Aku dan Elen kembali berjalan bersama menuju asrama, entah kenapa hari ini aku hanya berjalan dan berjalan, rasanya keseharianku di sekolah sangatlah tidak berguna. Aku tak mendapatkan pelajaran apapun seperti apa yang aku harapakan sebelumnya. Aku malah mendapatkan masalah demi masalah, begitupun dengan pertemuan demi pertemuan yang tak di inginkan.
Termasuk ke 3 orang laki-laki yang sepertinya sudah menungguku di luar gerbang sana.
Ada apa lagi? Meskipun tak perlu di tanyakan sekalipun aku tahu apa yang mereka mau, balas dendam. Ha…h aku benar-benar lelah.
"Kalian berdua kemari, ikuti kami."
Aah … sial, mood ku sedang buruk, aku hanya ingin pulang dan tidur.
"Tolong bisakah kita melakukannya di lain hari? Aku sedang tak ingin berurusan dengan kalian."
"Hahh?!!! Kau pikir kau bisa lewat begitu saja hah?!! Setelah apa yang kau perbuat kepada kami dan tuan Dino!"
"Tolonglah—"
Aku memfokuskan auraku ke arah mereka dengan tujuan sedikit mengancam mereka. Dan seketika kedua orang yang berada di samping Dino, tiba-tiba berkeringat dingin, mereka mundur dan terlihat sangat ketakutan kepadaku. Mereka lari dan pergi meninggalkan Dino begitu saja.
"Oi oi oi, yang benar saja, kau membuat anak buahku takut, dasar anjing sialan!"
Matanya balik melotot kepadaku, pandangannya terlihat penuh dengan amarah, auranya terasa menyakitkan.
Pu-puun?!! Tidak-tidak, dia Dino! Tapi kenapa auranya bisa seperti itu?!! … Benar! Aku lupa, ternyata memang benar, jika dia adalah seorang Aegis!
Auranya itu benar-benar menunjukan niat membunuh yang sangat kuat!
"Hey kalian berdua! Hentikan. Tak baik jika kalian berdua harus bertengkar seperti ini, jika kalian memang ingin bertarung, maka bertarunglah di acara turnamen sekolah 1 bulan lagi dari sekarang. Itupun jika kalian berani, cepatlah bubar-bubar. Huss… huss…"
Tiba-tiba Lisa dan beberapa anggota OSIS lainnya menghentikan kami berdua. Tanpa berpikir panjang, Dino langsung meninggalkan kerumunan begitu saja dan pergi menuju asrama. Dan Elen … tunggu, Elen?! Dimana dia? Sepertinya dia sudah pulang duluan, aku benar-benar tak melihatnya dan tak menyadarinya.
"Terimakasih telah membantuku lagi dan lagi, kalau begitu … aku pergi."
"Ya, tak masalah, itu sudah menjadi tugas kami."
Aku pun pergi dan kembali berjalan menuju gedung asrama.
Di lain sisi, Lisa ketua OSIS membenarkan kacamatanya, gerakanya itu memiliki maksud dan tujuan yang dalam.
Haahh… akhirnya aku sampai di kamarku, akhirnya aku bisa beristira—
"Hat!"
"Kya!!"
Elen sangat terkejut saat mendengar teriakanku, lagi pula kenapa dia bisa berada di kamarku?!!! Bagaimana bisa dia masuk ke kamarku tanpa kunci?!
Bahkan lihat! Dia sudah tertidur!
"Tolong lah, hentikan semua ini, cepatlah aku benar-benar lelah."
Elen berdiri dan pergi begitu saja tanpa sepatah dua patah kata pun.
Ha…
Akhirnya aku bisa beristirahat—
DUG DUG DUG
Ya tuhan! Apa lagi?!!
"Bisa kah kau berhenti menggangguku—" dengan nada yang tinggi aku berteriak dan seketika berhenti.
Awalnya aku pikir seseorang yang mengetuk pintu adalah Elen, tapi ternyata … kakaknya Elen! Red Scarlett!
