Chereads / Vallecia / Chapter 2 - Chapter 2

Chapter 2 - Chapter 2

"Hallo." ucap seorang pria yang berada diseberang telepon dengan suara beratnya yang sangat familiar ditelinga Vallecia.

"..."Vallecia hanya terdiam.

"Halo. Ini siapa?"tanya Farhan yang tak kunjung mendapat balasan suara dari Vallecia.

"Saya akan menutup teleponnya.!!"tambah Farhan.

"Tunggu!"ucap Vallecia.

Vallecia menarik napas dalam sebelum mengucapkan kata-kata lagi. "Ayah...ini Valle. Apa maksud gadis yang bernama Mika barusan? Kenapa dia bilang dia putri Ayah?"tanya Vallecia dengan nada yang melemah.

Perkataan Vallecia barusan sangat mengejutkan Farhan. Pasalnya Farhan sangat tahu bahwa suara tersebut adalah suara anaknya yang sekarang tinggal dengan mantan istrinya, Laras.

"V...Vallecia. Ayah..." Farhan menarik napas panjang.

"Vall, apa kabar? Bagaimana keadaan kamu dan adikmu?"tanya Farhan mencoba mengganti topik pembicaraan.

"Ayah, tolong jujur sama Valle. Valle mau tahu yang sebenarnya. Jangan mencoba mengalihkan pembicaraan. Vall dan juga Valdo disini baik-baik aja."kata Vallecia yang mengetahui bahwa ayah kesayangannya ini ingin mengalihkan topik pembicaraan.

"Iya Vall. Memang sudah saatnya kamu tahu. Mika adalah putri ayah. Dia anak istri ayah yang baru, your step mother. Ayah menikah lagi setahun yang lalu, Vall. Maaf ayah nggak ngasih tahu kamu..."Dada Vallecia langsung terasa sesak.

"Kenapa ayah gak bilang? Apa mama juga tahu hal ini?" Valle memejamkan mata sejenak.

"Apa gak cukup ninggalin Valle sama Valdo, yah? sehingga hal sebesar ini ayah sembunyiin dari Valle. Seenggaknya jika ayah bilang rasa sakit Vall gak akan nambah,kan? dan ayah nyembunyiin ini udah satu tahun. Bahkan saat ayah pindah rumah, ayah nggak ngasih tahu Valle alamat baru ayah, kan? Valle tahu ayah pindah aja dari tetangga ayah waktu aku sama Valdo ngunjungin rumah ayah yang lama 6 bulan lalu. Valle kira ayah bakal ada niat buat ngasih tahu Valle, atau hubungin Valle duluan. Apa menurut ayah Valle gak berhak tahu? Apa Valle udah gak ayah anggap sebagai keluarga? Gak anggep aku anak ayah, iya? Semarah-marahnya aku sama ayah dulu, tapi aku nggak pernah nggak anggep ayah bukan ayah aku lagi. Tapi ayah tetep aja ngecewain Valle..." tanya Vallecia bertubi-tubi dengan menahan tangisnya yang sudah hampir keluar.

"Maafin ayah ya Vall, karena ayah gak kasih tahu kamu. Mika juga belum tahu Vall kalau dia punya adik tiri. Ayah juga belum kasih tahu mama kamu, karena menurut ayah ini bukanlah hal yang dibicarakan mantan suami-istri. Jadi maafin ayah ya. Kamu langsung kesini aja sama Valdo, nanti ayah kenalin sama keluarga baru ayah, yang juga keluarga kamu."ucap Farhan yang mencoba menjelaskan tanpa dosa.

"Wow...Ayah hebat banget ya. Aku gak nyangka punya ayah yang hebat seperti ini"ucap Vallecia.

"Valdo bakalan mengunjungi anda hari ini. Tolong kasih tahu alamat baru anda ke email keluarga kami. Setidaknya anda pasti ingat alamat email keluarga kita dulu." ucap Vallecia dingin dan langsung menutup telponnya.

Vallecia mencoba menahan air matanya yang sudah hampir jatuh. Ia mengambil tas sekolahnya dan kembali turun ke dapur menghampiri Valdo yang sedang sarapan. "Do, alamat ayah ada di email keluarga. Lu lihat sendiri aja." kata Vallecia datar.

"Vall lu kenapa? Apa terjadi sesuatu?" tanya Valdo yang menyadari perubahan emosi Vallecia.

"Nanti lu juga bakal tahu. Gue berangkat duluan."ucap Vallecia.

"Tapi, sarapan dulu Vall, ini kan masih jam 6 lebih 15. Lagian lu berangkat pake apa? Kan mobil lu lagi di bengkel gara-gara disrempet orang kemarin. Berangkat bareng gue aja elah Vall. Lagian kita satu sekolahan ini." ajak Valdo.

"Naik bus" jawab Vallecia singkat lalu pergi meninggalkan Valdo yang masih sarapan.

Sebenarnya Vallecia tidak langsung menuju sekolah. Setelah turun dari bus dia menuju taman bermain dekat sekolah, kira-kira 100 meter dari sekolah. Vallecia ingin menenangkan pikirannya sejenak. Dia duduk termenung di salah satu ayunan yang berada di taman itu.Setelah merasa cukup baik Vallecia melihat jam yang berada di handphonenya. Vallecia segera bergegas berlari saat jam yang dilihatnya menunjukkan hampir pukul 7. Vallecia berlari sekencang mungkin.

Bersambung...