Kota C adalah sebuah kota mertropolitan yang sedang berkembang. Di kota C terdapat sebuah universitas yang cukup terkenal yaitu Universitas Angsaka. UA merupakan salah satu universitas tertua di Nessia. Daerah sekitar UA sangatlah ramai. Berbagai macam kedai makanan dan kedai kopi dan ditemui dengan mudah. Bisa dimilang area ini adalah tambang uang bagi pengusaha. Tak jauh dari UA terdapat sebuah studio musik dan kedai kopi yang menjadi satu. Pemilik kedai kopi itu, merubah basemen kedainya menjadi sebuah studio yang disewakan. Studio inilah tempat BlackClover berlatih dan nongkrong.
Saat itu senja sudah nampak, ketika Tim dan Toni sedang menunggu kedatangan anggota band yang lainnya. Mereka menunggu sembari meminum kopi di kedai kopi atas. Tim sedang bermain sebuah game kartu di handphone yang sepertinya merupakan keluaran terbaru. Sedangkan Toni terlihat sedang sibuk dengan laptopnya. Toni sedang membaca pesan dari WSD. Tepatnya pesan dari perusahaan yang akan memberi bandnya job pertama.
Toni sendiri awalnya ragu ada perusahaan yang memberikan mereka job secepat itu. Terlebih lagi di Nessia genre Rock belum terlalu diterima. Band yang bermain musik Rock di mata masyarakat lebih mirip dengan sekumpulan anak – anak nakal yang hanya menghabiskan waktu. Toni membaca pesan dari Angel Dream Corporation dengan gugup.
/////Salam Sejahtera BlackClover,
Perusahaan kami tidak meminta perubahan genre. Kami percaya pada kemampuan BlackClover. Salah satu bentuk kepercayaan kami adalah dengan memberikan ruang untuk BlackClover berkarya sebebas mungkin. Kami hanya meminta untuk menyelesaikan aransemen itu tepat waktu. Kami akan membayar BlackClover sebesar 2.000.000,- sebagai uang muka setelah BlackClover menyetujui dan memberikan konfirmasi kontrak melalui WSD. Pembayaran selanjutnya akan di selesaikan saat, aransemen telah dikirimkan pada pihak kami. Berikut terlapir lembar kontrak dan lagu yang harus dikerjakan olah BlackClover.
Terimakasih dan Selamat Berkarya.
Angel Dream Corporation//////
Luar biasa. Toni merasa kagum dan tidak percaya, bahwa di Nessia ada perusahaan yang memberikan kebebasan berkarya seperti ini. Toni membaca lembar kontrak yang diberikan. Dan benar – benar tidak ada syarat yang memberatkan BlackClover. Ini malah seperti perusahaan ini secara buta percaya pada orang – orang yang tidak pernah dilihatnya. Bahkan saat Toni dan teman – temannya belum masuk WSD, mereka sudah pernah bekerja dengan beberapa projek. Hanya saja pasti akan ada permintaan seperti nada dasar lagu, atau vibe lagu ingin seperti apa, atau perbanyak suara bass, dan lain – lain. Tapi, Angel Dream hanya memberikan syarat untuk menyelesaikan job ini tepat waktu.
Penasaran dengan lagu seperti apa yang diberikan perusahaan ini, Toni pun membuka file mp3 yang terdapat dalam pesan, dan mendengarkannya. Sangat sulit dijelaskan. Perasaan Toni sangat julis dijelaskan dengan kata – kata setelah mendengarkan lagu berjudul "Balonku ada 5". Dia belum pernah mendengar lagu seperti itu sebelumnya. Jelas ini bukan lagu pop bukan rock. Liriknya sangat singkat, yang menyanyikan lagu ini juga seperti orang serdang sekarat yang dipaksa menyanyi. Sekarang Toni merasa kebingungan. Apakah sebuah kesalahan menerima pekerjaan ini?
Tim yang mulai bosan dengan game yang dia mainkan, melirik saudara kembarnya.
"Ton, kenapa? Muka dikontrol itu kemasukan lalat." Kata Tim menyindir.
"Bangke dah!" Umpat Toni.
"Lah. Dikasih tahu malah jadi ngumpat. Sakit Jiwa." Tim melirik jamnya, dia semakin sebal, dikarenakan sepertinya anggota bandnya yang lain akan terlambat.
