Saat Zas selesai menghubungi adik dan ibunya yang masih diam membeku seperti serangan jantung, perlahan-lahan dia juga mulai mengumpulkan kekuatan untuk terbang. Sudah lama dia tidak mendapatkan sayapnya. Paling tidak, luka terbentur pohon pasti ada. Anggap saja, ini pertama kalinya Zas belajar terbang, sebagai pemula.
Akan tetapi, ternyata penngalamannya dua ribu tahun yang lalu masih bisa diharapkan. Dengan cepat dia bisa memfungsikan sayapnya dengan baik. Walau Zas tau, kecepatan terbangnya masih bisa dikatakan buruk. Ya, walau bisa lebih cepat dari buruk elang, tapi masih dikatakan lambat sebagai klan manusia burung.
Saat dia masih sibuk dengan upayanya untuk terbang, seseorang tiba-tiba datang sembari berkata, "Apa kau baik-baik saja?" Sontak Zas terkejut dan matanya membola. Sayapnya langsung disembunyikan dan bersiap untuk menyerang. "Kau tidak akan bisa melawanku untuk saat ini, atau kebangkitan ini akan sia-sia."
Mata Zas menyipit. "Siapa kau?" Zas tidak bisa memikirkan hal lain, bahwa orang yang ada dihadapannya kini adalah orang yang berbahaya. Setidaknya sampai saat ini, Zas masih belum terlepas dari sikap siaganya.
Orang itu tertawa. Zas semakin kebingungan dan lambat laun tubuhnya mulai rileks. "Blauw!" pekiknya.
"Hallo, selamat datang kembali, Ratu." Blauw merentangkan tangan, sedangnkan Zas langsung memeluknya.
"Bagaimana bisa?" tanya Zas sedikit terisak.
Blauw tersenyum. "Bagaimana mungkin aku bisa mati sebelum bertemu dengan adikku."
"Ya," ucap Zas.
Sejak kecil, Blauw dan Zas tidak tinggal bersama. Hal ini dikarenakan Blauw enggan terlibat dalam skandal politik dan kerajaan. Menjadi pemimpin bukan gayanya sama sekali. Dahulu, Blauw adalah orang yang bebas dan enggan diusik. Akan tetapi, setelah melihat penampilannya kali ini, Zas tidak yakin bahwa kakaknya itu masih menjadi orang yang sama.
"Kau keren!" puji Zas.
"Aku tau." Blauw merapikan kerah jasnya yang berwarna biru gelap.
"Bagaimana ini bisa terjadi? Dengan keras kepalamu yang dulu, aku terkejut kau bisa menjadi seperti ini."
"Kenapa?" alis Blauw terangkat sebelah.
"Kau seperti seorang pemimpin dengan gaya yang … ckckckckc," ucap Zas sambil tersenyum.
Blauw mengaku bahwa tragedi itu diketahuinya terlambat. Setelah mendapatkan pesan dari seseorang bahwa kerajaan telah dibantai dan Zas dikhianati oleh kekasihnya sendiri, Blauw marah besar. Namun, sayangnya, Blauw tidak bisa mendapatkan momen yang bagus untuk membalas dendam. Puing-puing kerajaan yang terbakar dan jasad Zas tidak bisa ditemukan menjadi pukulan tersendiri. Sejak saat itu, Blauw menyesal karena tidak mengambil tahta untuk memimpin kaum manusia burung.
Dia hidup sendiri dan lontang-lantung dijalanan. Saat batas usia klan manusia burung datang, Blauw menolak mati. Pada akhirnya, dia mencari sebuah ramuan yang menurut legenda bangsa manusia burung bisa menjadikannya hidup abadi. Usaha itu tentu tidak mudah. Namun, kemarahannya semakin menjadi-jadi jika dia mati sebelum menemukan keberadaan adiknya. Dah yaa … Blauw bisa mendapatkan apa yag dia inginkan.
"Aku tau kau hebat," puji Zas, lagi. "Bagaimana kabar kaum kita?"
Wajah Blauw yang semula sumringah berubah menjadi serius. "Aku tidak tau mereka di mana. Sejak aku melihat hanya bangunan yang tersisa, saat itu suasana sudah sepi. Aku yakin bangsa kita sudah bersembunyi terlebih dahulu."
"Apa kau tidak pernah mencarinya?" Zas cemberut.
"Tujuanku bertahan hidup adalah menemukan adikku, bukan mereka."
"Kau!" seru Zas.
Wajah Blauw datar. "Kau mau pulang denganku?"
Zas mengetuk-ngetuk dahi. "Tidak ada pilihan lain."
