Wendy adalah seorang lulusan terbaik diangkatannya. Dia merupakan dokter dengan kemampuan yang hebat dan diakui oleh kolega kerja bahkan pasien yang pernah dia tangani. Belum lagi paras cantik Wendy, serta status single-nya, memberikan sumbangsih ke kepopulerannya di R.S Amarta. Dia menuliskan banyak paper internasional tentang kesehatan. Tahun ini seharusnya Wendy akan mendapatkan kesempatan untuk menjadi direktur departemen penyakit dalam. Tapi, kedatangan telur emas bernama Yohan, membuat apa yang sangat ditunggu – tunggu Wendy gagal didapatkannya.
Wendy menyebut Yohan sebagai telur emas adalah sebuah sarkasme. Wendy merasa bahwa alasan Yohan yang statusnya masih merupakan dokter baru, lalu tiba – tiba diangkat menjadi direktur adalah karena dia anak dari pemilik R.S Amarta. Praktek seperti ini sering terjadi bahkan dirumah sakit ternama seperti R.S Amarta ini.
Ron pasien yang ada di depan Wendy merupakan pasien yang dialihkan padanya. Yohan yang tiba – tiba mengundurkan diri dari rumah sakit padahal belum satu tahun dia menjabat sebagi direktur, sempat membuat keheboha di kalangan dokter. Menurut Wendy sikap Yohan ini sangat tidak profesional. Terlebih lagi Yohan mengundurkan diri di saat perawatan pasien yang ditanganinya belum selesai.
"Hai. Perkenalkan nama saya Wendy. Saya akan menggantikan dokter Yohan untuk melakukan perawan post koma." Kata Wendy dengan tersenyum. Dia merasa perlu memperkenalkan dirinya lagi, dikarenakan sikap acuh yang didapatnya dari Ron.
Ron yang mendengar suara Wendy, menatap Wendy dengan tanda tanya. Bukan kah tadi Paman Erik sudah memperkenalkan wanita ini. Untuk apa dia memperkenalkan dirinya lagi. Wendy yang mendapatkan tatapan seperti itu dari Ron pun, berusaha mempertahankan senyum natural dibibirnya. Dia merasa bahwa ekspresi Ron menunjukkan seoalah – olah dia terganggu dengan kedatangannya.
Wendy menghela nafas. Memang terkadang ada pasien dengan tingkah seperti Ron ini. Tidak menghargai Dokter yang akan merawatnya. Kalau saja, Ron bisa mendengar isi pikiran Wendy, Ron pasti akan menjawab betul sekali! Dia memang terganggu. Dia sedang banyak kerjaan. Kalau tidak penting bisakah kalian pergi dari sini.
Paman Erik, yang lagi – lagi peka dengan ekspresi di wajah Ron lalu berkata pada dokter.
"Dokter Wendy, Apakah ada yang harus dilakukan sekarang berhubungan dengan Tuan Ron? Seingat saya dari regimen post koma yang dibuat dokter Yohan, Terapi tuan Ron akan dimulai besok. "
Wendy yang mendapatkan pertanyaan seperti itu pun makin jengkel. Dia seorang dokter, baru pertama kali ini dia merasa dia perlakukan seperti tidak penting seperti ini. Wendy merasa bahwa pertanyaan itu seperti mengatakan, kalau tidak ada urusan bisakah kau segera pergi. Seolah – olah dia di usir secara halus. Tapi Wendy yang profesional tetap mempertahankan senyumnya.
"Sebetulnya tidak ada, Saya kesini hanya ingin memperkenalkan diri, karena nantinya saya akan merawat Tuan Ron, selama sebulan penuh." Wendy kesini karena diminta oleh pihak rumah sakit. Mereka mengatakan bahwa Ron adalah pasien VVIP. Walaupun Ron tidak dirawat dikamar VVIP dan hanya dikamar VIP, tapi keberadaanya sangatlah penting. Bahkan ada staff yang menggosip, alasan kenapa Ron dikamar ini adalah demi keamanan. Seperti pengalihan low key.
Wendy menatap wajah Ron yang terlihat sangat kurus sekali lagi. Tulang rahang Ron yang sangat nampak, menunjukkan bahwa tubuhnya kurang nutrisi. Bahkan wajah Ron terlihat sangat putih, seperti tak ada darah yang mengalir disana. Kalau bukan karena mata Ron yang terbuka, dan bola matanya yang memancarkan kehidupan, Wendy pasti mengira yang didepannya adalah orang tidak bernyawa.
