Chereads / Fade to love you / Chapter 2 - FTLY 2

Chapter 2 - FTLY 2

2

Almert terbangun dengan panik. Alaram yang ada di atas nakas di samping tempat tidurnya membuatnya lumayan terkejut. Dia mematikan alaram itu dan menghela nafas panjang. Di tatapnya alaram itu. Jam 7 malam. Almert bangkit dari posisinya, menuju kamar mandi, mencuci muka, dan kembali duduk di atas tempat tidurnya. Sebenarnya Almert akan kembali berbaring seandainya dia tidak ingat ada sesuatu yang harus dilakukannya, maka dia berjalan keluar dari kamarnya dan masuk di kamar lain yang berada tepat di depan kamarnya.

"Bibi!" teriaknya dengan suara kencang. Semua asisten rumah tangga yang ada di rumah itu dengan panik berlari ke kamar tempat Almert berada.

"Buang semua benda ini, dan ini juga, ini juga! Semua ini! Singkirkan semua jejak wanita jalang itu dari rumah ini!!!" ucap Almert menghempaskan semua pakaian, boneka, dan bahkan selimut dari kamar itu.

"Almert, ada apa? Kau baik baik-saja?" Tanya ibunya dengan panik begitu melihat Almert mengobrak-abrik seisi kamar tempatnya berada sekarang.

"Juga buang semua benda-benda ini!" ucap Almert membanting kanvas dan alat untuk melukis. "Singkirkan mereka semua. SEKARANG!" bentak Almert dan semua asisten rumah tangga dengan cepat membereskan semua barang-barang yang ada di kamar itu.

"Tapi ini barang-barang milik Tiffany, ada apa dengan kalian? Bukankah kalian akan menikah?" Tanya ibu Almert tidak mengerti dengan perbuatan Almert.

"Tidak akan ada yang namanya pernikahan antara aku dan Tiffany, ma! Semua antara aku dan dia sudah berakhir! Mama juga jangan lagi mengharapkan dia atau pun menyebut namanya di hadapanku" dan Almert meninggalkan ibunya, kembali masuk ke dalam kamarnya setelah membanting pintu dibelakangnya begitu saja. Meskipun terkejut dengan apa yang dilakukan Almert, ibunya tidak bisa melakukan apa-apa, saat ini, Almert adalah pemegang otoritas tertinggi, baik di rumah ataupun di perusahaan, tidak ada yang bisa menentangnya.

Nafas Almert saling mengejar. Dia sebenarnya adalah tipe pria yang jarang marah, tapi begitu dia marah atau kesal maka seperti inilah kejadiannya. Tidak banyak hal juga yang bisa membuatnya marah, hanya saja satu hal yang tidak bisa di terimanya adalah ketidaksetiaan atau perselingkuhan, dan Tiffany tunangannya, sudah jelas-jelas berselingkuh dengan seorang pria asing saat mereka di Harvard. Almert tetaplah Almert, siapa pun itu dia tidak peduli dan tiada maaf bagimu saat kau melakukan sebuah kesalahan fatal, Almert memutuskan hubungan dengan Tiffany.

Fade

Tepat jam 8 pagi. Almeera menghembuskan nafas lega, syukurlah dia selamat dari omelan manajer HRD. Lagipula, hari ini adalah hari penting, Presdir baru di perusahaan tempatnya bekerja akan di perkenalkan hari ini, menurut rumor yang beredar, Presdir baru ini sangat ketat mengenai aturan dan kedisiplinan, jadi sejak kemarin, semua hal yang terlihat 'salah' di perusahaan ini mulai di benahi. Mulai dari dekorasi hingga kelakuan para karyawan yang 'bandel' untung saja Almeera tidak termasuk salah satu yang mendapatkan surat peringatan atau SP, tapi secara pribadi, manajer HRD menegurnya karena dia yang sering telat, meski bukan hanya dia, ada beberapa orang di bagian HRD yang mendapat teguran khusus dari manajer HRD.

"Almeera! Almeera!" teriak seorang wanita begitu Almeera akan memasuki ruangan HRD. Bianca.