"A-ada apa kakak? Eh- bukan, maksudku Red? Kakaknya Elen?"
"Eh......... e...…"
"Hmm???"
"Intinya, sekarang aku adalah teman sekamarmu. Aku sudah lelah, ijinkan aku tidur, selamat malam."
Eh…?
Eh!!??????!?!?!?!
Yang benar saja?! Kenapa semua ini bisa terjadi?! Kenapa aku bisa sekamar dengan seorang anak dari sang pahlawan?!!! Kenapa-kenapa kenapa?!!! Arghhh!!!!
Yang lebih penting saat ini adalah tidur, terjawab sudah mengapa ruangan ini memiliki 2 kasur jika hanya untuk 1 orang.
Malam berganti pagi, akhirnya kali ini aku bisa berangkat tepat waktu, dan di hari ke 3 ini akhirnya aku mendapatkan seragam sekolah yang baru. Seketika aku teringat dengan Red Scarlett yang baru saja menjadi teman sekamarku, tapi dia sudah menghilang. Jangan bilang jika dia berangkat sepagi ini? Entahlah. Yang terpenting aku harus berangkat sekarang.
Setelah selesai mandi, merapihkan barang, kamar, dan sarapan seadanya, aku mulai pergi. Saat aku membuka pintu kamarku, seseorang telah menungguku. Dengan senyum manisnya dia menyapaku.
"Hai, selamat pagi Rey."
"A-ah, pagi."
Aku tak tahu apa maksud dari semua perlakuannya kepadaku, seolah dia menyimpan sesuatu di balik senyumannya itu, entahlah. Untuk sekarang aku akan mengikuti arus yang ada, aku akan mengikuti semua permainannya, aku akan pasrah dan ikut kemanapun dia membawaku sampai aku benar-benar tahu apa maksud dan tujuannya mengikutiku terus menerus.
Setelah sampai di sekolah, aku teringat sesuatu yang penting.
Dimana kelasku?!!!
"Hey Rey, kenapa kau melamun?"
"Elen, aku tak tahu dimana kelasku."
"Hffpt, haha … hahahaha … apa kau memang sepelupa ini atau memang tak tahu?"
"Ya … maafkan aku yang tak tahu apapun ini."
"Kau ini bicara apa? Kita ini sekelas bukan?"
"Benarkah itu?"
"Yap."
"Kalau begitu, syukurlah."
"Ngomong-ngomong, kau benar-benar menyukai ikat kepala itu ya?"
"Tentu saja, ini satu-satunya pemberian dari orang yang kusayang."
"Hmmm … begitu?"
Entah kenapa ekspresi Elen berubah seketika secara drastis, lalu tiba-tiba saat aku mengedipkan mataku dia sudah menghilang dari hadapanku begitu saja! Apa ini sihirnya? Ilusi?? Jika sihir seharusnya terlihat ada bekas lingkaran sihir, tapi aku tak melihatnya sama sekali, apa yang dia lakukan?! Dimana dia?!
Dan juga … bukankah dia mau mengantarku ke kelas?!!! Ahhh!!! Sialan!
Padahal aku sudah tak berpikir negatif tentangnya, tapi ternyata Elen tetaplah Elen. Meskipun dia seorang elf perempuan, tapi ya … begitulah. Satu-satunya penyelamatku yaitu Lisa, aku harus segera menemuinya sebelum bel masuk berbunyi.
Namun saat aku mencarinya ke UKS, di dalam sana terdapat siswi yang sedang tertidur. Entah kenapa aku seperti pernah melihatnya di suatu tempat, seorang gadis dengan rambut berwarna merah yang cukup panjang dengan kulit tubuhnya yang sedikit pucat, dia sedang tertidur.
Lalu tiba-tiba seorang perempuan menepuk pundakku dari belakang dengan tatapan yang cukup tajam kepadaku.
"Permisi, apa yang kau lakukan di sini?! Apa kau coba mengintip?!! Dasar mesum!"
