Entah mengapa, ketika mobil sudah menjauhi Jln Calle Marques de falces–tempat klub Luz Del Alba berada, cuaca tidak lagi berangin, hujan dan petir. Sekarang cuaca biasa saja, tampak gelap tanpa bintang, tapi tidak ada hujan. Jadi Ruby bisa mendengar dengan jelas suara nada dering itu.
Ternyata suara nada dering itu berasal dari dalam tas Roselyn. Rupanya ada seseorang yang memanggilnya.
Dengan cepat Ruby membuka tas yang dibawa oleh Roselyn, ia segera mengambil ponselnya dan melihat siapa yang memanggil.
Terlihat tulisan "Selena" di layar ponsel. Dengan ragu Ruby menekan tombol hijau. Ia menempelkan ponsel itu ke telinganya.
Seketika terdengar suara seorang perempuan dari balik ponsel itu. Wanita itu langsung berbicara seolah tidak sabar.
["Roselyn, kau di mana? Apa masih berada di dalam klub? Maaf ya, aku meninggalkanmu sendirian? Kau tidak marah kan?"]
Mendengar suara itu, Ruby dengan pelan menjawab, "Maaf Nona! Ini saya, Ruby! Roselyn sekarang bersama dengan saya, dia tidak sadarkan diri."
["Apa? Tidak sadarkan diri? Apa yang telah kau lakukan kepadanya?"]
Tidak ingin disalahpahami oleh wanita itu, Ruby segera membuka speaker teleponnya agar Reino bisa mendengar percakapan dirinya dengan wanita itu.
Ruby menjelaskan, "Tidak! Bukan seperti itu. Saya tidak melakukan apa-apa kepada Roselyn. Tadi di dalam klub, dia sudah merasa lemas, dan sekarang sudah tak sadarkan diri."
["Sekarang kau dan Roselyn ada di mana?"]
"Sekarang kami berada di dalam mobil. Bos saya akan mengantar Roselyn pulang. Tapi saya tidak tahu di mana rumahnya." Ya, itu memang benar. Dirinya tidak tahu alamat rumah Roselyn. Jika tahu, mungkin dari tadi Reino sudah melajukan mobilnya ke rumah Roselyn, tidak perlu mengancan 'mengantar kami ke kuburan'.
[Baiklah! Antar saja dia ke rumahku!]
Ruby bingung mendengar jawaban dari wanita itu. 'Di mana rumahnya?'
Ia bertanya, "Di mana alamat rumahmu?"
Selena segera memberitahukan alamat rumahnya kepada Ruby. Khawatir jika Ruby tidak sungguh-sungguh akan mengantar Roselyn pulang, apalagi sekarang Roselyn sedang tidak sadarkan diri.
Tapi jawaban dari Ruby membuat Selena bisa bernapas dengan lega, "Baik! Saya akan mengantar Roselyn ke rumahmu sekarang!"
Reino pun mendengar alamat yang diucapkan oleh wanita itu, ia tahu, segera melajukan mobilnya ke alamat tersebut.
Akhirnya Ruby bisa duduk di dalam mobil dengan tenang, Reino akan mengantar Roselyn pulang ke rumahnya sesuai dengan alamat yang tadi diucapkan oleh wanita itu. Bukan lagi mengantar kami ke kuburan sesuai dengan ancamannya tadi.
*
Hari sudah sangat larut, sudah tidak banyak kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan, membuat Reino bisa melajukan mobilnya dengan cepat.
Tidak butuh waktu lama bagi Reino untuk bisa menemukan alamat rumah Roselyn. Ia segera menghentikan mobilnya ketika sudah sampai di sana.
"Sudah sampai! Kau bisa segera turun dari mobilku." Reino masih dengan tajam berkata kepada Ruby, membuat Ruby tidak nyaman.
Ia menambahkan, "Kau pulang lah sendiri. Kau kan tidak mabuk, jadi aku tidak perlu mengantar orang waras sepertimu."
Reino malas mengantar Ruby pulang ke rumahnya. Apalagi dia adalah bawahannya, tidak pantas rasanya seorang bos mengantar bawahannya pulang ke rumanya. Itu akan membuat dia lebih berani lagi nantinya. Ia tidak mau sampai itu terjadi.
Ruby pun bukan orang bodoh, yang terus menebalkan muka, duduk di dalam mobil Reino dan meminta dia untuk diantarkan pulang. Dirinya masih tahu diri.
Ia segera turun dari dalam mobil dan membantu Roselyn untuk turun. Untungnya, sekarang Roselyn sudah tidak separah tadi. Jadi sekarang dia sudah bisa berdiri sendiri.
"Roselyn, kita sudah sampai di rumahmu. Masuklah!" Ruby masih membantunya untuk bisa berdiri tegak, takut jika tidak dibantu dia akan terjatuh.
"Oh, sudah sampai di rumah?" Roselyn menatap bangunan yang ada di hadapannya. Kini ia sudah mulai lebih sadar lagi
Ia berjalan dengan sempoyongan masuk ke dalam rumah.
Melihat Roselyn sudah masuk ke dalam rumah, Ruby pun segera berbalik, berniat untuk pergi mencari taksi.
Belum sempat Ruby berjalan, tiba-tiba terdengar suara Reino yang tajam, kembai berbicara, "Begitukah caramu setelah dibantu oleh orang lain?"
'Bahkan dia tidak mengucapkan kata terima kasih kepadaku. Dasar wanita tidak tahu diri.'
Ruby yang sudah bersiap untuk pergi, segera menoleh untuk menatap Reino.
"Apa? Dibantu?" Ruby bertanya, "Siapa yang telah kau bantu? Bukankah itu Roselyn? Seharusnya dia yang berterimakasih kepadamu. Bukan aku!"
Ruby sudah habis kesabaran menghadapi bos-nya ini, yang terus bersikap dingin kepadanya. Bahkan ucapannya selalu tajam kepada Ruby.
"Hey, kau juga sam___" belum sempat Reino menyelesaikan ucapannya, terlihat Ruby dengan acuh meninggalkannya. Dia berjalan menjauh dan masuk ke dalam taksi.
"Aishhh, sial! Dasar wanita tidak tahu diri." Reino memukul roda kemudi dengan kesal.
Bisa-bisanya wanita itu pergi begitu saja dan mengabaikanya!
"Siapa wanita yang telah melahirkan anak seperti dia? Pasti wanita yang kurang beruntung."
Tiba-tiba terdengar suara petir di akhir ucapannya, diiringi kilatan cahaya terang di langit gelap yang berbentuk seperti akar serabut. Membuat Reino sedikit merinding.
Ia segera menghidupkan mobilnya kembali. Merasa bahwa malam ini begitu menyeramkan. Apa itu gejala alam atau firasat kalau hal yang buruk akan terjadi.
*Bersambung
Jangan lupa dukung karya ini dengan cara :
1. Vote Batu Kuasa
2. Review dan rate bintang 5
3. Komentar
4. Ikut promosikan di media sosial.
Rahasia Putri Vanetta hanya di W.E.B.N.O.V.E.L