Malam itu Bara menunggu pesan dari Angel Dream. Dia berkali – kali me-refresh halaman WSD miliknya. Dia merasa hampir gila karena menunggu, Bara menyesal karena terlalu jujur dalam pesannya, di saat dia sedang membutuhkan uang. Saking mentalnya lelah menunggu, Bara bahkan mulai merapikan kamarnya yang sudah terlihat seperti kapal pecah itu.
Selesai membereskan kamarnya, Bara lalu mengecek handphonenya lagi, dan mendapati notifikasi dari WSD. Ada pesan masuk untuknya! Dengan tak sabar bara membaca pesan dari Angel Dream.
/////Salam Sejahtera Bara Kertaya ,
Perusahaan kami percaya pada kemampuan anda. Kami sudah mengetahui apa yang terjadi pada anda. Dan kami akan tetap menawarkan anda pekerjaan ini. Hal ini dikarenakan perusahaan kami terpukau dengan anda dan merasa suara anda adalah suara yang kami inginkan di lagu kami. Kami akan membayar anda sebesar 2.000.000,- sebagai uang muka setelah anda menyetujui dan memberikan konfirmasi kontrak melalui WSD. Pembayaran selanjutnya akan di selesaikan saat pekerjaan ini telah selesai. Anda akan mulai bekerja setelah musik yang dibuat oleh band yang dipilih perusahaan kami selasai. Akan tetapi anda bisa mulai mengenali nada dan lirik dari contoh demo lagu yang kami kirimkan. Berikut terlampir lembar kontrak dan lagu yang harus dikerjakan oleh anda.
Terimakasih dan Selamat Berkarya.
Angel Dream Corporation//////
Bara merasa seperti dirinya melayang, sungguh hal yang tidak di duga. Bara sudah bersiap untuk mendapatkan kabar buruk. Tapi apa yang dilihatnya? Bukan hanya dia mendapatkan pekerjaan, bayaran yang dia terima pun sama seperti saat dia tertimpa kasus dengan Kiara. Bahkan dia akan mendapatkan uang muka sebesar 2.000.000,-. Kesempatan ini seperti jawaban dari doanya yaitu diberikan jalan untuk melanjutkan hidup.
Tanpa pikir panjang Bara langsung menerima dan menyetujui kontrak yang diberikan padanya. Setelah selesai dengan kontraknya, Bara berencana untuk mendengarkan demo lagu yang akan dinyanyikan. Judul lagu itu adalah "Balonku Ada 5". Yang ada dipikiran Bara saat itu mungkin itu sebuah lagu anak – baru. Mengingat lagi nama perusahaan itu adalah Angel Dream, memproduksi lagu anak – anak sepertinya cocok dengan nama perusahaan itu.
Belum sempat Bara menekan tombol play, ada suara telepon masuk dari nomor yang tidak dikenalnya. Bara ragu untuk mengangkat telepon itu atau tidak, tapi entah kenapa perasaannya tidak enak, seakan menyuruhnya untuk menerima telepon itu. Saat bara menerima telepon itu, perasaan melayang yang didapatnya setelah membaca surat dari Angel Dream lenyap. Betapa terkejutnya Bara mengetahui telepon yang diterimanya berasal dari rumas saki Amarta. Terdengar suara seorang perempuan yang ternyata seorang suster menjelaskan kondisi Ayahnya. Ayahnya masuk rumah sakit!
Panik menyerang Bara, dia segera pergi menuju rumah sakit Amarta. Dia tidak memeperdulikan penambilannya yang berantakan, dia mengambil kunci mobil yang masih kredit miliknyanya dan langsung berangkat. Ayahnya adalah keluarga terakhir yang dimilikinya. Terlebih lagi dia masih berhutang permintaan maaf ke ayahnya. Menurut cerita suster tadi ayahnya sedang dalam kondisi kritis. Jantung Bara berdebar saat kencang selama perjalanan menuju rumah sakit.
----------------------------------------------------------------------------------------------
Dua bodyguard bertubuh besar menggunakan jas hitam dan kaca mata hitam berdiri tegap menghimpit pintu kamar di mana Ron di rawat. Kedua bodyguard itu adalah nomor 9 dan nomor 7. Tentu saja itu bukan nama asli mereka. Itu adalah nama panggilan selama mereka bekerja di keluarga Pamungkas. Mereka berdua belum lama bergabung dengan keluarga Pamungkas, nomor 9 dan 7 adalah orang – orang yang direkrut langsung oleh Erik. Sebelum mulai bekerja mereka juga harus mengikuti pelatihan neraka buatan butler keluarga Pamungkas itu.
