Chereads / Menuai Kebencian / Chapter 19 - Part 17: First Kiss

Chapter 19 - Part 17: First Kiss

Kami berempat sedang dalam perjalanan pulang. Rencananya kami akan makan malam bersama di rumah kak Grace. Kata mereka sih barbeque-an.

Kejadian kemarin dan hari ini membuat Cia tersadar bahwa ternyata Cia tidak terlalu mengenal seorang Bram. Cia mengira cukup mengenal seorang Bram di masa SMA karena dulu mereka memang dekat. Tapi ternyata mereka tidak sedekat itu.

Cia terkekeh kecil kepada dirinya sendiri. Ia geli. Bagaimana bisa dulu ia mengira dekat dengan Bram padahal Bram tidak pernah jatuh hati dengannya?

Dunia dunia, mudah sekali membolak-balikan perasaan.

"Kamu kenapa?" tanya Bram yang sedang menyetir.

"Hm?"

Bram mengulangi pertanyaan yang sama

"Gapapa, aku baru sadar aja ternyata aku sekarang lagi deket sama orang asing" balas Cia sarkas

Kenapa Cia jadi kesel ya? Ia merasa hanya terbawa oleh emosi yang ia ciptakan pada pikirannya sendiri

"Kok bisa?" tanya Bram lagi. Cia mengedikkan bahu.

Cukup lama mereka saling terdiam dan saling berada dalam pikirannya masing-masing.

Cia itu pengennya Bram mengerti apa maksud perkataan Cia. Tapi yang ada malah Bram diam saja atau bahkan Bram tidak perduli dengan Cia?

Udahlah emang seharusnya Cia sadar, mau bagaimanapun Bram tetap akan menjadi Bram yang super kaku dan tidak perduli. Cia memalingkan wajahnya ke arah kaca.

"Aku punya mama dan papa di Jogja namanya mama Ida dan papa Joko. Mungkin kamu belum pernah denger cerita tentang keluargaku. Paling-paling cuma nama papa aku karena sewaktu SMA kita suka saling ejek-ejekan nama papa kita. Aku punya satu kakak perempuan namanya kak Grace dan tadi itu suaminya namanya kak Arto" cerita Bram

Cia memutar kepalanya menghadap Bram. Mendengarkan dengan seksama cerita Bram.

"Kak Arto itu orang Jakarta asli. Mereka baru nikah 1 taun yang lalu. Awalnya juga aku tinggal di Jakarta gara-gara mereka. Mereka yang ngenalin aku ke manajer perusahaan kita. Kak Grace kerja di bank BCA sedangkan kak Arto kerja di perusahaan design interior. Perusahaan kita itu klien tetap perusahaan kak Arto. Jadilah kak Arto yang masukin aku ke perusahaan ini. Kalau pertanyaan kamu kenapa waktu itu aku sama kak Grace bisa di supermarket BSD ya karena rumah mereka tetanggaan sama rumah tante Je. Cuma beda blok aja" Bram mengambil nafas sebentar

"Jadi kemaren aku mampir sekalian ke rumah kamu karena ya sekalian aja. Mumpung lagi di BSD dan di perumahan yang sama. Eh malah kamu masuk ke kamar gamau ngomong sama aku. Yaudah aku ngobrol aja sama tante Je. Untung banget tante Je orang yang baik, walaupun dia tau kalo aku bawa cewek waktu itu. Dia mau denger penjelasan dari aku, dan dia percaya sama aku. Padahal mungkin ibu-ibu diluaran sana bakal ngga bolehin anaknya ketemu aku lagi kali ya" lanjut Bram terkekeh

Cia menatap lekat Bram. Kenapa Bram kalo cerita panjang lebar gitu jadi ganteng banget? Batin Cia

"Bram" undang Cia

"Hm?"

"Makasih ya buat tadi, kamu menjelaskan sesuatu tanpa menggunakan gombalan. Meminta maaf dengan caramu sendiri. Makasih juga udah ngerti aku, mau jelasin tentang keluarga kamu. Padahal aku Cuma kode tapi kamu cerita panjang lebar." Ucap Cia sambil memegang lengan Bram

Bram mengangguk dan tersenyum menatap Cia "My pleasure baby"

Seketika Cia langsung melepaskan tangannya dan memalingkan wajah ke kaca lagi.