"Kak Bian! Kau mengagetkanku." ucap Almeera melanjutkan melangkah masuk ke dalam kantornya begitu Bianca sudah berada di sampingnya dan mereka berjalan bersisian. Mengejutkan, hampir semua orang sudah datang! Kecuali si manajer HRD sendiri tentunya, karena kalau dia sudah datang, maka orang yang datang setelah dia datang tentu saja sudah bisa dibilang telat, untungnya hari ini semua sudah mengerti keadaan dan situasinya, dan Almeera bersyukur akan hal itu. Ini mungkin saja adalah awal yang baik, hari ini tidak akan ada kesulitan.

Kurang dari Sepuluh menit, si manajer HRD, Pak Chandra menunjukkan batang hidungnya. Dia bergegas ke meja Bianca dan menyerahkan sebuah surat.

"Bacakan pengumuman ini segera, dan suruh mereka menemuiku di aula Sepuluh menit dari sekarang" titah pak Chandra kemudian meninggalkan ruang HRD dengan tergesa-gesa, membuat bawahannya bertanya-tanya, tak biasanya si atasan meninggalkan kantor di pagi hari? Jadi kemudian mereka menatap Bianca yang sudah siap membaca apa yang tadi di berikan oleh si manajer.

"Sehubungan dengan adanya pelantikan Presiden Direktur dan General Manajer baru, maka akan di adakan pesta penyambutan untuk keduanya" baca Bianca lantang. Semua orang kompak ber – yeay riah karena berarti pesta dan makan-makan.

"Tapi, karena integritas dan kinerja dari perusahaan tidak bisa di abaikan hanya karena pesta penyambutan ini, maka masing-masing divisi hanya di izinkan mengutus tiga orang karyawan, yang telah di tunjuk kemudian, untuk menghadiri pesta penyambutan ini" lanjut Bianca.

"What? What the hell!!!" Kali ini Bianca sendiri yang heboh dan seisi ruangan terdiam.

"Presdir baru itu pelit sekali!" timpal seseorang tiba-tiba.

"Iya pelit!" tukas yang lainnya.

"Integritas dan kinerja apa? Pasti dia hanya ingin menikmati anggaran belanja perusahaan untuk dirinya sendiri" dan berbagai argument protes mulai berdatangan dari segala penjuru ruangan, Bianca memandang Almeera yang hanya bisa menggeleng dan mengangkat bahu.

"Berikut adalah daftar nama karyawan yang di berikan hak untuk menghadiri pesta penyambutan. Sinta, Sora, dan Almeera" Bianca melotot, tidak ada namanya disana? Yang benar saja! Padahal menurut gosip, Presdir baru itu sangat tampan, gagal sudah niatnya menggoda si Presdir pada pandangan pertama, karena Bianca yakin banyak karyawan lain yang akan melakukan hal itu.

Dengan enggan Bianca kembali duduk di tempatnya dan mulai mengerjakan pekerjaannya, menyusun jadwal kerja manajer HRD dan beberapa laporan lainnya.

"Pak Chandra menunggu kalian bertiga di aula sekarang" ucap Bianca cuek dan tampak kesal.

Almeera, Sinta dan Sora saling berpandangan, merapikan sedikit mejanya, membawa dompet dan ponsel sekenanya, dan berjalan bersisian menuju aula.

Fade

Aula itu di tata dengan sangat indah. Berbagai macam karangan bunga dan ucapan selamat menghiasi jalan masuk ke aula.

"Wow! Ini pesta penyambutan atau pesta pernikahan?" Tanya Sora menatap sekeliling.

"Pasti di dalam akan lebih meriah lagi" timpal Sinta, sementara Almeera hanya tersenyum simpul, menurutnya pesta penyambutan ini memang terlalu mewah, pantas saja mereka membatasi jumlah karyawan yang datang.