Sialnya setelah mereka mengikuti pelatihan neraka itu, mereka masih gagal menjalankan misi sederhana menjaga pintu kamar Ron. Bagaimana bisa begitu? Mereka tertipu oleh seorang wanita yang mengaku sebagai istri dari Erik. Wanita itu bahkan menunjukkan foto pernikahan mereka dari telepon yang dimiliki wanita itu. Mereka lengah, bahkan setelah mereka membiarkan wanita itu masuk, mereka percaya dengan kalimat wanita itu, yang mengatakan bahwa Erik menyuruh mereka untuk mengawasi lobi rumah sakit.
Habis sudah mereka, saat Erik menemui mereka di lobi rumah sakit. Setelah mendengar penjelasan dari Erik, mereka mendapat hukuman untuk kembali ke latihan neraka itu seselesainya Tuan Ron mengikuti rehabilitasi pasca koma. Nomor 9 dan 7, sekarang sudah kembali menjaga pintu itu. Mereka berdua membulatkan tekad untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Bahkan jika ada yang mengaku sebagai ibu dari Erik sekalipun. Lebih dari apa pun mereka berdua tidak ingin hukuman yang mereka dapatkan bertambah.
"Kamu sudah gila?!! Itu ayahku!" Terdengar suara seorang pria yang berteriak di ujung lorong rumah sakit. Nomor 9 dan 7 hanya saling melirik tetapi tidak ada dari mereka yang bergeming.
"Maaf, aku tidak punya pilihan lain Bara." Suara yang berbeda dipenuhi rasa bersalah.
"Tidak ada?! Kamu bisa milih untuk nagih utang ke aku langsung! Bukan ke ayahku!!"
Nomor 7 melirik dari ujung matanya, dia melihat pria yang berteriak pertama sepertinya bernama Bara.
"Aku tahu kamu lagi kena kasus! Aku tahu kamu kamu ga ada uang. Makanya aku Cuma bisa minta ke ayahmu Bar."
"Bangsat!" teriak Bara seraya melayangkan tinju ke muka pria yang satunya.
Nomor 7 masih memperhatikan ke dua pria itu. Dia melihat ke dua pria itu berkelahi. Lorong kamar Tuan Ron memanglah sepi, karena pasien di area ini hanyalah satu orang. Nomor 7 merasa bingung bagaimana mungkin di area yang sudah dibersihkan ini muncul dua pria yang tiba – tiba berkelahi? Apakah ini sebuah pengalihan? Apakah ini jebakan? Agar dia dan nomor 9 meninggalkan pintu ini dan melerai ke dua pria itu? Naif, Pikir nomor 7. Dia tidak akan terjebak kebohongan anak – anak seperti itu. Dia tidak akan bergerak dari pintu ini. Yang perlu dilakukan hanya tidak menghiraukan kedua pria gila yang saling pukul di rumah sakit itu. Nomor 9 juga memiliki pemikiran yang sama dengan nomor 7. Matanya hanya menatap kosong perkelahian itu seolah sedan menonton televisi.
Sementara nomor 9 dan 7 menonton, perkelahian antara Bara dan pria yang mernama Nadim itu itu makin menjadi. Nadim adalah orang yang menawarinya untuk kredit mobil. Bara menunggak pembayaran mobilnya satu bulan, itu terjadi karena uangnya mulai menipis dikarenakan dia kehilangan perkerjaan di WSD. Tidak disangkanya bahwa Nadim akan menagih tunggakan mobil ke ayahnya. Ayahnya yang stress beberapa hari ini karena Bara, langsung terkena jantung dan harus dilarikan ke rumah sakit.
"Bajingan!" Bara berusaha melakukan tendangan ke muka Nadim. Tetapi Nadim ternyata dapat menghindar dengan cepat. Disaat yang bersamaan Nadim mengambil belati kecil dari sakunya. Ia hendak menusuk kaki Bara dengan belati itu. Belum sempat dia menyerang dengan belati, tangannya tiba - tiba terhenti oleh badan besar yang menarik leher Nadim.