---
Berada dirumah yang besar dan megah, Zas tidak habis pikir kesuksesan yang diraih kakaknya. "Blauw, ini gila! Kau benar-benar diluar dugaanku."
Selama ini, Blauw berusaha mendirikan sebuah perusahaan di bidang informasi. Sebagai perusahaan yang masuk ke dalam lima perusahaan terbesar, tak heran fasilitas ini mudah Blauw miliki. "Sekarang, ini adalah rumahmu. Ingat, apa pun yang akan kau lakukan jangan lupa bicarakan kepadaku terlebih dahulu. Saat ini, baik pengalaman ataupun kekuatan kau jauh di bawahku." Blauw menunjukkan wajahnya yang sombong.
Zas tidak suka. "Ya, ya!"
Keesokan harinya, dengan begitu cepat---tanpa persetujuan---Blauw memutuskan dengan seenak jidat bahwa perusahaannya yang bergerak dibidang perhiasan akan diambil alih oleh Zas. Itu bukan hal yang paling memuakkan, melainkan Zas dipaksa bangun untuk bersiap. Didandani oleh pelayan, Zas menjadi wanita yang berkelas. Barang-barang yang tertempel di badannya tidak bisa dihitung lagi. tentu saja kejadian ini diceritakan kepada Narn dan Day. Konyolnya, mereka tertawa terbahak-bahak.
Saat itu, Day juga cerita bahwa hari pertama ini perlakukan sekitar mulai berbeda. Mulai dari teman sekelasnya yang memuji dan anak-anak yang suka membulinya mencari gara-gara. Bukan hanya penampilan yang menarik perhatian, tapi juga keberanian Day. Sebenarnya, Day juga terkejut tentang rasa takut yang semula sebesar lautan menjadi lenyap tak bersisa. Tentu saja, Day melawan dan dia ang menjadi pemenang.
Para guru juga mulai tertarik dengan caranya berbicara, sampai-sampai ada yang curiga bahwa yang hadir di kelas itu bukan Day yang sebenarnya.
Mendengar hal itu, Zas ikut senang. Dia juga berpesan akan mengirimkan sejumlah uang agar Si Ibu bisa memiliki kedai mie yang besar dan memiliki banyak karyawan. Dengan begitu, Narn tidak perlu susah payah mengurus kedai sendiri. Awalnya, Narn menolak, tapi atas bujukan Day dan Zas akhirnya si ibu dua anak itu tidak memiliki pilihan lain.
Setelah mengucapkan hal itu, Narn dan Day tidak berhenti terkejut dengan jumlah nominal yang dikirimkan Zas. Alhasil, mereka bukan hanya memiliki kedai dan karyawan, tetapi juga fasilitas yang cukup sebagai takaran orang berada. Mulai dari rumah, pelayan dan kendaraan pribadi.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Blauw yang tiba-tiba datang.
"Tidak ada, hanya bercerita dengan keluargaku."
"Keluarga?"
"Ya, orang yang melahirkanku."
"Mereka baik?"
"Ya, mereka sangat baik kepadaku," ungkap Zas.
"Kau menyayangi mereka?" tanya Blauw.
"Ya, aku sangat menyayangi mereka."
"Kenapa kau tidak membawanya kemari?"
"Mereka tidak mau, tapi aku sudah memberikan banyak hal yang kupunya sat ini. Lagi pula, aku tidak ingin mereka dalam bahaya." Zas tersenyum.
Satu-satunya keluarga terbaik bagi Zas adalah keberadaan mereka. Sejak berada dalam keluarga bansawan klan manusia burung, Zas tidak pernah mendapatkan perhatian selembut itu. Keluarga Zas kali ini memang berbeda. Mereka lebih bersyukur dan apa adanya. Selama tinggal dengan mereka, Zas juga mendapatkan hal baru, bahwa masih ada manusia yang baik dan tulus.
Ya, tapi itu tidak mengurungkan niatnya untuk memberantas semua kaum manusia seperti apa yang mereka lakukan dua ribu tahun yang lalu. Sampai-sampai klan manusia burung hanya menjadi sebuah dongen pengantar tidur.
"Blauw, apa kau pernah bertemu dengannya?" Zas menoleh ke arah kakaknya.
"Siapa?"
"Ash." Zas berkata sedikit menggeram.
Blauw diam sejenak. "Lelaki itu mendapatkan gelar terbaik, perusahannya menduduki peringkat nomor satu terbesar. Jadi bohong jika aku tidak mengetahui tentangnya."
Zas tertawa. "Kutukan itu menjadi kenyataan. Dia pasti menderita!"