Nomor 7 kebingungan melihat nomor 9 melerai dua pria yang sedang berkelahi itu. Bukankah seharusnya mereka membiarkan mereka dan hanya menonton? Bukan kah tugas mereka seharusnya menjaga pintu kamar Tuan Ron. Nomor 7 memutuskan untuk bertanya.
"Apa yang kamu lakukan? Dasar bodoh! Kalau bos tahu, habis lah kita!"
Nomor 9 memukul tangan Nadim yang memegang belati, benda itu lalu jatuh ke lantai. Bara yang sadar dari amarahnya tersadar bahwa dia sedang di rumah sakit. Apa yang dilakukannya sangatlah konyol! Bagaimana mungkin dia terpancing berkelahi di rumah sakit. Bara melihat belati yang terjatuh, matanya terbelalak!
"BANGSAT!! Kamu mau membunuhku?!? Disini?" Bara kembali berteriak. Dia hendak memukul Nadim lagi, tapi Bara langsung mengurungkan niatnya saat melihat seorang pria berjas hitam yang sudah melerai mereka.
"Kalian sangat berisik. Kalau Boss tahu ada pembunuhan disini, yang akan repot adalah kita." Ujar nomor 9 dengan cuek. Bara yang mendengar kalimat itu merasa canggung. Jadi tidak masalah ada pembunuhan asal bukan di sini? Pria berjas ini sepertinya gila.
"Tujuh, panggil Boss, bisa jadi mereka mata – mata atau orang suruhan untuk mengganggu Tuan Ron." Nomor sembilan lalu memerintah nomor 7. Bara yang mendengar itu semakin kebingungan ada apa ini? Pertama dia hampir dibunuh oleh Nadim, dan sekarang dia jadi mata – mata?
Cih. Nomor 7 yang merasa bahwa nomor 9 ada benarnya mengetuk pintu. Tak lama setelah ada suara diperbolehkan masuk, dia masuk, dan meninggalkan Bara yang berdiri kebingungan serta Nadim yang kerah baju lehernya dipegangi oleh nomor 9.
Sementara itu Nadim sedang syok dan panik. Dia tidak menyangka bahwa di lantai ini ada orang. Nadim mendapat tugas untuk melukai Bara. Bukan, membunuh Bara. Nadim adalah seorang penjual mobil. Dia menawarkan kredit mobil pada Bara. Bara sendiri adalah seorang pria yang bertanggung jawab, selama ini dia selalu membayar kredit mobilnya tepat waktu. Tidak ada masalah sebenarnya jika ia akan menunggak untuk sebulan. Toh, Nadim sendiri sudah mengenal Bara sejak lama.
Sampai beberapa hari lalu, ada seorang perempuan yang menghampirinya, memberinya kabar apa yang terjadi Bara, dan mengatakan jika Bara tidak ada niatan untuk membayar sisa cicilan kredit mobil. Perempuan itu juga menawarkan uang pada Nadim jika dia bisa melukai Bara baik fisik maupun mental, Nadim akan mendapatkan uang sebesar 500.000.000,-. Uang yang sangat banyak bagi seorang Nadim yang hanya pegawai kreditor mobil.
Setelah beberapa saat, Nomor 7 keluar dari kamar di ikuti oleh Boss yang tidak lain adalah Erik. Erik menyisir rambutnya dengan jari kebelakang seraya duduk di kursi yang ada di lorong itu. Nomor 9 langsung menyeret Nadim kehadapan Erik dan memberi kode ke Bara untuk mengikuti. Menurut nomor 9, si Bara ini tidaklah berbahaya, jadi dia tidak perlu dijaga.
Erik menatap kedua pria yang ada di hadapannya, sungguh aneh. Menurut cerita dari nomor 7 mereka berdua berkelahi dan saling membunuh di lorong ini, area yang sudah disterilkan oleh Erik. Ini adalah ide Yohan, untuk menempatkan Tuan Ron di satu lantai yang hanya Tuannya lah pasien disitu. Menurut Yohan, ini demi keamanan. Sekarang, bagaiman mungkin ada dua orang pria yang saling membunuh di lantai ini?
"Kenapa kalian saling membunuh di lantai ini?" Tanya Erik dengan suara yang terdengar sangat dingin. Suhu di sekitar mereka seperti turun beberapa derajat. Bara yang bulu kuduk nya berdiri saat mendengar pertanyaan pria di depannya hanya bisa menjawab dengan cepat.
