Chereads / Aegis The Twins Bloodless - Re:Turn / Chapter 10 - Kesempatan

Chapter 10 - Kesempatan

Sore ini aku ada janji untuk bertemu dengan kak Lisa di ruangan OSIS, ketika aku sudah berada di depan pintu ruangan OSIS dan berniat untuk mengetuk pintu tersebut, nyatanya pintu itu sudah terbuka sedikit. Tanpa basa-basi aku langsung memegang gagang pintu tersebut dan saat aku mencoba untuk membuka pintunya—

"Ahh…"

"Hentikan…"

"Kumohon…ahh."

"Jika tidak… jika tidak… ahh."

"Aaaahh…"

ADA APA INI?!!!!

Kenapa aku mendengar dua orang perempuan sedang mendesah?!! Di tempat seperti ini!!!! Sial, aku harus segera pergi sebelum mereka tahu aku mendengar semua itu!

Namun, disaat aku membalikan badanku—

"Eits, mau kemana lagi? Rey."

"Rey? Tunggu kak, apa jangan-jangan dia Rey yang waktu itu terlambat saat upacara pembukaan?"

"Ya, dia Rey Kusuma, Aegis."

"Rey, apa kau tak ingat? Aku yang meminjamkan jas almamater sekolah waktu itu."

Sial aku tertangkap basah! A-apa mereka berdua yang sedang 'main' barusan?!!

"Kyaaaaaaaaaaaaaaa!" teriak seseorang dari dalam ruangan OSIS.

Sepertinya bukan, dan juga … pantas saja aku seperti pernah melihat mereka berdua. Mereka adalah orang yang sama yang waktu itu memergokiku saat aku mencoba kabur di hari upacara penerimaan siswa baru. Satu orang laki-laki dan satu orang perempuan yang meminjamiku jas alamamater sekolah.

"Masuklah, apa yang kau dengar adalah apa yang kau pikirkan, aku tak bisa membantahnya."

Apa? Ja-jadi benar apa yang aku dengar barusan adalah—

Saat aku memasuki ruangan OSIS tersebut, dan di saat aku benar-benar melihatnya! Aku melihat sesuatu yang sangat di larang! Lisa dan Nino! Apa yang mereka lakukan?!!

Lisa dan Nino sedang berada di atas kursi, posisi Nino berada di bawah dan Lisa di atas, dia sedang menggoda Nino dengan menggelitiki tubuhnya hingga Nino berurai air mata karena sudah tak kuat untuk tertawa lagi. Dan juga … lekuk tubuh mereka terlihat dengan jelas karena tubuh mereka saat ini sedang berkeringat sehingga bajunya terlihat sedikit ketat dan terjiplak!!

Pemandangan apa yang aku lihat saat ini?!!!! Apa aku beruntung? Atau aku sedang sial?!

Ahh… seandainya mereka elf.

Tidak-tidak! Tidak boleh! Kenapa! Ada apa denganku! Otakku sialan! Arghh!!

"Lisa, hentikan itu, kita kedatangan tamu, kau harusnya hentikan itu … apa kau tak malu? Kau ketua OSIS melakukan hal semacam ini di depan junior mu," ucap seorang lelaki yang sebelumnya menyuruhku masuk.

Seketika badan Lisa seolah seperti terasa ada sesuatu yang menyengatnya saat lelaki itu menegur perbuatannya terhadap Nino.

Dan juga … Lisa? Ketua OSIS?

"A-ah … Reyy, apa kabar? Ada apa kemari?" tanya Lisa seolah seperti tak ada sesuatu yang terjadi.

"Bukankah kau menyuruhnya untuk menemuimu?"

"Begitu ya, hmmm … ya! Aku ingat, duduklah."

Semua orang pun duduk di sofa yang membentuk huruf 'U', sedangkan Lisa dia duduk di depan kami semua di kursi paling depan menghadap ke arah kami. Di ruangan ini hanya ada lima orang yang di antaranya, Lisa, ketua OSIS, dari kelas 3-A. Nino, sekertaris OSIS, kelas 2-B. Bobby, anggota OSIS, kelas 2-B. Will, wakil ketua OSIS, kelas 3-C … lelaki yang sudah dua kali memergokiku, dan Yuki, bendahara OSIS, kelas 2-A … seorang gadis yang selalu bersama Will.

"Kalian mau minum apa?" tanya Bobby kepada kami semua.

Semua orang memesan kopi dan teh hangat, sedangkan aku hanya air mineral. Bobby pun berdiri dan membuatkan minuman yang kami pesan.

"Ehm…" gumam Lisa.

"…?"

