Chereads / Menuai Kebencian / Chapter 20 - Part 18: Rindu

Chapter 20 - Part 18: Rindu

Tidak terasa sudah 3 bulan Cia menghabiskan waktunya di perusahaan ini. Banyak hal dan kesempatan yang Cia syukuri karena bisa kerja di sini. Kalau ditanya mau atau engga diperpanjang kontrak jawaban Cia adalah sangat mau karena gaji yang Cia dapatkan disini cukup untuk memenuhi kebutuhannya.

Hari ini surat perpanjangan kontrak akan datang. Apabila Cia tidak dapat maka lusa Cia harus keluar dari perusahaan ini.

"Kalian deg-degan ga sama hari ini?" tanya Amel kepada Ale dan Cia

"Banget" jawab Cia dan Ale bersamaan

Saat ini mereka sedang makan siang di café dekat perusahaan. Mereka duduk di dekat kaca sehingga bisa melihat orang berlalu-lalang. Mereka bertiga sedang berada dalam pikirannya sendiri-sendiri.

Cia pasrah saja dengan segala keputusan yang akan ia terima nantinya. Jujur saja, uang yang Cia tabung untuk sekolah profesi belum cukup. Ia masih butuh banyak kerja. Rencananya andai saja hari ini ia tidak diperpanjang kontraknya, mungkin ia akan melamar kerja ke beberapa perusahaan lainnya.

Setelah selesai menyantap makan siang, saatnya mereka kembali ke kantor. Diperjalanan menuju kubikelnya,

"Ci itu Bram bukan sih?" tanya Ale

"Hm?" Balas Cia yang sedang memainkan ponselnya

"Iya lagi, aduh males banget ketemu tembok cina" gerutu Amel

Cia memasukan ponselnya ke saku dan mendongak menatap depan dan langsung disambut oleh wajah Bram.

"Habis makan?" tanya Bram

"Iya" jawab Cia

"Halo Bram" sapa Ale. Bram membalasnya dengan senyuman tipis.

"Ci kita duluan ya" pamit Amel sambil mendorong pundak Ale.

Cia menggeleng "Aku duluan ya" pamit Cia ke Bram

Tangan Cia di cekal oleh Bram "Ada yang mau aku omongin"

"Apa?"

Bram menarik lengan Cia menuju ke taman depan. Dilepasnya tangan Bram "Aku bisa jalan sendiri"

"Kenapa?"

"Gapapa" balas Bram menyengir.

Cia melongo mendengar jawaban Bram. Cia menggeleng tidak percaya dengan tingkah Bram yang semakin ada-ada saja.

Bram mendudukan pantatnya di kursi taman

"Menghirup udara segar Ai, jangan tegang terus" kata Bram yang mendongakkan kepala ke atas sambil memejamkan mata. Cia hanya diam saja tidak mengikuti gerakan Bram.

"Eh iya Ai, kamu kan suka jogging pagi kan. Kemaren aku ada ajakan dari Ibra buat lari marathon di bali, mau ikut ngga?" tawar Bram yang sekarang menatap Cia

"Iya aku emang mau ikut event itu tapi belom sempet daftar. Males aja ke Bali sendirian" balas Cia

"Sama aku yuk tapi ya aku sama Ibra"

"Iya tumben kamu ngga bareng Ibra biasanya kemana-mana sama dia" Tanya Cia menengok ke kanan kiri melihat sekitar.

"Dia sekarang sama Refi mulu" jawab Bram terlihat kesal

"Oh akhirnya Refi mau sama Ibra? Terus gimana tunangannya?" tanya Cia lagi

"Ibra bilang cowoknya Refi selingkuh" balas Bram mengedikkan bahu "Males ih bahas Ibra, suka lupa temen kalo lagi kesemsem"

"Kaya kamu engga aja" sahut Cia memalingkan kepalanya ke sembarang arah

Bram merangkul bahu Cia sambil tertawa terbahak "Iya dong kan sama kamu sayang aku" Seketika wajah Cia langsung berubah menjadi merah.

