Bram membeku untuk beberapa saat. Begitupun juga Cia. Setelah Cia sadar akan kelakuannya, ia langsung beranjak dari tubuh Bram. "S—sorry" ucap Cia sambil mengalihkan pandangan karena sekarang muka Cia merah seperti kepiting rebus.
Cia beranjak dari ranjang lalu berjalan menuju dapur untuk mengambil minum. Sesampainya di dapur Cia menepuk-nepuk kepalanya sendiri "bego bego bego". Hati Cia berdebar tak karuan. Bram menyebutnya FATAL. Sikap kecil tapi berdampak besar. Cia melihat arlojinya sudah menunjukkan pukul 7 malam. Apa sebaiknya ia pulang saja?
Cia menimang-nimang apakah ia harus izin pulang ke Bram atau tidak. Setelah beberapa menit berada di dapur mencari jawaban, Cia memutuskan untuk membuka kembali pintu kamar Bram. Ternyata tas Cia berada di kamar Bram. Cia menarik nafas dan mengeluarkannya sambil memegang dadanya. "Ok Cia siap"
Dibukanya pintu kamar Bram "B—bram aku mau pulang dulu" ucap Cia menunduk malu. Bram hanya diam tanpa ekspresi. Ia masih berbaring di ranjangnya sambil menatap ke langit-langit kamarnya. Perlakuan Bram saat ini membuat Cia semakin gugup.
Tanpa pikir panjang Cia mengambil tasnya yang berada di nakas sebelah kanan ranjang Bram. Ia sudah tidak butuh jawaban dari Bram. Masuk kamar saja sudah membuat jantung Cia berdebar. Masih disuruh nunggu jawaban dari orang tanpa ekspresi. Cia langsung melengang pergi keluar kamar. Saat sampai di depan pintu tiba-tiba Bram memanggilnya "Ai, apa boleh aku minta kamu buat nginep disini?"
Cia berbalik badan melihat Bram yang berbicara lemah lembut seperti tak punya tenaga. Sepertinya memang Bram masih sakit. Tadi waktu Cia lihat suhu badan di thermometer, badan Bram menunjukkan suhu 39,5 derajat. Ia tidak tega melihat Bram sendirian. Cia mengangguk sebagai jawaban
"Kamu bisa tidur di kamar sebelah" ucap Bram.
Cia kembali ke ranjang Bram "Kantor kamu sekarang jadi kamar, kenapa?" Bram menatap Cia yang saat ini berada di sampingnya "Mau aku buat jadi kamar buat orang yang mau nginep di rumah"
"Emang siapa yang suka nginep sampe dibikinin kamar gitu?" tanya Cia lagi
"Kamu" balas Bram.
Waw. Cia merasa sangat special. Bagaimana bisa seorang Bram merelakan sesuatu demi dirinya. Apa yang dirinya perbuat hingga seorang Bram mau mengorbankan ruang kesayangannya untuk dia? Kemarin ia dibelikan baju sekarang ia dibuatkan kamar. Besok apa lagi?
Cia sudah meminta izin tantenya untuk menginap di rumah Bram. dan syukurnya tantenya selalu mengiyakan permintaan Cia. "Ok kalo gitu aku mandi dulu. Anyway thankyou udah buatin aku kamar" ucap Cia langsung melengang menuju kamarnya
Dilihat-lihat kamar bekas kantor Bram luas juga. Bram mengganti catnya juga. Awalnya cat ruangan ini berwarna abu-abu sekaran diubah menjadi biru sehingga membuat kamar ini terlihat lebih terang dan luas. Apalagi ditambah barang-barang seperti meja rias kecil dan almari. Semua furniture di ruangan ini juga diganti warna putih. Cia jadi berpikir untuk pindah disini saja. Kemungkinan terbesar itu akan terjadi apabila Cia menikah dengan Bram. bentar-bentar, menikah? Bisa bisanya Cia berpikiran untuk menikah dengan Bram. Mustahil.
Setelah selesai melakukan segala ritual membersihkan diri. Sekarang saatnya Cia memasak untuk makan malam. Kondisi Bram tidak menunjukkan perkembangan. Saat ini, Bram sedang tidur. Cia akan memasak Grilled Salmon Steik untuk dirinya dan sup salmon untuk Bram.
Masakan sudah siap untuk disantap. Cia ingin makan malam dengan Bram. Jadi ia memutuskan untuk membawa makan Bram sekaligus makanannya. "Bram makan malam dulu yuk" kata Cia membangunkan Bram.
Suhu tubuh Bram semakin panas. Saat ini Bram meringkuk bersama dengan selimutnya. Cia berusaha menenagkan dirinya agar tidak panik. Ia diam sambil berpikir. Okey Cia akan mengenyangkan perut Bram dahulu. Siapa tau asam lambung Bram naik.
"Bram bangun yuk, makan dulu" ditepuknya pundak Bram pelan.
Bram membuka mata "Hm?"