"Bukan kamu. Wew. Coba dengerin ini lagu." Toni melemparkan earphone miliknya ke Tim. Tim hanya menyipitkan matanya, lalu memasang earphone itu ditelinganya. Dia penasaran, lagu apa yang bisa membuat kembarannya mengumpat. Yah, karena sebenarnya dibandingkan Tim yang mengumpat setiap saat, Toni lebih kalem. Tak lama kemudian,
"Errr. Ini lagu anak – anak?" Tanya Tim
"Entah."
"Nadanya catchy, tapi sedikit banget ga sih liriknya."
"Saking catchy nya bikin sakit telinga kali Tim." Toni tak mengerti dasar dari penilaian Tim.
"Jadi?" Tanya Tim, yang masih mendengarkan lagu yang sama di earphonenya.
"Itu lagu yang bakal jadi perkerjaan pertama kita di WSD." Toni menghela nafas dan melihat ke arah kaca. Dilihatnya teman bandnya yang lain datang. Dan mereka terlambat seperti biasanya.
"Oh. Lumayan." Gumam Tim, dia mulai menuliskan note lagu yang dengar di memo. Tim mulai berkonsentrasi dengan lagunya, dia membuat semua kemungkinan nada dan aransemen yang memungkinkan dengan tidak merubah genre rock mereka. Tim menyukai tantangan, buatnya bermain musik sama dengan bermain game. Nada – nada yang dikombinasikan bisa menghasilkan lagu yang berbeda. Ini pertama kalinya Tim mendengar lagu seperti ini. Sangat original, pendek tapi original. Tim merasa tertantang untuk membuka semua kemungkinan dari lagu ini.
Toni melihat saudaranya yang mulai serius. Yang benar saja! Toni tahu adiknya adalah jenius. Tim sangat pemilih pada musik atau lagu yang didengarnya. Adiknya sendiri mungkin tidak sadar kalau dia itu jenius. Dan sekarang dihadapan Toni, si jenius itu sedang mengaransemen lagu yang menurutnya sampah. Oke kalau itu akan di aransemen menjadi lagu pop anak – anak. Tapi jelas akan jadi sampah kalau di aransemen ke rock.
Dani dan Genta yang baru saja sampai melihat dua ekspresi berbeda dari muka yang terlihat sama.
"Ada apa?" Tanya Dani dan Genta bersamaan.
....
Tidak ada yang menjawab. Tim fokus dengan musik di telinga dan kepalanya. Sedangkan Toni memilih diam dan menyodorkan laptop pada Dani dan Genta. Mereka berdua lalu melihat laptop yang menunjukkan pesan dari Angel Dream. Mereka membaca pesan itu dan merasa tidak ada yang salah. Mereka bisa mulai langsung bekerja dan dapat uang. Sepertinya ini pekerjaan yang menguntungkan untuk band yang baru terdaftar di WSD seperti mereka.
"Ton?" Dani menyenggol bahu Toni yang terlihat melamun menghadap jendela.
"Tanya Tim, biar dia aja yang jelasin. Toh Si Tim udah kelihatan suka sama lagu itu. Sekalipun mau kita tolak jobnya sekarang, yang ada malah Tim yang ngamuk sama aku pas balik."
"Tolak? Ngapain kita tolak?" Genta merasa bingung.
"Tanya Tim." Jawab Toni lebih singkat dan kembali melihat jendela. Dia bisa membayangkan perkerjaan pertama mereka yang akan gagal. Sementara itu Dani yang tahu kebiasaan Tim yang sudah masuk mode konsentrasi saat mengerjakan musik yang disukanya hanya menghela nafas. Walaupun dia adalah ketua BlackClover, semua keputusan sebenarnya lebih pada Tim. Bahkan jika personil yang lainnya menggunakan vote tetap bagus tidaknya hasil akan bergantung pada Tim. Dani menghela nafas lagi, lalu pergi untuk booking studio.
"Well, kalau kalian ga ada yang mau jelasin sekarang aku pesen makan dulu kalau gitu." Ujar Genta yang kebingungan melihat teman satu bandnya. Dia merasa kalau grup bandnya beranggotakan orang yang aneh – aneh. Genta lalu melihat teman – temannya sekali lagi sebelum pergi memsesan makan, Tim yang sibuk sendiri, Toni yang melamun ke arah jendela, dan si Dani yang menghela nafas berkali – kali dan pergi entah kemana. Genta merasa kalau grup bandnya beranggotakan orang yang aneh – aneh.