Bab 2
Dirinya siapa? Sang Ibu, Narn, juga tidak ingin bertanya lebih jauh. Sejak masih bayi, Zas memiliki gerak-gerik yang mencurigakan walau terlihat normal. Semakin bertambah, tatapan penuh ambisi itu semakin kentara. Narn tau, dia sangat tau. Tapi memlih diam saja, sebab perlakuan Zas yang pekerja keras dan enggan menyusahkan, itu sudah lebih dari cukup. Zas adalah anaknya yang terbaik!
"Apa kau ingin ibu masakkan sesuatu? Jika kau tidak sempat makan, ibu akan membawakanmu makanan nanti. Akan diantar Day setelah dia pulang dari sekolah." Narn duduk di meja, sembari mengupas bawang merah.
"Tidak perlu, Bu. Day hari ini ada pekerjaan. Katanya, setelah pulang dari sekolah, dia akan bekerja paruh waktu di toko roti."
"Dia sudah bekerja?"
"Iya, kemarin sore Day baru menceritakannya kepadaku." Zas tersenyum tipis, lalu ikut duduk di hadapan Narn, menaruh mie-mie yang sudah di belinya kedalam wadah besar.
"Ah, begitu rupanya." Tampak ada kekecewaan di mata Narn.
"Kenapa?"
Narn Menggeleng. "Aku merasa bukan ibu yang baik."
"Aku pikir ibu adalah ibu yang baik. Aku hanya tidak bisa melepaskannya." Zas mendesah berat.
"Melepaskan apa?" Dahi Narn mengernyit. Zas menatap Narn serius. Tatapannya menjadi sedikit sendu. Sebenarnya Zas tidak ingin mengatakan semua ini. Akan tetapi, akan semakin terlambat jika tidak dimulai sekarang. Zas menutup matanya sejenak. Sedangkan Narn semakin antusias, penasaran apa yang akan dibicarakan Zas. "Bu, bagaimana jika aku adalah bangsa manusia burung?"
Terkejut. Narn sangat terkejut. "Apa maksudmu?"
"Bagaimana jika aku adalah bangsa manusia burung yang harus kembali, dan membawa dendam. Berambisi menghapus para manusia, Ibu?"
Napas Narn terasa berhenti di tenggorokan, melihat anaknya yang memiliki mata membara itu, begitu menyala seperti api abadi yang membakar dunia. Ambisi yang besar. "Apa aku juga termasuk, Zas?"
Zas berhenti mewadahi mie-nya. "Itu termasuk pengecualian, Bu. Apa ibu mau ikut denganku?"
Narn menggeleng. "Tidak, ibu akan di sini saja. Ngomong-ngomong kenapa kau membenci manusia?" Rasa penasaran itu tidak bisa dibendung begitu saja. Jika tidak memiliki masalah. Jika Zas benar-benar ingin menceritakan. Dan, jika Zas sungguh mempercaiyai ibunya yang sudah tua ini.
"Manusia itu mengerikan, Bu. Mereka bisa menjadi iblis dan malaikat di waktu bersamaan. Kadang lebih mengerikan ketimbang iblis itu sendiri. Aku membenci kaum bedebah itu. Mereka teramat bajingan, karena membuat kaumku menderita dan harus bersembunyi selama dua ribu tahun. Bahkan, aku membutuhkan waktu untuk mencari keberadaan mereka."
Narn menunduk. "Begitu, ya?" ujarnya lalu pergi.
Zas sudah menantikan ini. Setelah sekian lama, akhirnya tiba. "Ash, jika kau mendengarku. Mendengar dendam yang bergejolak ini, maka tunggulah. Tunggu kematianmu!"
Tentu saja, ucapannya akan tersampaikan. Ash, sedikitnya memiliki hubungan dengan Zas. Itu karena sumpah sehidup semati yang bodoh. Dan sumpahnya sendiri sudah kotor, busuk, menjijikkan. Zas tidak memiliki alasan untuk menganggap itu sebuah sumpah lagi, tetapi hukuman. Konsekuensi buruk dari tindakan yang bodoh.
Bahkan, sejak Zas terlahir kembali, Ash sudah mengetahuinya. Ash mengetahui posisinya. Namun, sampai sekarang, dia tidak mengerti kenapa lelaki itu tidak muncul. Mungkin, karena belas kasihan. Ya … itu adalah alasan yang layak dan masuk akal.
"Tuan, apa kau masih memikirkan tragedi itu?" ujar Bai, asisten kepercayaan Ash. "Tuan, aku tidak tau apa pun. Aku hanya mendengarnya darimu. Akan tetapi, apa perundunganmu ini layak?"