"Langsung saja pada intinnya, Rey!"

"Y-ya??"

"Mau kah kau bergabung menjadi anggota OSIS?"

"H-hah?!!! Tunggu! tunggu, apakah ini tidak terlalu mendadak? Dan juga kenapa-"

"Stop! Tahan dulu Rey, tahan dulu pertanyaanmu, aku tahu apa yang akan kau tanyakan, aku akan menjelaskan semuanya. Aku tahu, aku tahu siapa kau sebenarnya dan aku tahu apa tujuanmu. Kau ingin memasuki portal bukan? Portal dimensi, tak sembarang orang bisa keluar masuk begitu saja. Ada beberapa cara untuk bisa memasuki dunia Aizza. Cara pertama yaitu dengan menjadi seorang petualang resmi, kau harus punya lisensi dari pemerintah terlebih dahulu, dan untuk mendapatkan lisensi tersebut tidaklah mudah. Setelah itu kau harus mendaftar di guild sebagai salah satu syarat lainnya. Cara kedua memasuki Aizza adalah dengan menjadi turis, kau harus membayar biaya perjalanan 150 Juta rupiah. Mahal sekali bukan? Dan cara terakhir yaitu kau bergabung dengan divisi penangulangan bencana khusus antar dimensi yang di kelola oleh aliansi dua dunia. Tentunya kau akan menjadi budak pemerintah, daftar pun tidaklah susah, kau hanya perlu lulus kuliah dan mendapat gelar sarjana, baru kau bisa mendaftar disana. Tapi jika kau bergabung dengan OSIS, kau bisa masuk ke portal sana dengan mudah! Kau akan mempunyai akses masuk ke Aizza dengan sebagai pelajar, atau lebih tepatnya saat pertukaran pelajar. Dengan rekomendasi OSIS tidaklah susah bagi siapapun yang ingin masuk ke dunia tersebut. Bahkan setelah kau lulus kau juga akan mendapat rekomendasi jika kau ingin daftar sebagai seorang petualang resmi, bagaimana? Menarik bukan? Aku sangat tahu, kau mengikuti turnamen tersebut demi mendapat hadiahnya bukan? Tapi itu akan sangat susah, mengetahui lawanmu nanti adalah anak dari Venrie Moonford, pria terkuat di sekolah. Richard."

Apa yang baru saja dia jelaskan benar-benar sangat menarik perhatianku.

Apa dengan menjadi anggota OSIS aku bisa dengan bebas keluar masuk kedalam portal tersebut? Aizza, aku yakin sekali jika ayahku berada di sana. Info yang aku dapatkan dari perpustakaan, saat aliansi kedua dunia memenangkan pertempuran, beberapa kelompok dari manusia memutuskan untuk pergi ke Aizza untuk menyelesaikan apa yang mereka mulai. Mereka mencoba mencari dan mengalahkan sisa-sisa The Immortals yang berhasil melarikan diri. Aku sangat yakin jika ayahku adalah salah satu dari mereka.

Sepertinya aku memang harus mengambil kesempatan ini.

"Aku—"

"Rey."

"Elen??"

Tiba-tiba saat aku berniat mengatakan jika aku akan bergabung, Elen sudah berada di ruangan ini begitu saja. Semua orang sangat terkejut, Bobby yang baru saja meminum minumanya tiba-tiba termuntahkan kembali karena saking terkejutnya dia. Kecuali satu orang, Lisa. Seolah dia sudah tahu jika Elen akan datang.

"Kau tak perlu bergabung dengan mereka untuk dapat masuk ke Portal, apa kau lupa siapa aku? Aku bisa membawamu ke portal tersebut kapanpun."

"A-ah… ya … benar, aku lupa."

"Dan juga, bagan pertandingan turnamen itu sendiri telah di atur supaya kau kalah di awal dan kau akan bergabung dengan OSIS."

"D-di atur?"

Tiba-tiba suasana menjadi hening, seolah rencana OSIS dibeberkan begitu saja oleh Elen.

"Tunggu dulu, meskipun kau lahir di sana tapi dari tanda pengenalmu itu … kau lahir di kota Bandung. Maka peraturan yang sama pun berlaku bagi ras mana pun, benarkah itu? Jadi aku akan bertanya padamu Elen, apa kau pernah melewati portal tersebut? Dari raut wajahmu itu sepertinya, kau tidak pernah ke sana … ke Aizza. Mengenai bagan turnamen, kami benar-benar tak ada sangkut pautnya. Yang membuat bagan tersebut adalah pihak sekolah, kami benar-benar tak tahu apapun. Jadi, Rey … begitulah. Pikirkan lagi, kau ingin bertemu seorang elf bukan?"