Wajahnya memenas. Ia malu.

Bram mengacak rambut Cia. "Ih malu-malu"

"NGGA" jawab Cia lantang

Bram tersenyum lebar "Kamu dong gantian yang cerita. Aku cuma tau kalo kamu punya 2 kakak yang sekarang ga tau kabarnya gimana"

Cia mengambilkan air putih di sebelah kemudi, menyerahkan air itu ke Bram. "Makasih"

"Aku ya gitu punya ibu sama bapak yang sekarang udah tua tapi sehat semua. Ibu aku namanya Bu Ningsih dan bapak aku namanya Pak Ketut seperti yang dulu kamu tau. Kerjaan mereka sekarang melihara banyak ayam. Terus ya kamu tau aku punya dua kakak laki-laki yang super duper protektif sama aku."

Bram mengangguk "Kak Fabian sama Kak George"

"Iya bener ternyata kamu masih inget, kak Fabian sekarang bangun usaha makanan di Jogja. Setelah bertahun-tahun mencari jati diri akhirnya ia menemukan pasangan yang cocok namanya kak Vira dan mereka berdua memberanikan diri buka angkringan di Jogja. Alhamdulillah sekarang udah buka 3 cabang. Terus kak George sekarang jadi hakim di Semarang dan istrinya namanya kak Evelin sekarang jadi notaris. Kak Fabian punya 1 anak namanya Axel dan kak George juga punya satu bayi perempuan namanya Mariposa tapi dipanggilnya Ocha."

"Karena kita bukan orang yang sweet jadi kita jarang banget berkabar. Selalu berkabar kalo ada perlunya. Dan selama aku hampir 3 bulan disini mungkin tiga kali aku berkabar sama mereka. Ibu sama bapak yang sering karena setiap subuh mereka bangunin aku buat sholat. Udah si itu aja. Ngga ada yang menarik"

"Siapa bilang? Menarik kok" ucap Bram

"Alhamdulillah kalo menarik" sahut Cia

Tidak terasa sekarang mereka sudah sampai di rumah kak Grace. Cia jadi deg-degan. Sekarang Cia semakin dekat dengan keluarga Bram. Cia juga semakin nyaman dengan Bram. Cia juga semakin dalam mengerti tentang Bram.

Apakah ini semua garis jalan yang diberikan Tuhan untuk Cia?

***

"AW" teriak Cia sambil mengibaskan tangannya.

"Kenapa Ai?" tanya Bram panik

Bram langsung memegang tangan Cia dan meniup tangan tersebut

"Tadi mau ambil sosis terus kena itu" Cia menunjuk grill bbq

Bram menuntun Cia masuk ke rumah dan mendudukannya di sofa "Kak P3K dimana?"

"Di bawah tangga"

Bram kembali ke sofa membawa salep.

"Hati-hati dong Ai" ucap Bram sambil mengusapkan salep tersebut ke tangan Cia

"Awhh pelan-pelan Bram"

Posisi Cia dan Bram sekarang sangat dekat. Untuk beberapa detik mereka berdua saling menatap. Cia memalingkan wajahnya ke sembarang arah. Wajahnya sekarang terasa panas. Lebih panas daripada tangannya. Sedangkan wajah Bram semakin lama semakin mendekat.

Tanpa sadar, sekarang bibir Cia sudah menempel pada bibir Bram. Badan Cia menegang. Awalnya ciuman hanya sekedar menempel. Namun, setelah beberapa detik bibir Bram mulai bergerak sedangkan bibir Cia masih diam. Ini pertama kali untuk Cia. Ia tidak tau cara berciuman.

Dilepasnya penyatuan bibir mereka oleh Bram. "Ai sorry, aku kebawa suasana"

Cia masih terdiam di tempatnya. "It's okay it's okay" ucap Cia sambil menyelipkan rambutnya ke belakang. Kemudian Cia beranjak dari duduknya dan melengang kembali ke taman belakang. Wajahnya sekarang penuh dengan semburat merah.