"Makan dulu yuk" ucap Cia kesekian kali. Bram menggeleng "Ga nafsu makan"
"Dikit aja" bujuk Cia "Aku buatin susah-susah masa ga dimakan"
Bram bangkit dari tidurnya dan menaruh kapalanya di kepala ranjang. Melihat itu Cia langsung mengambil mangkuk Bram dan menyuapkan makanan tersebut
"Enak?" tanya Cia
Bram menggeleng "hambar" ketika dicoba oleh Cia rasanya asin kok.
Beberapa saat kemudian Bram mengeluarkan semua makanannya. Seketika Cia langsung menuntun Bram ke toilet untuk menuntaskan muntahannya.
"Habis ini kita ke rumah sakit aja" perintah Cia. Bram diam saja, seperti sudah pasrah.
***
Dokter mengatakan bahwa Bram mengidap tipes dan harus di rawat di rumah sakit. Tanpa pikir panjang Cia langsung menghubungi kakak Bram.
Sekarang Bram masih tidur di ranjang rumah sakit. Cia menatap lekat wajah Bram sambil mengusap rambut Bram. Ia baru tau Bram terkulai lemah seperti ini. Bram terlalu memaksakan diri untuk bekerja terlalu keras yang akhirnya hanya membuat dirinya sakit seperti ini.
"Cia" undang perempuan yang berada di depan pintu. "Kak Grace" sahut Cia mengahampiri kak Grace
"Bram sakit apa?" tanya kak Grace.
"Tipes"
"Pasti dia habis lembur berhari-hari ya?" tanya kak Grace lagi. Cia mengangguk pelan
"Kebiasaan" ucap kak Grace "Kamu pulang dulu aja Ci, bersih-bersih dulu istirahat juga"
Cia mengiyakan perintah kak Grace. Tadi Cia sudah meminta izin kepada mba Irna kalau ia akan berangkat agak siangan. Cia adalah anak magang, sulit baginya bila terlalu sering izin.
Hari ini Cia kembali ke apartement Bram. Terlalu jauh apabila ia harus kembali ke rumah. Sesampainya di apartement, Cia bergegas untuk mandi dan bersiap diri.
Sebelum berangkat ke kantor, Cia balik lagi ke rumah sakit untuk membawakan baju-baju untuk Bram. Baru setelah itu ia menuju ke kantor.
"Woe Cia" undang seorang pria berasama dengan wanita disebelahnya. Cia menoleh ke arah suara berasal. "Apaan?" sahut Cia.
"Bram ga masuk lagi?" tanya pria ini. "Kagak, dia masuk rumah sakit" jawab Cia.
Pria ini terlihat terkejut mendengar jawaban Cia. "Oh my god my bestfriend masuk rumah sakit yang" ucapnya kepada wanita di sebelahnya
Cia bergedik geli mendengar Ibra. "Nanti sore gue ke sana, lo mau ikut kagak?" ajak Cia
"Iya dongg ikut"
Cia mengangguk lalu berpamitan untuk masuk ke kantor. Ia tidak sabar untuk segera pulang. Cia ingin menjaga Bram seharian kalau bisa.
"Lo kenapa nelat Ci" tanya Amel
"Tadi pagi Bram sakit terus gue anterin dia ke rumah sakit ternyata dia sakit tipes" jelas Cia
Amel mengangguk mengerti "Semoga tembok cina cepet sembuh deh" doa Amel lalu kembali lagi ke pekerjaannya
***
Akhirnya selesai juga pekerjaannya. Sekarang saatnya ke rumah sakit lagi. Kemungkinan hari ini Cia tidak pulang lagi ke rumah. Kasihan Bram kalau harus sendirian sedangkan kakak Bram sudah menemaninya sejak pagi. Kasihan juga bila suaminya ditinggalkan sendirian di rumah.
Dibukanya pintu kamar Bram. Ternyata Bram sedang rebahan sambil menonton televisi yang disediakan rumah sakit. "Haii" sapa Cia sambil memperlihatkan bungkusan yang dibawanya
Bram tersenyum lebar melihat kedatanagan Cia "Apa itu?" tanya Bram
Cia menglurkan tangannya memberikan bungkusan tersebut. "Kak Grace mana?" Cia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan.
"Baruan aja pulang" balas Bram. Cia mengangguk mengerti "Suka ga?"
Bram mengangguk antusias "boleh dimakan?" tanya Bram
"Boleh dongg" jawab Cia. Pizza adalah salah satu makanan kesukaan Bram. Jadi Cia kali ini membawakan Bram pizza.
"Brotherrrr" teriak Ibra yang baru datang dengan Revi. Cia memutar bola matanya.
"Ngapain lu?" tana Bram sarkas. "Ohh gitu yaa best friend forevernya dilupain" jawab Ibra menyilangkan tangannya.
"Jijik banget deh lo" ucap Bram. "Lo ga stress rev 24 jam sama Ibra?"
"Ya bosen sih tapi gimana lagi" ucap Revi sambil melirik Ibra. "Oh gitu ya, awas aja nanti malem nyariin" ancam Ibra
Bram dan Cia yang mendengar itu hanya tertawa terbahak
***
To be continue…
Hi guys I'm back again. Gimana part ini menurut kalian? Please komen yaa guys
And don't forget to vote this capter
Love you guys
Stay healthy