Chereads / Rahasia Putri Vanetta / Chapter 23 - Luz del Alba (5)

Chapter 23 - Luz del Alba (5)

15 Maret

Roselyn menebarkan penglihatannya di seluruh sudut ruangan klub lantai atas. Suasana di sini tidak jauh berbeda dengan lantai bawah. Sama-sama ramai oleh pengunjung.

Roselyn mencari sosok Vanetta yang menurut penjaga bar tadi mengatakan kalau dia akan lebih mudah menemukan Vanetta. Tapi sejauh ini, Roselyn belum menemukan orang yang dimaksud.

Di antara pengunjung dan karyawan klub yang berpakaian hampir sama modelnya. Sama-sama kuno khas zaman peradaban pertengahan. Dia tidak menemukan gadis yang paling mencolok dan menawan. Semuanya terlihat sama-sama pucat. Apakah ini sedang Hallowen days. Kenapa semua orang nampak berwajah pucat?

Sekilas Roselyn kemudian melihat sosok gadis bergaun merah menyelinap di antara para pengunjung yang ramai. Roselyn melihat kalau dia yang paling mencolo dari segi warna gaunnya. Roselyn kemudian berusaha mengejar dan mengikuti langkah gadis itu.

"Vanetta!" panggil Roselyn. Dia berharap gadis itu akan menoleh dan menghampirinya. Tapi sepertinya usahanya gagal. Dia melihat gadis bergaun merah itu semakin jauh meninggalkannya dan menuju masuk ke dalam sebuah ruangan.

Roselyn kemudian tetap berjalan mengikuti arah ke mana gadis itu pergi. Dia tidak mau kehilangan kesempatan untuk menemukan orang yang bernama Vanetta. Karena dia sangat ingin memiliki imbalan uang itu.

Roselyn kemudian berhenti di depan sebuah pintu ruangan. Kalau tidak salah gadis bergaun merah tadi masuk ke dalam ruangan ini. Roselyn agak ragu untuk mengetuk pintu itu.

Kemudian dia dikejutkan dengan sebuah tepukan di punggungnya. Roselyn terkesiap begitu dia membalikkan badannya. Seorang gadis berdiri di belakangnya dengan wajah yang tersenyum.

"Kau sedang apa?" tanya gadis itu. Roselyn agak lupa namanya. Tapi dia pernah bertemu di kedai kopi tadi pagi.

"A-aku, kau juga sedang apa di sini?" tanya Roselyn.

"Aku sedang mencari karyawan klub ini. Namanya Vanetta," jawab gadis itu.

"Va-Vanetta. Kau juga mencarinya?" tanya Roselyn.

"Nona mencari Vanetta?"

"K-kau yang bekerja di kedai kopi itu kan?" tanya Roselyn.

"Ya Nona, nama saya Ruby!"

"Oh Ruby, ya aku ingat. Panggil saja aku Roselyn!" ucapnya sambil menyodorkan tangannya.

"Kau sedang apa di sini Roselyn?" tanya Ruby mencoba akrab.

"Tadi aku melihat Vanetta masuk ke sini?"

"Apa, kamu tahu wajah Vanetta?" tanya Ruby.

Roselyn menggelengkan kepalanya. Dia hanya merasa kalau gadis bergaun merah itu adalah Vanetta.

"Kalau begitu, ayo kita cari sama-sama!" ucap Ruby.

Roselyn kemudian mengetuk pintu itu. Berharap gadis bergaun merah tadi keluar.

Tidak ada jawaban dan sahutan dari dalam. Kali ini Ruby yang mencoba mengetuk pintunya.

"Dia tidak menjawab," jawab Roselyn.

Lalu dengan sebuah keberanian, Ruby menarik gagang pintu itu dan membuka pintu itu. Kosong.

Di sana ada ruangan luas namun tidak ada satu orang pun di sana.

"Kau yakin tadi melihatnya masuk ke sini?" tanya Ruby.

Roselyn tidak menjawab. Dia hanya terlampau heran dan merasa aneh. Bagaimana bisa ruangan itu kosong, padahal dia jelas melihat gadis bergaun merah itu masuk ke sana.

"Roselyn, di sini tidak ada satu orang pun, kita cari di tempat lain!" ucap Ruby menyadarkan Roselyn.

Mereka berdua kembali menutup pintu ini. Wajah Roselyn masih mencoba menerka-nerka yang barusan terjadi. Dia sangat yakin kalau gadis itu tadi masuk ke dalam sana.

"Ayo, kita cari di lantai bawah!" ajak Ruby.

"Kata penjaga bar tadi, dia ada di lantai ini. Kita tinggal mencarinya di sini!" ucap Roselyn. Tapi pikirannya sudah menyadari sesuatu yang aneh.

