Vallecia terus berlari dan berhenti setelah dirinya sampai di taman yang lumayan cukup jauh dari jarak rumahnya, kira-kira 1 km. Vallecia mendudukkan dirinya di salah satu bangku taman yang berada di taman itu sambil terus terisak, dia memandang langit malam yang dipenuhi dengan bintang.
Pikiran Vallecia sedang sangat kalut saat ini. Arsya melihat Vallecia yang sedang duduk di bangku taman saat dia dalam perjalanan pulang dari supermarket yang tak jauh dari taman itu. Kebetulan rumah Arsya juga tak jauh dari taman itu, sehingga dia hanya perlu mengendarai sepeda untuk ke supermarket dekat taman tersebut.
Arsya mendekat menghampiri Vallecia dengan menuntun sepedanya. Dia terkejut saat melihat Vallecia yang sedang menangis dan nampak dalam keadaan yang bisa di bilang tidak baik.
"Valle..." panggil Arsya saat jaraknya dengan Vallecia hanya beberapa langkah saja.
"..." namun sang pemilik nama hanya terdiam dan tidak menghiraukan panggilan dari Arsya.
"Valle..." panggil Arsya lagi.
"..." Vallecia tetap terdiam dengan pandangan kosong menatap langit.
"VALLECIA!!" teriak Arsya tepat di telinga Valle karena panggilannya tidak dihiraukan oleh Vallecia.
"Iya.!!" sontak Vallecia pun terkejut dan tersadar dari lamunannya. "Arsya!" ucap Vallecia dengan membelalakkan mata dan mengusap air matanya setelah melihat sosok yang memanggilnya barusan.
"Dari tadi aku panggil kog nggak nyaut-nyaut. Lagi mikirin apa sih? loh kamu kenapa nangis? Lagi ada masalah ya?" tanya Arsya yang sudah berada tepat dihadapan Vallecia.
Arsya membungkukkan badannya untuk melihat wajah Vallecia. Dia mengusap sisa bekas air mata yang berada di kedua pipi Vallecia lalu menegakkan tubuhnya kembali.
"Arsya, jangan tanya apa-apa dulu ya. aku gak apa-apa dan lagi gak ada masalah kog." Vallecia menjawab semua pertanyaan Arsya dengan kondisi masih terisak.
"Kalau gak mau cerita gak apa-apa. Tapi ini udah malem, udara juga dingin banget malem ini. Aku anterin pulang ya?" Arsya sangat khawatir dengan Valle sekarang. Dia tahu kalau Valle sedang ada masalah, dan dia tidak bisa berbuat apa-apa sebagai pacarnya.
"Iya," ucap Vallecia terpakasa karena keadaan juga sudah malam dan tak ada pilihan lain. Padahal Valle masih ingin berada di taman itu. Dia tidak ingin membuat Arsya khawatir. Karena itu dia mengiyakannya.
Arsya menaiki sepedanya dan meminta Vallecia naik. Dia langsung mengayuh sepedanya setelah Vallecia naik. Arsya merasa tidak berguna sebagai pacar Valle. Arsya belum bisa membuat Valle terbuka tentang masalahnya kepada Arsya.
Vallecia dan Arsya sampai di depan gerbang rumah Vallecia. "Thanks. Udah sana pulang. Udah malem juga. sekali lagi makasih ya Arsya. Kabarin kalau udah sampai rumah." ucap Vallecia.
"Ya udah aku pulang, cepetan masuk sana. Diluar dingin." ucap Arsya sambil memutar sepedanya kearah mereka datang tadi. "Sampai jumpa besok di sekolah Vall!!" tambah Arsya dengan mengayuh sepedahnya menjauhi rumah Vallecia.
Vallecia masuk kedalam halaman rumah. Dia melihat sosok Valdo yang berdiri di depan teras rumah dengan wajah khawatir. Seakan tau apa yang dipikirkan Valdo, Vallecia segera menghampiri Valdo yang seakan-akan bertanya 'Valle lu darimana? gue khawatir tau' dengan ekspresi wajahnya.
"Gue dari taman." ucap Vallecia dengan kepala tertunduk.
"Lu pasti kedinginan ya? Yaudah yuk masuk. Gue udah bikinin coklat panas kesukaan lu didalem, untung aja lu gak terlalu lama pulangnya." Valdo membuka pintu rumah dan menggandeng Valle masuk kerumah.
/////****/////
Jam sudah menunjukkan pukul 06.35 pagi. Vallecia dan Valdo sudah siap dengan seragam dan juga tas sekolah. Mereka berjalan menuju meja makan yang berada di dapur untuk sarapan. Mereka melihat dua piring nasi goreng dengan telur goreng diatasnya, dan dua gelas susu yang telah disiapkan oleh Bi Ratmi.
Valdo menyelesaikan kegiatan makannya secepat kilat, dan menaruh piring kotor serta gelas kotornya di mesin pencuci piring, "Vall, Cepetan dong makannya.!!! gue ada janji sama temen sekelompok pagi ini buat ngerjain tugas kelompok biologi nih." ucap Valdo kepada Vallecia yang sedang menikmati sarapan paginya yang disertai dengan pikirannya yang terbang entah kemana.
"Iya iya....Gue udah selesai kog Do." jawab Vallecia yang tersadar dari lamunannya.
Bel waktu istirahat berbunyi....
Vallecia tidak bergeming dari tempat duduknya. Tangannya menopang dagu. Matanya memandang dengan tatapan kosong ke arah taman belakang sekolah yang dapat dilihat dari dalam jendela ruang kelas Vallecia.
Bersambung...