Vallecia terbangun setelah mendengar bunyi alarm dari handphonenya yang menunjukkan pukul 5 lebih 15 menit. Dia menyetel alarm sangat pagi karena dia sadar dirinya adalah tipe orang yang lama saat berada di kamar mandi, bahkan bisa membutuhkan waktu sampai setengah jam atau lebih.
Setelah mematikan alarm yang berbunyi, Valle merenggangkan otot-ototnya dengan melakukan pemanasan pagi selama 5 menit. Lalu beranjak mengambil handuk dan melangkah menuju kamar mandi yang berada di sebelah pojok kiri kamarnya.
45 menit kemudian....
Valle turun dari kamarnya yang berada di lantai dua rumahnya menuju ke dapur dengan seragam yang sudah lengkap dan rapi untuk makan pagi bersama adiknya, Valdo. Valle memang hanya tinggal berdua bersama adiknya.
Tapi, untuk urusan dapur, dan rumah sudah diurus oleh Bi Ratmi, ART yang bekerja dirumah Valle yang setiap hari pulang setelah pekerjaannya selesai. Valle dan Valdo duduk berhadapan di meja makan.
"Vall, ntar gue mau pergi ke rumah Ayah deh kayanya. Sudah lama nggak ada kabar. Gue mau tahu keadaannya. Lu ikut nggak?...hehe.."ucap Valdo kepada Valle dengan hati-hati. Karena Valdo sangat tahu Valle adalah orang yang paling tertekan karena perpisahan kedua orang tuanya dulu saat masih SMP.
Valdo memang memiliki usia setahun lebih muda dari Valle. Tapi nggak tahu kenapa Valdo terlihat lebih dewasa secara pemikiran dan perawakan daripada Valle.
Valdo memiliki perawakan yang bisa dibilang proporsional seperti model. Dia memiliki tinggi yang lebih tinggi 18 cm dari Vallecia yang memiliki tinggi 164 cm.
Valdo nggak manggil nama Valle dengan embel-embel 'kakak' ya karena beda mereka cuma setahun. Sudah menjadi kesepakatan mereka berdua sejak SD saat Valdo ikut akselerasi kelas. Alhasil Valdo dan Valle berada di kelas yang sama sejak kelas 2 SMP.
Karena alasan itu juga Valdo memanggil Valle hanya dengan nama. Valle pun nggak keberatan karena memang umur mereka tidak terpaut jauh, malah selama ini Valdo yang lebih bersikap seperti kakak.
"Tolong tanyain alamat baru Ayah dong Vall, Ayah lupa ngasih tahu kita alamat barunya deh kayanya. Lu kan punya tuh nomer telepon Ayah, gue baru ganti Hp nomer Ayah lupa gue pindah."ucap Valdo lagi, sebelum pertanyaan yang sebelumnya dijawab oleh Vallecia.
"Iya. gue telpon Ayah dulu ya, buat tanya alamat baru dia. Tapi lu kesana sendiri aja ya, Do?!."kata Vallecia.
"Iya."kata Valdo tanpa menanyakan alasan kenapa Vallecia tidak ikut. Karena Valdo sudah sangat tahu apa alasan Vallecia kakak kesayangan satu-satunya ini.
Di kamar Vallecia...
Vallecia mengambil handphone berwarna gold miliknya lalu mencari nomor yang sudah lama tidak ia telpon. Selama ini memang hanya Valdo yang mengunjungi Ayah mereka, tapi satu tahun yang lalu, Ayah mereka pindah rumah dan tidak memberitahukan alamatnya kepada Vallecia dan Valdo.
Vallecia menekan nomor tersebut dan menunggu jawaban dari seberang sana. Dia berharap bahwa nomor Ayahnya itu masih bisa dihubungi. Tidak selang lama, hanya 2 nada sambung sudah ada suara yang menyambut panggilan telepon dari Vallecia.
"Halo." kata orang yang berada di seberang telepon.
Vallecia terkejut sekaligus bingung mendengar suara yang baru didengarnya. Dia tidak mendengar suara ayahnya yang sebenarnya ia rindukan, melainkan suara seorang gadis yang kira-kira lebih tua 2 tahun dari umur Vallecia.
"Ini siapa? Bukankah ini nomor Bapak Farhan Adhinata?" tanya Vallecia yang bingung dan penasaran.
"Benar. Memang benar ini nomor beliau. Anda siapa? Kenapa anda mencari ayah saya? Saya putrinya Mika Abraham, ah maksud saya Mika Adhinata. Katakan saja pada saya keperluan anda. Saya akan memberitahukan pada beliau nanti, karena beliau sekarang sedang mandi."ucap gadis yang mengangkat telepon tersebut.
"Apa?!"ucap Vallecia shock dan masih tidak percaya. Belum sempat dia menanyakan apa maksud dari perkataan Mika barusan. Vallecia mendengar suara Mika yang memberitahukan bahwa ayahnya sudah datang.
Bersambung...