"Bukan. Saya adalah korban Pak." Suara Bara terdengar gemetaran. Dia ingin menjelaskan bahwa mereka tidak mencoba saling membunuh. Setidaknya bukan Bara yang ingin membunuh, Bara hanya sangat kesal dan kehilangan kendali dirinya.
Erik tampak tidak puas dengan jawaban Bara. Nomor 7 yang mengerti hal itu, gantian bertanya.
"Maksud boss kenapa kalian bisa ada di lantai ini?"
"Tidak tahu, dia yang mengajak saya ke lantai ini." Ujar bara seraya menunjuk Nadim.
Nadim yang ditunjuk oleh Bara hanya menatap lantai dan tidak berani mengangkat wajahnya. Dia benar benar sial. Nadim tadinya berniat akan melukai Bara dilantai ini karena sebelumnya dia mendengar kabar dari suster yan sedang bergosip bahwa lantai sedang dikosongkan karena ada renovasi. Tapi apa yang terlihat sekarang? Bukan renovasi! Dia malah bertemu dengan mafia. Saat keluar dari lift tadi Nadim tidak sempat mengecek keadaan dikarenakan Bara yang sudah termakan emosi lebih cepat dari yang dia bayangkan. Lagi pula ini adalah rumah sakit, bagaimana mungkin terpikir olehnya bahwa akan ada mafia disini! Nadim mencari alasan untuk berbohong di kepalanya akan tetapi dia tidak bisa menemukannya. Dia tidak tahu pria dengan jas hitam itu sudah mendengarkan obrolahnya dengan Bara seberapa jauh. Terlebih lagi mereka melihat Nadim menggunakan Belati.
----------------------------------------------------------------------------------------------
Saat di luar kamar Ron sedang ramai karena insiden pria yang mencoba saling membunuh, Ron yang sudah mulai tertidur dan beristirahat dipaksa bangun oleh suara Baal.
[DING! DING! DING! DING! DING!]
Bangsat! Gumam Ron yang mau tidak mau harus terbangun. Badannya masih dalam masa pemulihan, oke? Dia adalah pasien yang baru sadar dari koma. Tidak bisakah kalian membiarkan dia berisirahat? Apa lagi itu dering berkali – kali. Sistem mode auto hanya membunyikannya sekali. Tetapi, Baal si iblis gila ini membunyikannya hingga membentuk nada seperti sedang bermain lonceng. Bangsat!
[OH MANUSIA! KAU SUDAH BANGUN?!!!]
Pelankan suara mu. Ron menyuruh Bara, untuk berhenti berteriak otaknya yang kaget karena terbangun mendadak terasa sangat pusing saat ini.
[MANUSIA KAU HARUS CEPAT! PEGAWAI PERUSAHAANMU HAMPIR MATI! DAN KAU MALAH TERTIDUR! HAHAHAH BOSS YANG TIDAK TAHU DIRI! HAHAHAHA]
Ron memijat keningnya, mendengar pegawai yang diingitnya adalah Paman Erik. Mata Ron menyapu ruangan kamar mencari paman Erik. Paman Erik hampir mati? Tidak mungkin, baru saja dia ada di ruangan ini.
[Ehhhhhh kau sangat bodoh. Tidak asik.] Ujar Baal dengan mencemooh. Dia berhenti berteriak di dalam kepala Ron, karena merasa prihatin atas otak Ron yang berpikir sangat lamba.
[Baiklah, aku iblis yang luar biasa ini akan memberikan mu tugas baru agar IQ mu meningkat! Permainan ini tidak asik kalau IQ mu masih seperti sekarang manusia. Hahahahahahahaha.]
Tidak perlu anjing! Ron berteriak dalam hati. Sudah cukup misinya sekarang saja belum selesai dan dia sudah mendapatkan misi baru?! Iblis gila!
[Cepat buka jendela statusmu! Aku iblis yang pintar ini memberi mu tugas baru yang sangat menarik! Sangat mendebarkan! Hadianya juga sangat menggiurkan!] Baal menyuruh Ron dengan penuh semangat.
Kalau hadianya bukan mati, Ron tidak akan merasa tertarik. Ron yakin apa yang membuat Baal bersemangat bukanlah hal yang bagus untuknya. Dengan enggan Ron membuka jendela status.
Status. Ucap Ron dalam hati.