Almeera dan kedua temannya melangkah masuk ke dalam aula. Benar saja. Aula itu di tata dengan sangat mewah dan elegan. Di hiasi pita berwarna merah dan emas dimana-mana. Spanduk ucapan selamat datang di pajang di atas podium disertai dengan banyak pita emas dan merah juga tentunya. Di sudut-sudut ruangan sudah di atur meja-meja yang di atasnya di letakkan berbagai jenis kue dan minuman. Aula itu kini di sulap menjadi seperti restoran bintang Lima! Meja-meja bundar dan kursi-kursinya mengisi aula, satu per satu karyawan yang datang mengisi tempat yang telah disediakan untuk mereka. Di masing-masing meja, memang telah di taruh nama karyawan yang berhak hadir sesuai dengan divisi dan jabatan mereka.

Sinta menarik kedua temannya untuk duduk di sebuah meja yang terletak hanya satu baris dari baris meja-meja paling belakang. Mereka memang Cuma karyawan HRD biasa. Tidak punya jabatan khusus.

Mereka mencoba duduk dengan menyamankan diri. Sesekali ketiganya meneguk air mineral yang sudah di siapkan terlebih dulu di atas meja. Sora kini bahkan memperhatikan nama-nama lain yang satu meja dengan mereka, Ralin, Rinai, dan Ruli ketiga-tiganya dari divisi keuangan. Satu meja memang di kelilingi oleh Enam kursi yang berarti di isi oleh dua divisi yang berbeda.

"Kita satu meja dengan orang-orang dari divisi keuangan" bisik Sora pada teman-temannya.

"What?!" balas Sinta membulatkan matanya. Terlihat sangat terkejut.

"Kenapa? Memangnya ada apa dengan orang-orang dari divisi keuangan?" Tanya Almeera tak mengerti. Selama ini dia memang jarang membahas gosip dengan teman-temannya, dia lebih fokus bekerja, bekerja, dan bekerja. Mencari uang demi keluarganya.

"Astaga…kadang-kadang ada gunanya juga kalau kita sedikit bergosip saat ada di kantor, jangan Cuma bekerja saja" tutur Sinta melotot pada Almeera. Almeera hanya terkikih.

"Lalu, ada apa dengan orang-orang dari divisi keuangan?" ulang Almeera menatap Sinta dan Sora bergantian.

"Mereka terkenal sangat jutek dan sombong. Mereka tidak mau bergaul dengan karyawan dari divisi lain. Huh! Sombong sekali" tutur Sora. Tak lama kemudian, ketiga orang yang baru saja mereka bicarakan datang dan duduk di tempatnya masing-masing, membuat Sora melotot dan mengigit bibir, berharap apa yang dia ucapkan barusan tidak terdengar oleh orang-orang ini, bisa gawat kalau dia mendapatkan masalah dengan karyawan dari divisi keuangan.

"Hai" sapa Almeera tersenyum ramah kepada ketiga orang itu. Salah satu dari mereka hanya tersenyum dan sedikit membungkuk tanpa membalas sapaan Almeera. Sinta hanya menyikut perut Almeera membuat gadis itu meringis kesakitan dan balas mencubit lengan teman di sebelahnya. Untuk sesaat adu saling melotot antara Almeera dan Sinta terjadi.

Mereka menunggu cukup lama dalam diam. Sampai akhirnya seseorang mulai berbicara diatas panggung.

"Hadirin sekalian" suara itu mengejutkan Almeera yang mengkhayal tanpa mengkhawatirkan sekeliling dan tidak sadar kalau ternyata aula itu sudah di penuhi dengan para karyawan, bahkan para petinggi perusahaan juga sudah datang, intinya, hampir 90% dari tamu undangan sudah hadir di aula itu.

"Silahkan berdiri untuk menyambut Presiden Direktur kita yang baru, Tuan Almert dan General Manajer baru kita Tuan Erik" ucap MC. Suara tepuk tangan kemudian membahana ke seisi ruangan. Tunggu dulu Erik? Ada berapa orang di Jakarta dengan nama itu? Almeera lalu menatap ke depan, menyipitkan matanya untuk membaca spanduk penyambutan yang bertuliskan selamat datang Presdir Almert dan GM Erik. Kemudian perhatian Almeera teralih kepada kedua orang yang berada di atas podium sekarang.