"Oke aku masuk—"

BUGGG

Elen tiba-tiba memukulku dan membuatku terpental!

Mulutku benar-benar tak bisa ku kontrol apabila sudah bersangkutan dengan elf, apapun itu. Sialan! Benar-benar memalukan! Dan juga … menyakitkan! Elen sialan!

"Tapi dengan syarat, kau harus mengajak Red Scarlett agar dia bergabung dengan anggota OSIS," ucap Lisa sambil membenarkan posisi kacamatanya, seolah dia mempunnyai rencana yang jahat.

"Tuh kan?! Rey, mereka hanya memanfaatkanmu demi mendapatkan kakakku untuk bergabung dengan mereka, aku tahu betul rencana busuk mereka," ujar Elen kepadaku.

"Tapi Elen, ini adalah kesempatanku. Aku tak bisa menunggu lama, aku harus bisa masuk ke portal tersebut, aku ingin tahu … apa ayahku masih hidup."

"Kalau begitu, aku bergabung," ucap seseorang yang baru saja datang dan membuka pintu ruangan OSIS.

Hah…? Eh…? Eh?!!!!!!!

Tiba-tiba orang yang sedang dibicarkan datang, Red Scarlett! Dia datang dan tiba-tiba menyatakan bahwa dia akan bergabung menjadi anggota OSIS! Dia mendengar semua pembicaraan kami sebelumnya.

"Kakak? Kenapa kau bergabung? Sudah jelas jika mereka sedang menyembunyikan sesuatu!" tannya Elen kepada Red Scarlett.

"Hmmm, tidak ada, hanya saja jika teman sekamarku membutuhkan bantuanku maka aku harus menolongnya, benarkan? Rey."

Dia tersenyum kepadaku saat mengatakan hal itu, tapi entah kenapa senyumannya itu terasa sangat kosong dan tak berarti apapun bagiku.

"Oke! Sudah diputuskan, kalau begitu, Rey, Elen, dan Red! Selamat datang di keluarga OSIS!" ujar Lisa dengan wajah yang sangat bahagia.

"Aku juga?!" tanya Elen.

"Ya, tentu saja. Apa kau yakin akan membiarkan Rey di sini sendirian denganku dan dengan wanita-wanita ini? E l e n?" tanya Lisa kepada Elen sambil berbisik tepat ke telinganya Elen.

Tiba-tiba wajah Elen memerah, kemudian dia menghilang seketika.

Kami pun menyudahi pertemuan ini dan pulang bersama menuju asrama.

Saat di jalan Nino kembali memperingatiku tentang betapa kuatnya Richard, dia memberitahuku jika Richard sendirilah yang meminta langsung kepada pihak sekolah agar dia bisa melawanmu di ronde awal.

Nino juga mengaku jika dia mengagumi sosok Ragnar. Ragnar si ogre yang sudah dua kali kalah di final oleh Richard, di pertandingan pertama saat mereka kelas 1 mereka berdua dengan mudah mengalahkan kakak kelas mereka dan melaju ke babak final. Saat di final, Ragnar kalah dengan mengenaskan, beberapa tulang rusuknya patah, dan banyak sekali luka memar dan luka bakar di sekujur tubuhnya. Dia bisa saja kehilangan nyawanya waktu itu jika panitia tak menghentikan pertandingan.

Di tahun kedua mereka berdua berhasil melaju ke babak final lagi, namun kali ini pertarungan tersebut imbang. Semua penonton menyoraki, menyemangati dan mendukung mereka. Para penonton ikut bersemangat sampai suatu ketika mereka berdua menunjukan kekuatan asli mereka. Richard yang waktu itu terpojok dan hampir kalah, terpaksa menggunakan sihir tingkat tinggi yang hanya bisa dilakukan oleh ahli sihir kelas atas.

Saat sihir tingkat tinggi itu hampir selesai di lafalkan, panitia dengan cepat turun tangan ke arena dan menghentikan mereka berdua. Pertandingan itu terpaksa di berhentikan, dan pemenangnya di putuskan melalui pemungutan suara dari para juri.

Dan Richardlah yang keluar sebagai pemenangnya.

Ragnar hanya bisa menerima keputusan itu dengan lapang dada.

Bahkan sampai dengan hari ini, pertarungan mereka masih belum berakhir.

Setelah mendengar semuat itu, aku semakin penasaran dengan seseorang yang bernama Richard Moonford ini, pertemuan kami memang tak sengaja waktu itu, tapi aku bisa merasakan bahwa dia memanglah seseorang yang sangat kuat.