksud dari perkataanya itu?! Apa dia bercanda?!
Entah kenapa aku pun merasakan aura lainnya yang menyengat tubuhku, dan aura itu berasal dari seseorang yang aku kenal, Elen! Apa lagi?!!
"Bagaimana apa kau menerima taruhan itu? Hmm… sudah di putuskan, kau harus menerimanya, kau tak bisa menolaknya."
"Tunggu dulu! Jangan bercanda! Jangan memutuskan sesuatu begitu cepat! Menang atau kalah … kau tetap akan jadi pacarku! Bukankah itu aneh? Apa yang sebenarnya kau mau dariku?"
"Cinta, apakah salah jika aku menyukaimu?"
A-
Hah?!!!!
Perkataanya itu benar-benar menusuk hatiku.
Lagi-lagi aku merasakan aura yang menyengat tubuhku dari berbagai arah di tribun penonton.
"Tapi … bukan kah pacaran itu terjadi jika dua orang saling menyukai, benarkan? Bagaimana bisa aku mencintai seseorang yang bahkan aku sendiri pun tak tahu siapa?"
"Reina, namaku Reina Zecht. Lihat … dari nama saja kita sudah sangat cocok bukan?"
"Ya-ya … benar juga, tapi … bukan itu maksudku!"
"Jadi, apa kau menolakku? Apa kau tak menyukaiku? Apa kau membenciku?"
Dia berkata seperti itu dengan menunjukan ekspresi sedih yang sepertinya hanya untuk mengolok-olokku. Sial, benar-benar merepotkan!
"B-b-bukan seperti itu! Tapi ya … ku rasa …"
"Pada akhirnya kau memilih perempuan lemah itu bukan?"
Perempuan lemah? Apa maksudnya Elen?
"Aku tak mengerti, dan juga … aku tak begitu memikirkan hal-hal seperti itu. Aku tak peduli."
"Hmmm… baguslah, tapi … tetap saja! Taruhan adalah taruhan!"
Tiba-tiba sebuah aura besar berwarna merah yang meluap-luap keluar dari tubuh Reina, si gadis berambut merah. Aku bisa merasakannya! Untuk sesaat aku merasa seperti sedang berada di tengah-tengah lautan lava. Kekuatannya benar-benar besar! Tanpa pikir panjang aku langsung merubah tubuhku dengan sihir perubahan tingkat 2!
Perasaan ini. Kekuatan ini. Rasanya sudah tak asing lagi.
Reina si gadis berambut merah itu pun mengepalkan tangan kanannya, dia mengancang-ngancang dan memukulkan tangan kanannya di udara! Lalu tiba-tiba—
Dia sudah berada di depanku dengan cepat! Terlalu cepat! Pergerakannya benar-benar tak masuk akal! Tubuhku bahkan tak bisa merespon pergerakannya, aku hanya bisa terdiam! Padahal … saat ini aku sudah memakai sihir perubahan tingkat 2! Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa.
Saat itu juga aku mengalami fenomena dejavu, aku kembali teringat saat pertarunganku di hari pertama.
Siapa sebenarnya gadis ini?!!
Dengan wajah yang sangat serius dia berkata, "Tak akan ada yang bisa mengalahkan kekuatan fisikku, apapun itu, siapa pun itu, bahkan seorang Aegis sekalipun."
Tak lama setelah mengucakan itu, dia pun memukul perutku dengan tangan kirinya.
BUGSSHH!
Angin menembus punggungku. Darah keluar dari mulutku.
Lalu perlahan, kesadaranku mulai menghilang. Dan disaat itu juga Reina kembali berkata dengan wajah yang sedikit ceria, "Mulai hari ini kita berpacaran, sa … yang." Ha … argh … apanya yang sayang … sialan, aku kalah dengan sangat mengecewakan.
Aku pun tak sadarkan diri, dan kembali bangun di ruangan yang sudah tak asing lagi bagiku.
UKS.