"Ruby, apa kau pernah ke sini sebelumnya?" tanya Roselyn.

"Ini pertama kalinya. Aku mencari Vanetta karena aku harus meminta maaf padanya karena aku sudah melakukan kesalahan. Aku merusak pesanannya."

"Oh begitu, pantas saja. Aku pikir kau pengunjung juga. Tapi kenapa yang lainnya berpakaian aneh ya?" tanya Roselyn.

Ruby mengangkat kedua bahunya, "Lalu kenapa kau juga mencari Vanetta. O-ya bukankah kau orang yang diberi pesan oleh nenek-nenek yang datang ke kafe kami!" seru Ruby.

"Iya, nenek itu memintaku untuk mencari cucunya di sini yang bernama Vanetta. Dia diminta untuk menemui neneknya segera di kampung."

"Oh begitu rupanya."

"Jadi uang itu ---"

"Kau juga tahu itu? Uang itu?" tanya Roselyn kaget karena Ruby juga mengetahui tentang uang di dalam bungkusan itu.

"Iya, aku tidak sengaja melihat dan mendengarnya. Ayo kita cari lagi!" ajak Ruby kemudian. Dia tidak mau kalau kesannya dia ingin ikut campur dengan urusan atau bisnis Roselyn di sini.

Lalu keduanya kembali lagi mencari dan bertanya pada pengunjung di sana.

Namun, tak ada satupun dari mereka yang mengetahui keberadaan Vanetta. Roselyn juga tidak melihat lagi gadis bergaun merah yang tadi.

"Roselyn, kita minum dulu! Aku haus!" ucap Ruby.

"Kau pergilah ke bar dulu. Aku mencoba kembali ke ruangan tadi.

"Baiklah!"

Ruby kemudian turun ke lantai bawah menuju meja bar. Di lantai atas rupanya hanya tempat pengunjung mengobrol dan bermain sebuah permainan yang mirip permainan judi. Jadi jika haus dan lapar mereka harus ke lantai bawah.

Roselyn kemudian kembali ke ruangan tadi. Dia mencoba memastikan lagi kalau di sana gadis itu berada.

Samar-samar Roselyn mendengar sesuatu di balik pintu. Di ruangan itu dia mendengarkan sesuatu. Seperti ada orang yang sedang bercakap-cakap.

Roselyn kemudian mengetuk pintu itu perlahan.

Roselyn pun kemudian membuka pintu dan masuk. Dan ruangan yang tadi sempat dia masuk bersama Ruby. Ternyata di sana ada dua orang gadis yang sedang berdiri menatapnya. Salah satunya gadis bergaun merah tadi.

"Di antara kalian, siapa yang bernama Vanetta?" tanya Roselyn memandangi wajah gadis itu satu per satu. Akan tetapi Roselyn merasa heran dengan tatapan kaget dari keduanya.

Roselyn kemudian tiba-tiba merasa kepalanya berputar dan pening. Dua gadis itu perlahan mendekatinya. Namun pandangan Roselyn terasa kabur. Dia kurang begitu jelas melihat mereka. Tetapi dia sangat jelas mendengar mereka berbicara.

"Barty, apa yang sudah kau lakukan pada Cathleen ?"

"Kalau aku tidak membuat mereka berpencar, mereka akan berhasil menemukan reinkarnasinya. Itu tidak boleh terjadi!"

"Barty, Vanetta tidak akan mungkin kembali ----"

Roselyn tidak bisa mendengar lebih lanjut lagi karena tiba-tiba telinganya berdengung sangat keras. Roselyn kemudian menatap dua gadis itu yang perlahan tidak bisa dia lihat karena semua pandangannya kabur. Dan dia tidak sadarkan diri setelah itu.

"Roselyn! Roselyn!"

Roselyn merasa tubuhnya diguncang-guncang seseorang. Perlahan Roselyn membuka matanya. Dia mencoba sekuat tenaga untuk mengadaptasi semua panca indranya saat itu juga. Dia mendengar suara music, dan dia mencium aroma minuman yang terasa menyengat hidung. Kedua matanya kemudian menatap wajah Ruby yang terlihat cemas.

"Ruby!"

"Roselyn. Kau mabuk?"

"Apa mabuk." Roselyn kemudian menengadahkan kepalanya. Melihat-lihat sekelilingnya. Kenapa dia bisa berada kembali di meja bar. Padahal seingatnya tadi dia ada di …

"Ayo kita pulang! Aku sudah bertanya pada penjaga bar tadi, kalau Vanetta tadi langsung pulang setelah kau memberitahunya ."

"Apa, aku sudah ---" Roselyn merasa janggal. Seingatnya dia belum bertemu dengan Vanetta. Dan kedua gadis tadi. Roselyn melirik kiri-kanannya. Kemana gadis itu.