Chereads / Vallecia / Chapter 5 - Chapter 5

Chapter 5 - Chapter 5

Vallecia dan Valdo sedang bersiap-siap pergi ke cafe yang baru-baru ini dibuka untuk menikmati waktu luang mereka setiap weekend. Valdo sudah standby di teras depan rumah sembari menunggu Vallecia.

"VALL AYO DONG. LU LAGI NGAPAIN SIH DI DALEM? LAMA BANGET." teriak Valdo yang berdiri menghadap depan pintu di teras depan rumah, yang kemudian bergerak membelakangi pintu.

"Ngapain sih lu teriak-teriak? Orang gue udah siap." ucap Vallecia yang sudah berdiri

di ambang pintu tepat di belakang Valdo yang sedari tadi berdiri menunggu Vallecia. Valdo pun memutar tubuhnya, dan menghadap kearah Vallecia, "Lagian mobil belum lu siapin kan?" tambah Vallecia.

"Udah kog Vall. Mobilnya ada di depan tuh. Tadi udah gue siapin waktu lu lagi ribet didalem rumah, entah lagi ngapain." ucap Valdo dengan jari telunjuk tangan kanan menunjuk kearah mobil mewah berwarna putih yang sedang terpakir di depan halaman rumah mereka. Vallecia hanya merespon Valdo dengan cengiran khasnya.

"Udah yuk jalan. Keburu sore ntar." ucap Valdo.

Valdo rutin mengajak Valle hang out setiap weekend. Valle yang selalu gelisah memikirkan hal-hal yang tidak perlu. Valle pernah bilang kalau dengan bermain diluar, dia bisa melupakan semua pikiran-pikiran yang mengganggunya.

Mobil Valdo sudah memasuki area parkir cafe tujuan mereka. Valdo memarkirkan mobilnya. Setelah mobil terpakir, Vallecia dan Valdo turun dari mobil dan berjalan memasuki cafe tersebut.

Vallecia dan Valdo mengedarkan pandangan keliling café. Mereka takjub dengan desain café tersebut, terutama Valdo. Café dengan desain interior klasik dan vintage Era 60-an. Memang tidak jarang bahwa banyak terdapat café dengan bermacam-macam desain interior klasik dan vintage. Tapi, desain interior café yang satu ini terlihat sangat unik dimata Valdo.

"Bagus banget ya Vall, cafenya. Vall, duduk di kursi pojok café aja yuk" ajak Valdo dengan tangan yang menunjuk kearah tempat tersebut yang kebetulan masih kosong.

"Iya Do. Baru kali ini gue lihat cafe dengan desain interior sebagus ini. Ya udah, Yukk...Udah laper banget gue." ucap Vallecia semangat dengan senyuman yang mengembang menghiasi wajah Vallecia.

Setelah memesan dessert dan beverage yang diinginkan, Vallecia dan Valdo langsung berjalan menuju tempat duduk di pojok café dengan warna kursi coklat kehitaman dan meja kayu yang bersinar karena permukaan licinnya. Mereka disambut oleh pemandangan café yang saat itu sedang ramai pelanggan, dan alunan musik dari Bruno Mars yang berjudul Just The Way You Are.

Waiter's datang dengan mendorong wadah makanan beroda yang biasanya digunakan untuk mengantarkan layanan kamar di hotel-hotel bintang lima. Wadah makanan itu dipenuhi dengan pesanan para pelanggan café termasuk pesanan dari Valdo juga Vallecia.

"Selamat menikmati." kata waiter's setelah meletakkan makanan yang dipesan Valdo dan Vallecia ke atas meja dengan senyuman ramah yang terpasang di wajah waiter's itu.

Valdo dan Valle menganggukkan kepala mereka sebagai jawaban.

Vallecia selalu memfoto makanannya, jika makanan itu dianggap menarik oleh Valle. Dia mengeluarkan handphone dari saku celananya dan memotret lava cake yang sudah disendok pinggirnya oleh Vallecia, sehingga lava yang berada didalam cake itu meleleh. Vallecia mengembangkan senyumannya.

Valdo yang melihat kelakuan Vallecia hanya tersenyum. Pasalnya Valdo jarang melihat Vallecia tersenyum setelah perceraian orang tua mereka. Apalagi setelah Vallecia tahu bahwa ayahnya sudah memiliki keluarga baru. Valdo sadar kebahagian Valle juga terletak dalam hal-hal kecil seperti ini.

Setelah Valle mengunggah foto lava cake ke feed instagramnya. HP Valle langsung bergetar sebagai tanda bahwa dirinya memiliki pesan masuk.

Lilis

Ih tuhkan Valle...

Selalu nggak ajak-ajak...

Pengen ikut ih...

Dimana tuh? gue sama Aida mo nyusul

Oke gue udah share loc ke lu...

Valle menyodorkan Hpnya ke arah Valdo dan menunjukkan pesan dari Lilis.

"Boleh kan, Do?"

"Iyalah. Apalagi ada Aida." Valdo mengeluarkan cengirannya.

"Lu beneran suka sama Aida?"

"Iya Vall. Sikap Aida yang pendiam dan baik membuat gue penasaran dan pada akhirnya jatuh cinta sama temen lu itu." ucap Valdo serius tanpa keraguan sedikitpun.

"Trus udah lu ungkapin perasaan lu ke Aida?" tanya Valle penasaran.

"Rencananya mau gue ungkapin pas kompetisi bulutangkis mendatang. Bantuin gue ya, Vall. Lu harus pastiin dia nonton pertandingan final dikompetisi bulutangkis gue. Sisanya gue yang urus."

"Oke."

Bersambung...