Untuk pertama kali Leona makan bersama keluarga lengkap dengan Rio, suasana sarapan pun tampak tenang tanpa ketegangan.
" mau kemana Rio, rapi banget liburan masih cukup lama kan ? " Tanya Ayu kepada Rio yang sudah tampak rapi dengan kemeja ungu polos dan celana jeans hitam.
" mau jalan-jalan aku kan baru ada disini, pengen tahu daerah sini aja bu Ayu. "
" oh, hati-hati ya sayang. Satu lagi kamu bisa nggak panggil ibu dengan sebutan ibu tanpa tambahan ? "
Rio memandang Ayu sejenak lalu kembali melanjutkan makannya.
" hhh … ya sudah terserah kamu nak " Ayu tidak dapat memaksa bungsunya lagi.
" mam, aku berangkat … ! " Leona mencium tangan dan mengecup pipi kanan dan kiri Ayu ritual biasa kaum hawa.
" kak, tunggu aku. " Rio bergegas, mulutnya masih penuh dengan sarapan, setengah gelas air putih meluncur ke kerongkongan dan ia juga menyempatkan menyomot apel yang tertata rapi di wadah buah, bersama jeruk dan sawo.
" yah … melayang deh inceran gue !! " Leo kecewa ia kalah cepat dengan Rio yang sudah mengambil apel merah yang tinggal satu-satunya.
" siapa cepat dia dapat, dah Leo !! " Rio tersenyum mengejek Leo yang sedang manyun kehilangan incaran.
" berangkat bu Ayu … " Rio mencium tangan Ayu.
" aku sayang ibu … " Rio tiba-tiba memeluk Ayu dan mengecup kening Ayu yang sempat bengong dengan ulah Rio yang tiba-tiba itu.
Rio berlari kecil menghampiri Leona.
" Ngapain? " Leona bingung melihat Rio berdiri dihadapannya.
" Katanya mau Rio antar-jemput, kakak nggak lupa kan ? "
Rio menstarter motor peninggalan Bagas yang baru selesai di perbaiki. dan mempersilahkan Leona naik keatas boncengan. Mereka pun berangkat.
***
" kamu nggak pergi main juga kayak Rio ? udah lama kamu gak keluar rumah nggak bosen ? … " Tanya Ayu, sedang tangannya sibuk merapikan meja makan.
" aku malas mam, nanti aja hari minggu. " Leo masih asyik dengan sawo ditangannya.
" oke, tapi habis ini kamu mandi ya … ! bau … " Ayu menutup hidungnya dengan tangan.
" iya mam, mam aneh nggak ? tumben kak Leona dekat sama Rio ? "
" bagus dong, jadi anak mama nggak ada yang berantem-berantem lagi. " Ayu baru menyadari kedekatan Leona dengan Rio karena ucapan Leo tadi.
***
" makasih ya Rio … "
" buat apa ? " mereka saling mengeluarkan suara lantang bukan marah tetapi karena mereka sedang mengobrol diatas motor.
" ya … karena Rio nggak cerita yang sebenarnya sama mama. "
" oh, itu tenang aja kak semua aman sama Rio. "
Motor Rio berhenti didepan kantor Leona, Leona turun dan sebentar berbicara kepada Rio sambil menunggu Rio membuka helmnya.
" makasih ya Rio … " Rio tersenyum, ia turun dari motor dan duduk diatas motor sambil
menatap wajah Leona, dari jauh adegan ini seperti adegan pacaran muda-mudi.
" Pulang jam berapa … ? " Tanya Rio setelah cukup lama terdiam.
" jemput aja jam enam. "
" oke, Rio balik dulu ya …. Kakak sudah maafin Rio ? " Rio mengecup Leona, Leona hanya tersenyum kala itu.
***
Rio yang asyik mengendarai motor agak bingung dengan yang dilihatnya, didepan seorang gadis berjilbab sedang melangkah di trotoar jalan.
" hei … kamu tetangga bu Ayu ? aku saudaranya yang tinggal disana, mau pulang ? " Rio terus berujar walau dicuekin.