"Me-me-mesum?!! Tidak-tidak, kau salah paham. Aku hanya sedang mencari seseorang, dia bilang aku bisa menemukannya di sini, aku sedang mencari kak Lisa. Apa kau mengenalnya?"
"Lisa? Tentu saja aku tahu, semua orang juga mengenalnya. Dia tidak ada disini, lagi pula dia bukan anggota PMR, seharusnya kau tahu dimana dia berada. Aku pikir jika dia tidak ada di ruangan OSIS, maka dia belum datang, cek saja kesana."
"Ah baik, ngomong-ngomong siapa— ah lupakan, terimakasih."
"Hmm?"
Tanpa basa-basi aku bergegas pergi menuju ruangan OSIS, namun di tengah perjalan aku melewati satu kelas yang di dalamnya terdapat seseorang yang sudah tak asing lagi!
Elen!
Ya! Dia Elen!
Apa benar ini kelasku? Entahlah.
Siaaaal! Aku benar-benar tak tahu apa ini memang kelasku atau bukan! Aku tak berani masuk, jika aku masuk dan ternyata ini bukan kelasku, aku akan benar-benar malu! Arghh!! Sialan! Kenapa hal sepele ini terasa sangat menyulitkan sekali!
Tak lama setelah itu muncul Dino dan ke dua temannya, dia melewatiku dan menatapku dengan tatapannya yang dingin. Entah kenapa dia terlihat sedikit berbeda dari biasanya yang selalu berapi-api saat bertemu denganku.
"Apa yang kau lakukan di sana? Minggir, kau menghalangi jalan tuan Dino! Dasar anjing kampung!"
Meng-menghalangi??? Tunggu bukankah ini kelas Elen? Apa mereka sekelas?!! Tunggu-tunggu jika mereka sekelas maka ada kemungkinan aku pun akan menjadi teman sekelasnya?!!! Tapi ya-ya … tak masalah bagiku selama dia tak menggangguku.
Bel masuk pun berbunyi. Dan aku masih berdiri di luar kelas hingga guru di jam pertama datang.
"Hey, apa yang kau lakukan di luar sini, cepat masuk."
"Apa kelasku di sini bu?"
"Apa yang kamu maksud? Ibu tak mengerti, bukankah kau Rey? Rey Kusuma? Benarkan? Kamu muridku, tentu saja kelasmu di sini. Apa yang kamu bicarakan? Cepat masuk."
"Y-ya baiklah."
"Apa yang kau tunggu?!! Cepat masuk!"
"Ya … baiklah."
Aku masih berdiri dan tak melangkah satu langkahpun, aku benar-benar gugup.
"Ha… ikuti aku."
"Ya."
Aku pun masuk mengikuti Bu guru dari belakang.
"Selamat pagi anak-anak, kenalkan … dia Rey, Rey Kusuma. Entah kenapa tapi sudah dua hari dia tidak masuk, dan sekarang dia baru bisa masuk. Rey, duduklah … kursimu di paling belakang di depan nona Scarlett."
"Ya, terimakasih."
Dia benar guru yang baik dan tahu apa yang ku mau! Dia benar-benar perempuan yang sangat-sangat baik, andai saja dia elf mungkin aku akan jatuh cinta berkali-kali lipat besarnya.
Tatapan semua orang saat pertama kali melihatku tentunya agak sedikit sinis dan dingin, entah apa yang ada dipikiran mereka saat ini aku tak peduli. Lagi pula sejak awal aku tak pernah berniat untuk mencari seorang teman di sini, tak peduli jika aku memang tak akan mendapatkan satu pun teman di sekolah ini, mereka yang benar-benar ingin berteman akan datang dengan sendirinya. Tujuan utamaku adalah bertambah kuat dan semakin kuat. Hingga jika telah tiba waktunya, saat aku telah pantas di sebut sebagai seorang Aegis, aku bisa masuk portal dimensi kapan pun aku mau.