"Woo…Erik!" jerit Almeera tak percaya. Lalu spontan membekap mulutnya, sadar dia menarik perhatian tamu yang hadir, kemudian dia menunduk untuk menyamarkan dirinya, sehingga semua orang kembali memperhatikan panggung.

"Terima kasih untuk sambutan kalian semua. Aku cukup terkejut mendapat sambutan seperti ini. Semoga kita semua bisa bekerja sama dengan baik" ucap Erik yang disodori mic oleh MC lebih dulu. Sesaat, hanya sesaat, Almeera bisa melihat Erik mengerling ke arahnya. Tapi Almeera buru-buru menghapuskan pemikiran itu, mungkin dia Cuma berkhayal.

"Aku tidak akan mengatakan banyak hal, tapi bekerjalah lebih baik dari sebelumnya, dan aku tidak mentolerir sedikit pun kesalahan" ucap Presdir Almert dingin. Seisi ruangan sempat diam selama beberapa detik kemudian kembali bertepuk tangan.

"Baiklah rekan-rekan hadirin sekalian, silahkan kembali duduk dan menikmati hidangan makan siang anda" ucap si MC ikut gugup mendengar apa yang baru saja di ucapkan oleh Si Presdir baru. Tidak perlu waktu lama sampai suara sendok dan garpu berdentang di sepenjuru ruangan. Makanan-makanan mewah terhidang di atas meja.

"Aku penasaran, apa hidangan yang kita makan ini sama dengan yang mereka makan?" ceplos Sora sambil mengunyah daging stiknya. Almeera hanya tersenyum simpul mendengarkan celotehan temannya.

"Almeera…kurasa presdir baru itu sedikit jutek, apa akan ada perubahan dengan sistem manajemennya? Atau aturan baru?" celoteh Sinta menimpali. Almeera kemudian menggeleng, tanda tidak tahu, atau tidak mau berkomentar apa-apa. Disana, dimeja itu bukan hanya ada mereka bertiga, tapi ada orang-orang dari divisi keuangan juga, yang mau tidak mau, sengaja atau tidak sengaja pasti akan mendengarkan isi dari percakapan mereka, dan menurut Almeera akan lebih bagus jika dia tidak menimpali apapun yang bisa membuatnya di cap sebagai penggosip.

"Kurasa aku harus pamit sebentar" ucap Almeera, lalu melangkah ke toilet, karena perutnya tiba-tiba terasa sakit, steak yang di masak welldone memang tidak cocok dengan perutnya.

Almeera berjalan ke arah toilet yang memang lumayan jauh dari aula, harus melewati beberapa kantor dan lorong dengan deretan ruangan-ruangan yang terlihat sibuk dengan karyawan yang beraktivitas didalamnya.

Almeera berbelok ke arah toilet saat tiba-tiba seseorang menariknya masuk ke ruangan yang biasanya di gunakan oleh cleaning servis untuk menyimpan sapu, alat pel dan perabot kebersihan lainnya.

Orang itu menarik Almeera, membekap mulutnya dan menutup pintu. Almeera sempat melawan tapi percuma saja, tubuhnya yang kecil tak punya kekuatan untuk melawan orang itu. Akhirnya, setelah di rasa hanya ada mereka berdua didalam sana, Almeera memberanikan diri untuk membuka matanya, penasaran dengan orang yang menariknya.

"Almeera…" lirih orang itu.

"Erik?! Kau?! Sialan!!!" Almeera memukul-mukul bahu Erik, melimpahkan semua rasa panik dan takut yang tadi sempat menyelimutinya.

"Hei!! Hentikan!" ucap Erik menahan tangan Almeera agar berhenti memukulnya.

"Apa kau gila?! Kau sungguh..." Almeera melotot ke arah Erik. "Kau perlu menjelaskan banyak hal" lanjut Almeera menenangkan dirinya.

"Maaf, aku akan menceritakan semuanya, kau tidak ada acara sepulang kerja kan?" Tanya Erik menatap Almeera lekat. Almeera menarik nafas dalam-dalam, dan mengangguk, mengiyakan. Lalu tanpa aba-aba sedikit pun, Erik lalu menciumnya, tepat di bibir. Ciuman yang panas.

Fade