Ini salah satu alasan kenapa Cia nyaman dengan Bram. Ia bisa menjadi penenang bagi Cia. Dikala tegangnya hari yang Cia hadapi hari ini. Bram datang berusaha menenangkan Cia. Sebenarnya, pagi tadi Cia sudah bilang kepada Bram bahwa hari ini hari dimana keputusan perpanjangan kontrak diumumkan. Namun, Bram tidak pernah menunjukkan sikap simpati sama sekali. Justru daritadi Bram selalu membuat cerita-cerita tidak jelasnya ke Cia. Awalnya Cia berpikir Bram tidak perduli dengannya mentang-mentang Bram sudah menjadi pegawai tetap dari awal kerja. Tapi ternyata Bram menunjukkan kepeduliannya melalui sikapnya. Daritadipun Bram sama sekali tidak mau membahas permasalahan kantor.

"Bram" panggil Cia pelan

"Apa Ai?"

"Kalo aku ga diperpanjang kontraknya tolong cariin kerjaan dong. Aku capek interview sana sini"

"Udah tenang aja, bismillah terus pokoknya" ucap Bram sambil mengelus punggung Cia

***

Cia sudah berada di kubikelnya. Cia, Amel dan Ale sedang mengerjakan laporan yang akan digunakan untuk meeting esok hari.

"Cia dipanggil sama pak manajer tuh" ucap mba Irna menunjuk ke ruangan manajer berada

Sepertinya ini penentuan apakah Cia akan diperpanjang atau dihentikan. Sepanjang jalannya menuju ruangan manajer berada Cia merapalkan doa.

Tok tok tok

"Masuk"

Ketika Cia masuk, suasana ruangan terasa sangat dingin dan menegangkan. Tangan Cia keringatan semua. "Maaf bapak manggil saya ya?" tanya Cia

"Iya, kamu minggu depan ikut meeting sama saya ke Bali ya. Ini klien penting kita" ucap Manajer Cia yang bernama Pak Steven.

Apakah ini artinya ia diperpanjang kontraknya? Atau pak Steven lupa kalau lusa adalah hari terakhirnya berada di sini?

"Maaf pak, kalau saya boleh bertanya. Apakah kontrak saya di perpanjang?"

Pak Steven mengangguk dan menyerahkan surat perpanjangan kontrak. Cia mengucap syukur berkali-kali dalam hati. Tuhan baik sekali dengannya.

"Saya lihat kinerja kamu baik jadi saya pikir kamu layak saya pertahankan di perusahaan ini. Performa kamu di meeting beberapa bulan yang lalu membuat saya kagum dan semakin yakin bahwa kamu layak berada di perusahaan ini"

"Makasih Pak"

"Kamu bisa ngurus surat perpanjangan sama mba Irna ya, minggu depan kamu siap-siap karena kita bakal meeting penting di Bali" perintah pak Bram

"Siap pak, ada perlu lagi pak?"

"Tidak"

"Kalau begitu saya permisi pak" pamit Cia

Cia mengahmpiri temannya yang berada di kubikel dengan muka sumringah. Amel dan Ale sudah dipanggil oleh pak Steven sejak mereka selesai makan siang. Dan hasilnya mereka diperpanjang kontraknya. Sedangkan Cia baru dipanggil sekarang karena tadi Cia pulangnya tidak bersama mereka. Artinya mereka bertiga di perpanjang kontrak hingga tahun depan.

"Gimana Ci?" Tanya Amel

Cia hanya mengangguk dengan mata berbinar

"Selamat Ciaa" Ucap Amel langsung merangkul Cia, begitupun dengan Ale

Setelah selesai berpelukan Cia bertanya kepada mereka berdua "Kalian minggu depan ke Bali juga?"