Kak Grace sepertinya mengerti apa yang terjadi barusan. Ia mengeluarkan senyum menggoda kepada Cia. Kemudian kak Grace mengahmpiri Cia yang duduk tidak nyaman di pojok taman. "Abis ngapain hayo?"

Cia membenarkan rambut "Kakkk" panggil

Cia memajukan bibirnya ke depan. Kak Grace menepuk pundak Cia sambil tertawa "Gimana rasanya?" bisik kak Grace

"Lebih banyak kagetnya jadi lupa rasanya" balas Cia berbisik

"BRAM CIA MINTA LAGI NIH" teriak kak Grace. Seketika Cia membungkam mulut kak Grace.

"ENGGA" balas Cia tak kalah kerasnya

Bram dan Kak Arto tertawa terbahak. Mereka sedang berbincang berdua.

Kak Grace pergi meninggalkan Cia dan menghampiri mereka berdua. Karena ini sudah malam, sendirian di pojok taman sepertinya bukan keputusan yang baik setelah Cia pikir-pikir. Ikutlah Cia membututi kak Grace menuju gazebo yang ada di tengah taman ini.

"Udah dong kalian jangan bahas kerjaan mulu. Capek gue dengernya" keluh Kak Grace kepada Bram dan Kak Arto.

Kak Arto dan Bram kalau sudah bertemu, mereka pasti akan membahas investasi lah, masalah perusahaan lah. Anehnya, orang-orang liburan mencari hiburan agar tidak stress tetapi mereka justru mencari-cari topik yang berat. Cia baru tau tadi ketika di Dufan, sepanjang perjalanan mereka berbicara tentang perhitungan investasi perusahaan.

Kak Grace dan Cia yang sudah muak dengan pekerjaan hanya diam saja. Atau kadang mereka membahas tentang model-model tas keluaran taun ini.

"Mending kita main truth or dare biar kaya di film-film Netflix" ajak kak Grace

"Boleh" ucap Bram

"Ngapain sih yang? Ngantuk aku" tolak Kak Arto. Cia sih setuju dengan kak Arto. Ia malas sekali main permainan ini. Permainan yang menjebak.

"Ayo dong yang, kalo gamau nanti malem kamu tidur di sofa aja" bujuk Kak Grace.

Kak Arto menghela nafas "Yaudah ayo, jangan aneh-aneh tapi ya" ucap kak Arto memperingatkan kak Grace.

Kak Grace mengangkat jempolnya tersenyum.

Yaudah Cia pasrah saja. Ia malas berdebat.

Memang hidup Cia selalu malas dengan semua hal.

"Oke jadi ini ada botol sprite yang bakal muter, nanti kalo ujung botol ini nunjuk ke satu orang berarti dia harus milih truth or dare" ucap kak Grace

Mereka semua kompak mengangguk

"Oke start" kata kak Grace sambil memutarkan botol tersebut.

'Please jangan gue' batin Cia.

Benar saja botol tersebut mengarah ke Bram. Cia menghela nafas lega

"Oke Bram you can choose either truth or dare" ucap kak Grace

"Truth"

"Aku yang ngasih pertanyaan boleh?" tanya Cia meminta izin

"Boleh" sahut kak Grace

"Kamu deketin aku itu buat menebus kesalahan yang pernah kamu lakuin atau emang cinta tumbuh di hati kamu?"

Bram terlihat terkejut dengan pertanyaan Cia. Sudah lama Cia menanyakan hal ini pada dirinya sendiri. Maka dari itu ia berusaha untuk tidak jatuh terlalu dalam karena ia takut jika Bram mendekatinya hanya karena ia merasa bersalah akan kesalahannya di masa lalu.