"Baiklah, kalau begitu saya akan mengudurkan diri terlebih dahulu. Selamat beristirahat Tuan Ron." Wendy tersenyum, membungkuk, lalu membalikkan badannya, dan keluar dari kamar Ron, di ikuti suster – suster yang lain. Suster yang lain, sebenarnya merasa heran, baru kali ada pasien seperti ini.
Setelah kamar pintu Ron tertutup, barulah Ron bertanya pada paman Erik.
"Paman, kemana Yohan? Dia memang mengatakan bahwa pagi ini adalah hari terakhirnya merawatku. Tapi, dia tidak mengatakan apa alasannya."
"Sepertinya dokter Yohan mengundurkan diri dari rumah sakit. Dia menyerahkan surat pengunduran dirinya pagi ini. Untuk alasannya tidak ada yang tahu, sepertinya pihak rumah sakit mengklasifikasikannya sebagai rahasia perusahaan."
"Mengundurkan diri?" Ron yang mendengar penjelasan dari paman Erik mengernyitkan dahinya. Bukankah Yohan adalah pewaris rumah sakit ini? Kenapa dia harus mengundurkan diri? Terlebih lagi secara mendadak. Sekalipun alasannya karena ada yang mengetahui Yohan mencoba membunuh Ron, harusnya dengan semua sumber daya yang Yohan punya sangatlah mudah untuk menghapus jejak kriminalnya.
"Apakah saya perlu menyelidiki lebih lanjut tentang dokter Yohan, Tuan Ron?" Tanya paman Erik.
"Un." Inisiatif yang luar biasa, bahkan tanpa Ron meminta paman Erik sudah tau apa yang harus dilakukannya.
Mendengar persetujuan dari tuannya, Erik merasa lega. Dengan ijin dari tuannya, dia tidak perlu ragu lagi untuk menyelidiki Yohan. Sebelumnya saat dia akan menyelidiki Yohan dia sempat ragu, mengenah hubungan dekat yang dimili tuannya dengan Yohan. Dia akan menyelidiki sampai ke akar – akarnya. Dia akan mamastikan bahwa orang – orang di dekat tuannya Ron memiliki background bersih. Erik pun teringat tentang mantan istrinya.
[Hei manusia. Aku membuatkan tugas tambahan untukmu! Karena aku mulai bosan. Hehehehe. Sebaiknya kau mengerjakan tugas yang ku berikan dengan baik!]
"Tuan, tentang bibi Tata—." Kalimat pama Erik tiba – tiba terputus.
"Fuck." Tanpa sadar Ron mengumpat, kali ini dalam Bahasa Inggris dan lebih kasar dari biasanya. Ron yang spontan mengumpat saat mendengar suara Baal, membuat paman Erik kaget.
"Err Tuan?" Paman Erik hanya menatap Ron dengan terheran. Dia paham betul tuannya suka mengumpat, tapi ini pertama kalinya dia mendengarnya dalam Bahasa Inggris. Ron yang merasa menyesal karena tak bisa mengontrol mulutnya mulai memutar otak dengan cepat untuk mencari alasan.
"Err.., maaf paman, aku tiba – tiba merasa pusing.." Ron lalu memijat keningnya sendiri, seolah kesakitan.
"Kalau begitu saya akan memanggil dokter Wendy kembali tuan." Jawab paman Erik dengan panik, dia langsung berjalan ke arah pintu.
"Tunggu!" Ron menahan paman Erik yang akan beranjak keluar.
"Aku rasa aku hanya butuh tidur dan istirahat paman,"
"Tapi sebaiknya keadaan anda diperiksa dokter tuan" Bujuk paman Erik, dia merasa tuannya terlalu menggampangkan kondisi kesehatannya sendiri.
"Tidak perlu paman. Sebagai gantinya bisa kah kau menanyakan dokter atau suster kapan aku bisa makan lagi. Aku merasa ingin makan." Itu perasaan Ron yang sebenarnya. Walupun Ron sudah disuntik supplemen dan dia merasa tidak lapar, tapi mulutnya seperti ingin mengunyah sesuatu.
Paman Erik yang mendengar itu, hanya mengganggukan kepala, dia mengerti bahwa tuannya sedang ingin sendiri.
"Kalau begitu saya akan keluar untuk menanyakan." Jawab paman Erik. Sesaat setelah keluar dan menutup pintu kamar tuannya, dia teringat bahwa dia perlu mencari kemana bodyguard yang sudah dibayar dengan mahal olehnya menghilang.