Mereka kompak mengangguk

"Yeayy kita liburan" teriak Amel

"Enak aja, kerja kerja kerja" sahut Ale

Amel mendengus ke arah Ale. Sedangkan Cia langsung mengambil ponselnya dan memberikan kabar baik ini ke Bram

To: Bram

Aku masih di sini sampe taun depan

Setelah memberikan pesan tersebut, Cia kembali pada komputer di depannya menyelesaikan pekerjaan yang besok sudah harus jadi.

From: Bram

Syukurlah masih bisa makan siang bareng deh hehe

Cia tersenyum melihat pesan dari Bram.

Jam sudah menunjukkan pukul 5 yang artinya sudah waktunya mereka pulang. Hari ini, Cia dan tim tidak lembur. Rencananya Cia ingin merayakan keberkahan hari ini dengan makan malam bersama dengan Amel dan Ale.

"Kasian Bram nanti muter-muter dong nganterin guenya" ucap Cia mempertimbangkan ajakan Ale dan Amel

"Gampang itu mah, gue siap nganterin lo" sahut Ale

Seketika Cia langsung manatap ke Amel. Ternyata reaksi Amel sangat biasa saja. Entah Amel sedang menyembunyikan perasaannya atau bagaimana. Ia jadi tidak enak dengan Amel.

"Ogah mending bareng Amel" tolak Cia

"Sama Ale juga gapapa Ci, gue habis makan nanti mau ada acara lagi"

"Kemana?" tanya Ale

"Bukan urusan lo"

Nah kan benar, Amel sedang berusaha menyembunyikan perasaan cemburunya. Cia jadi bimbang harus bagaimana. Ia tidak mau merepotkan Ale maupun Bram. Tau gitu gue bawa mobil sendiri anjir. Batin Cia.

Cia memutuskan untuk menelepon Bram karena daritadi Cia memberikan pesan namun tak kunjung mendapatkan jawaban. Cia kesel.

"Halo"

"Aku mau makan malem sama Amel Ale"

"Dimana?"

"Gyu kaku Sency" Ucap Amel menyengir

"Nanti malem aku ada meeting sama klien, mungkin sampe malem. Kamu pulang bareng temenmu bisa ngga?"

Cia terdiam. Tidak mungkin ia menerima ajakan Ale.

"Yaudah nanti gampang"

"Oke have fun"

Dimatikannya telepon tersebut. Cia berpikir lagi. Harus banget bareng Ale?

***

"Mel gue nanti beneran gabisa dijemput sama Bram? Meneurut lo gue harus gimana?" Tanya Cia yang sekarang sudah berada di mobil Amel.

"Sama Ale tuh tadi kan lo ditawarin" balas Amel sarkas. Kenapa Cia jadi semakin tidak enak dengan Amel? Apa Cia harus naik gocar saja? Tapi Gocar mahal sekali.

"Mel beneran deh gue ga berniat jahat sama lo. Ga juga berniat merebut cowok lo" terang Ciaa

Cia terkekeh kecil "Emang gue bilang lo punya niatan ngerebut Ale dari gue? Toh dari awal Ale emang bukan siapa-siapa gue"

Ya kalo bukan siapa-siapa lo terus kenapa lo cemburu ge jelas bambank. Batin Cia kesal.

"Gue ga suka aja Ale tuh suka menyamapadankan gue sama lo. Padahal lo kan baru Ale kenal tapi dia bisa cepet banget beradaptasi sama lo. Gue childish ya?"

Cia mengangguk pelan

"Ya itulah gue tapi serius deh Ci gue gapapa kalo kalian mau pulang bareng. Kalo gue bisa juga pengennya gue aja yang nganterin lo sampe rumah. Tapi nanti gue harus pulang ke timur, bokap gue sakit. Gue mau berbakti aja sama orang tua gue di detik-detik terakhir dia hidup" ucap Amel berkaca-kaca

"Bokap lo sakit apa?"