"Mataku masih jernih, kulitku masih sama seperti dua ribu tahun yang lalu. Kekuatanku, kekayaan, kehormatan, dan … segala pencapaian yang diucapkan oleh Zas menjadi kenyataan. Aku pikir, sumpah itu tidak akan bertahan lama. Tapi, semakin hari, semakin aku merasa kepedihan. Jika ada orang yang ingin menukar segala yang kupunya, aku benar-benar akan setuju. Bahkan kematianku sekalipun."
Bai mengernyit. "Tuan, apa itu tidak terlalu berlebihan?"
"Menurutmu, mungkin terdengar bodoh. Manusia memang payah. Aku, Ash, tidak hanya sekali ingin bunuh diri. Tidak hanya sekali ingin keluar dari jabatan ini. Tidak hanya sekali melakukan konspirasi untuk kemunduranku. Hahahaha… Bai, kau hanya gadis muda yang tidak tau apa pun. Tetaplah seperti itu. Sebab, dia sudah bertindak dan akan membalaskan dendam."
"Anda tidak melakukan apa-apa?" Bai merasa aneh.
"Apa yang harus aku lakukan, Bai? Bahkan, sampai saat ini aku tidak bisa melakukan apa pun. Aku hanya lelaki pengecut yang tidak bisa mengendalikan kebencian. Pemberontakan dari sang legenda yang dipuja akan menjadi darah yang mengerikan. Jika itu terjadi, aku benar-benar tidak peduli." Ash menutup matanya.
"Apa anda jauh lebih tenang?" tanya Bai ketika dia memijit kepala tuannya. Wajahnya tampan dan sangat mempesona. Setiap beberapa tahun sekali, dia akan memanipulasi kematiannya. Dan menunjukkan penampilan yang baru. Ini hanya demi agar orang lain tidak curiga. Bai begitu beruntung saat Ash menemukannya dan membawanya. Sejak saat itu, Ash benar-benar merawatnya seperti anaknya sendiri. Akan tetapi, jika boleh, jika tuhan memberikan belas kasih yang sama. Bai ingin Ash melihatnya sebagai seorang wanita.
"Berapa umurmu, Bai?" tanya Ash yang membuat Bai terkejut bukan main.
"Ah?"
"Berapa umurmu?" tanya Ash sekali lagi.
"A-Aku … lebih dari dua puluh tahun." Bai menjawab dengan gugup.
"Lebih berapa?" Ash bangkit dari kursi.
"Satu."
"Kau sudah dewasa, ya, rupanya? Maaf, aku tidak pernah merayakan ulang tahun untukmu. Aku juga tidak pernah tau tanggal lahirmu. Jika belum terlambat, aku akan meminta pelayan untuk mengatur pesta ulang tahun. Apa benar belum terlambat?"
Bai menggeleng. "Be-belum, Tuan. Lima hari lagi. Lima hari lagi aku akan ulang tahun yang ke-21."
"Baik." Ash segera menelpon kepala pelayan.
Jika Bai dizinkan untuk berterima kasih, dia akan melakukannya dengan sepenuh hati. Selama ini, Ash melarangnya untuk melakukan itu. Entah ini tindakan yang terpuja, atau bagaimana. Bai tidak tau. Yang jelas, dia juga ingin memeluk lelaki itu. Akan tetapi, Bai sadar diri. Dia bukanlah wanita luaran sana yang mengejar Ash. Memang benar, tuannya itu adalah sosok idaman. Setiap 'keturunannya' selalu dikenal dengan lelaki idaman. Meski kenyataannya itu adalah orang yang sama.
Sejauh yang Bai tau, ketika waktunya, pengumuman kematian akan muncul. Menurut rumor, keluarga yang dikenal dengan marga Nan itu akan menikah dengan wanita 'beruntung' dan merahasikan kehamilannya. Anak-anak keluarga Nan tidak akan muncul di depan publik sampai sang ayah meninggal. Meski begitu, tidak ada yang mencurigainya. Sebab, tuannya sudah menyebarkan rumor bahwa keluarganya, marga Nan, memiliki kutukan pendek usia. Tidak akan bertahan lama lebih dari tiga puluh tahun.
Hanya saja, Bai lebih penasaran bagaimana kinerja Ash saat menikah itu. Apa benar dia menikahi manusia … atau hanya membuat berita saja? Itu bisa saja terjadi mengingat pengaruh Ash terhadap dunia bisnis sangat besar.
"Apa yang kau lamunkan?" Ash bertanya ketika merasakan daya pijatan Bai menurun.
"A-ah, aku hanya terlena dengan pencapaian, Tuan."
"Sudah kukatakan, aku benci pencapaian ini."
Bai berdiri, memutari kursi dan mengahadap Ash. "Apa, Tuan, ingin sesuatu?"
"Keinginan?" Ash merenung. "Aku hanya ingin melihat bagaimana rupa 'dia' dikelahiran ini. Hanya itu."