" mau kamu apa sih ? " gadis itu risih dengan kegigihan Rio.
" Cuma mau anterin kamu. " Rio enteng menjawab kejengkelan gadis ini.
" makasih, nggak usah ! " dia ketus.
" anggep aja tukang ojek … belanjaannya banyak banget tuh. " mau tidak mau gadis itu
menuruti Rio daripada Rio terus mengoceh tanpa henti dan mengikutinya.
***
" hahaha, udah gratis aja !!! " Rio menolak uang pemberian gadis itu.
" Kenita, ayo masuk bawa belanjaannya ibu udah nunggu tuh ! " seorang pemuda muncul dari dalam rumah.
" siapa itu … ?? "
" Rio kak, teman Kenita … " Rio penuh percaya diri.
" ajak masuk dong Ken ! " perintah kakak gadis itu dari balik pintu.
" aku nggak di ajak masuk nona ? kakak mu loh yang minta. "
" bisa jalan sendiri kan, atau kaki mu patah jadi perlu ku papah supaya bisa masuk kesini ? "
Rio mengangkat barang belanjaan Kenita dan ngeloyor masuk, menyerobot Kenita yang
bersusah payah membawa satu bonggol pisang raja. Kenita masih tergopoh dengan pisangnya, Rio sudah kembali masuk membawa dua karung beras ukuran sepuluh kilo. Rio memandangi Kenita yang baru sampai ruang tamu, Rio yang sudah menyelesaikan tugas dan diluar sudah tidak ada barang belanjaan, asyik melihat Kenita yang kepayahan menggeret pisang.
" mari, biar ku tolong … " Rio menawarkan bantuan.
" nggak usah … " meski Kenita ketus menolak, Rio cepat mengambil pisang dan membawanya ke dapur.
Rio bergegas pamit, namun dicegah Fabian kakak Kenita yang sempat melihat Rio membantu Kenita membawa barang belanjaan.
" makan dulu atau temani gue main catur. "
" saya nggak bisa main catur. "
" nanti diajarin gampang kok … " Kenita geleng-geleng kepala mengetahui orang yang baru dikenalnya sudah bisa mengambil hati kakaknya dan orang tuanya.
Sempat ia berpikir suatu saat ia akan mengambil hatinya pula.
Rio menoleh, " belanjaan sebanyak itu mau dagang ya? ... " tanya Rio dengan suara cukup lantang, dan Fabian yang tidak sengaja mendengar memberikan jawaban.
" buat syukuran, mulai besok gue mau merantau, bakal kerja jauh dari rumah. "
" oh ... " Rio berOh ria, Kenita tersenyum dia -diam melihat ekspresi Rio.
***
Waktu berjalan cepat, jika tak diperhatikan dan karena terlalu asyik main catur dengan Fabian, ia tidak menyangka jam sudah pukul enam sore.
" kak, aku pamit dulu mau jemput kak Leona. " Rio berpamitan.
" oke, permainan loe keren juga, besok kita main lagi. "
" sip ! " Rio melaju bersama sepeda motornya.
Fabian membenahi caturnya, sebelum masuk ke rumah dia berhenti sejenak tepat didepan Kenita yang terduduk di teras.
" nanti, kasih aja makanan matangnya, kayaknya tuh anak nggak bakal bisa ikut syukuran nanti malam." perintah kakaknya.
Kenita mengangguk saja.
***
" Bu, separuh makanannya aku kasih ke tetangga ya. " ucap Kenita di sela kegiatan membantu ibunya memasak.
" ibu Ayu maksudnya? "
Kenita mengangguk, " iya, tadi saudaranya bantu aku bawa belanjaan. "
" iya Bu, bagi aja separuh tanda terima kasih. " Fabian nimbrung.
" iya boleh, tadi ibu juga lupa ngundang Bu Ayu buat hajatan, sebagai tanda maaf ibu juga kali ya, nanti ibu tambah porsinya. "
***