"Hmm that's a good question, mungkin dulu 3 tahun yang lalu—oh bukan, bahkan 2 bulan yang lalu aku ketemu kamu karena hasrat dalam diriku yang bilang kalau aku mau menebus segala kesalahan yang aku perbuat. Aku berusaha buat deket karena aku mau kita sama-sama berdamai dengan diri kita. Entah gimana ceritanya, hal yang dulunya rasa bersalah jadi rasa ingin memiliki yang ga pernah aku rasain sebelumnya. Perasaan yang berubah sebegitu cepatnya dan aku gabisa ngendaliin itu. Padahal dulu aku kalo deket sama cewek ga pernah seaneh ini. Karena mungkin bedanya kalo dulu aku mau deketin cewek karena emang tujuanku mau pacaran. Tapi sama kamu itu ngga, aku memulai dengan rasa bersalah dan sekarang jadi rasa sayang atau cinta? Akupun ga tau yang aku tau pasti aku nyaman aja ngobrol sama kamu dan berbagi cerita sama kamu. Waktu kamu bilang aku cuma boleh deket sama kamu 1 tahun itu aku ngerasa aku punya buanyak waktu buat memperbaiki semua. Tapi baru 2 bulan aja kamu udah bikin aku ga karuan gimana 1 tahun. Kalau kamu ijinin aku, boleh ngga aku minta kamu jadi pacar aku?"

Cia terkejut dengan jawaban Bram. Ia bertanya apa yang selama ini dipertanyakan dalam hatinya. Terus kenapa sekarang Bram malah meminta Cia untuk menjadi pacarnya? Apalagi sekarang tangan mereka bertaut. Ditambah lagi Bram menatap Cia lekat sekali.

"Wow that's amazing answer and tembakan yang anti-mainstream" ucap Kak Arto tepuk tangan. Sedangkan Kak Grace menikmati moment ini dengan mengabadikannya di ponselnya.

Cia masih berpikir. Iya benar ia nyaman dengan Bram karena Bram selalu menunjukkan banyak hal baik. Selalu sabar dengan tingkah Cia yang mood swing. Tapi, Cia masih merasa ragu dengan perasannya. Ia tidak tau ini hanya perasaan nyaman sebagai teman atau nyaman sebagai 'orang yang dicintainya'

"Makasih buat jawaban jujurnya Bram. I appreciate it so much. But I'm sorry aku belum bisa nerima kamu buat jadi seseorang yang lebih daripada teman" jawab Cia menunduk

"UHH Damn that's hurt" ucap kak Grace menepuk dadanya sendiri

"No no It's okay Ci, semua orang butuh proses kan? But, inget janji kamu kalo aku masih punya 10 bulan lagi buat deketin kamu. So, I will never give up" balas Bram tersenyum pahit

Cia mendongak ke wajah Bram dan tersenyum "Makasih Bram"

"Udah yuk pulang, ini udah terlalu malem. Besok kita kan masih kerja" ucap Bram beranjak dari duduknya.

Cia pun ikut beranjak dan berpamitan dengan kak Grace "Sorry kak aku gabisa memenuhi permintaan kakak" ucap Cia tepat di belakang telinga kak Grace

"Gapapa kali Ci, bahagia kamu yang utama. Mungkin Braam butuh usaha berkali-kali untuk dapetin orang sebaik kamu. Makasih ya udah nemenin seharian ini" kata kak Grace memeluk pundak Cia

"Anytime kak, kalo kak Grace butuh apa-apa ke rumahku aja. Kita kan tetanggan." Tawar Cia

"Iya dong pasti. Kamu juga sering-sering main ke sini"

Cia mengangguk dan melepaskan rangkulan kak Grace "Bye kak"

"Bye Cia"

***

Sekarang di mobil terasa sangat awkward. Untung rumah Cia hanya berjarak 400m dari rumah kak Grace. Namun, rasanya lama sekali. Harusnya tadi Cia jalan kaki saja pulangnya.

"Jangan berubah ya Ai" kata Bram

"Iya, maaf ya Bram sekali lagi" balas Cia

Bram mengacak rambut Cia "Iya dimaafin, udah sana masuk"

Cia mengangguk dan keluar dari mobil

"Hati-hati Bram"

Bram mengangguk "Have a nice dream Ai"

"You too"

Kemudian mobil Bram melaju keluar perumahan dan Cia masuk ke rumah.

***

To be continue…

Hi guys I'm back. Sorry ya aku ngilang beberapa hari hehe.

FYI, ini pertama kali aku nulis sepanjang ini wkwkwk

Please give me comment and vote ya guys karena itu membantuku untuk semnagat menulis lagi.

Komen dong kalian tim Cia atau tim Bram?

Udah gitu aja

Stay healthy kalian