"Jantung, liver dan banyak lagi komplikasi lainnya, sekarang bokap gue koma. Kalo sampe besok bokap gue masih koma kemungkinan alat-alat dalam tubuh bokap gue di copot dan itu adalah hari terakhir gue bisa ketemu dia" ucap Amel yang sedang mengusap air matanya

"Gue boleh ikut ngga? Gue sama Ale" tanya Cia memegang pundak Amel

Amel mengangguk.

"Sorry ya Mel gue ga tau kalo lo ada masalah. Lo cerita-cerita dong ke gue kalo punya masalah gini" ucap Cia

"Sorry juga gue kebawa emosi tadi" Cia mengangguk seakan mengerti bahwa Amel sedang tidak baik-baik saja.

***

Mereka sudah menyelesaikan makan malamnya. Sekarang mereka sedang berada di rumah sakit tempat ayah Amel dirawat. Mereka masuk ICU. Amel menuntun mereka ke brankar bapaknya.

"Malem yah, hari ini Amel bawa temen kerja Amel. Ini namanya Ale" ucap Amel sambil menunjuk Ale

"Malem Om, saya Ale temen Amel dari kuliah. Bapak juga kenal saya lah pasti. Syukurnya sekarang saya sama Amel dikasih kesempatan kerja bareng. Izinkan saya menjaga Amel di kantor ya pak" kata Ale sambil menyentuh tangan ayah Amel

"Kalo ini Prisia tapi dipanggilnya Cia"

"Halo Om, saya Cia temen kerja Amel 3 bulan ini. Amel tuh rajin kalo kerja om. Dia selalu menyelesaikan tugasnya dengan baik. Suatu saat pasti Amel jadi orang besar di negeri ini om" kata Cia sambil menatap Amel bangga

Amel sudah sesegukan bercucuran air mata. Ale langsung memeluk Amel sambil mengelus punggungnya.

Setelah selesai menjenguk ayah Amel. Waktunya Ale dan Cia pulang.

"Take care kalian"

"Bye Mel," pamit Ale

"Kabarin ya kalo ada hal penting yang harus gue tau" bisik Cia tepat di telinga Amel

Sesampainya di mobil mereka hanya diam. Untung ada radio yang menyala jadi mobil tidak terasa begitu sepi. Baik Cia maupun Ale sama-sama berada dalam pikirannya masing-masing.

Hingga tidak terasa mereka sudah sampai di rumah Cia.

***

Cia jadi sadar bahwa selama ini ia jarang sekali memberi kabar orangtuanya. Ia seperti tidak perduli dengan kesehatan dan keberadaan orangtuanya.

Cia langsung mengambil ponsel yang ada di tasnya

"Assalamualaikum"

"Ada apa? Tumben nelpon? Kamu sakit? Butuh obat?" cerca Ibunya

Cia tersenyum menahan tangis

"Ihh ibu aku telepon cuma mau tanya kabar aja" balas Cia

"Baik dek, Bapak juga baik. Kabar pitik-pitik ibu juga baik" Cia tertawa terbahak

"Sekarang udah berapa pitike ibu?"

"Wuakeh gabisa diitung"

"Bu hari ini manajer Cia bilang kalo kontrak Cia diperpanjang sampe taun depan"

"Alhamdulillah, kerja yang baik ya di sana dek. Jangan banyak ngerepotin tante" ucap Ibu Cia

"Iya bu, yaudah kalo gitu aku tidur dulu ya bu. Ibu juga tidur jangan nonton sinetron terus"

"Iya, sehat terus ya di sana"

"Iya ibu juga"

Dimatikannya telepon tersebut. Cia yang daritadi menahan tangis akhirnya keluar juga. Ingin sekali rasanya pulang ke Jogja.

***

To be continue..

Note:

Pitik: Ayam

Wuakeh: Banyak

gimana guys? kalian yang masih punya orang tua disayang yaa jangan sampe lupa waktu karena sibuk dengan urusan kalian sendiri. Selama masih ada guys. Nanti kalo udah ilang baru deh tuh nyeselnya ga karuan.

Don't forget to give me comment and votee

Love you guys

Stay Healthy