Aku juga sebenarnya tidak tahu kenapa aku menjadi seperti ini. Soal Amane, aku tahu bahwa dia memang perempuan yang lemah dan mudah menangis, waktu dulu ketika kami masih berpacaran, aku tak sengaja melihat dia sedang duduk bersama temannya di bar tempat aku bekerja. Entah ada apa yang terjadi dengannya dan apa yang dia bicarakan dengan temannya, waktu itu aku melihat dia mencoba untuk meminum satu gelas bir, "Lagian kenapa dia nyoba untuk minum bir padahal dia ngga kuat untuk minum?" itu adalah hal yang sempat aku tanyakan kepada diriku yang saat itu melihat dia minum satu gelas minuman keras dan langsung mabuk berat.
Malam itu, melihat Amane yang mabuk berat itu langsung aku datangi dan aku ajak pulang. Setibanya di rumah, aku menidurkan dia di kamarnya yang berada di rumahku itu, menunggunya terbangun dari tidurnya dan ketika kesadarannya sudah kembali penuh, aku berencana untuk langsung menanyakannya. "Kenapa kamu minum minuman keras padahal udah tahu kamu itu ngga kuat minum yang kayak gituan?", terus, "Kamu tahu kan kalo aku lagi magang di bar itu buat kelangsungan hidup kita?" dan banyak pertanyaan lain. Mencoba untuk merahasiakannya, Amane hanya terdiam dan mengalihkan pandangannya dariku dan terus memaksa untuk tak menjawab pertanyaanku. Lalu, berhubung resistensinya untuk menjaga rahasia itu juga rendah, aku terselamatkan dan Amane langsung menceritakan segalanya kepadaku.
Aku akan membuat hal ini singkat, oleh temannya dia sedikit dijahili oleh temannya, katanya "Kalau kamu belum bisa minum satu gelas minuman keras, kamu tidak pantas menyebut dirimu 'orang berumur 20 tahun'!"
Mendengar hal itu diriku langsung tertawa terbahak-bahak karena kepolosannya itu. Setelah berhenti tertawa, aku sedikit menceramahinya bahwa semua orang itu tidak perlu untuk menjadi seperti ekspektesinya orang lain. "Menjadi dirimu sendiri", itu jauh lebih baik bagi Amane dan tentu juga bagiku. Ah, aku lupa! Kan aku adalah orang yang memiliki jalan hidup yang sama dengan Amane! Agh, aku mengacaukannya... Yah, simpelnya sih seperti ini, "seseorang itu bisa menjadi dewasa dengan caranya sendiri," tentu saja aku juga. Aku suka bermain pedang-pedangan bersama Hiro, aku suka bermain Ranger-Ranger-an, dan aku juga suka banyak permainan-permainan serupa. "Kekanak-kanakan"? Huh, aku sudah mendengar hal itu berkali-kali... Orang "dewasa" itu bukan tergantung dari banyaknya dia bisa menghabiskan bir, bukan tergantung dari seberapa tergantungnya dia terhadap rokok, pula bukan tergantung dari seberapa banyak perempuan yang sudah dia jambal. Hiduplah sesuka dan sebebas dirimu, namun yang paling penting dan paling utama itu adalah "Tanggung Jawab". Itulah hal yang aku pelajari dari pengalaman 33 tahun hidup dan pengalaman bertemu berbagai macam orang, berbagai macam kehidupan.
Oh iya, sepertinya pembicaraannya sudah ke mana-mana ya... Ekhem, oke kita kembali ke topik.
Yah, seperti itulah lemahnya Istri tercinta yang sangat tidak bisa aku biarkan itu.
Hm? Kalau aku? Aku sih... Entahlah, aku juga tidak terlalu sering memikirkan hal itu. Hal di mana Amane akan menghilang dari sisiku. Intinya, kalau saja aku tidak pernah bertemu dengan Amane dan jatuh cinta kepadanya, aku tidak pernah merasa bisa mengorbankan mimpiku untuk hidup demi seseorang.
Eh kamu kaget kalau aku punya mimpi?! Haah... Oi, aku itu laki-la—ekhem, Lelaki lho! Tentu saja hanya sekedar mimpi saja aku.... Eh?! Aku waktu itu pernah bercita-cita seperti apa ya...? Entahlah, itu adalah masa yang lam—
Gek—! Mau sampe kapan mau berbicara omong kosong seperti ini?!
Oke oke oke, balik Hiroshi, BALIK KE TOPIK UTAMA!! Guruguruguruguru Bamp!
Haaaaahh... Malam ini, bintang-bintang dengan tebaran yang rapi nan banyak lagi-lagi menghiasi malam ini. Kalau ngga salah, hari ini adalah tanggal 19 April... Jujur, aku tidak pernah merasa tenang dan merasa selemas ini sebelumnya. Aku setiap di hari aktif selalu bekerja, pulang kerja aku bermain dengan Hiro dan Amane, di akhir pekan pun juga sama, hari-hari yang melelahkan sih, jujur. Oh, kalau ngga salah yang terakhir kali aku mainkan itu adalah, Main Forecasting-an sama Hiro, kah? Tapi ngga aku sangka bahwa Hiro sudah bisa berbicara selancar itu ya... "Anak Berumur 7 Tahun Sudah Bisa Menjadi Caster dengan Lancar," kah? Oi oi, bukankah aku sudah membesarkan anak dengan benar? Seandainya aja aku bisa membaca Headline berita yang seperti itu, setidaknya satu kali saja sebelum "hari itu" akan datang.
Haa... Masalah "hari itu" lagi kah?
Bagaimana kalau aku ceritakan sebuah kisah fantasia? Mungkin, cerita ini berkaitan dengan kepercayaan diriku yang menurun...
Pada suatu hari...
Dan Amane...
Ada seorang anak perempuan yang hidup di sebuah desa yang ada di pedalaman tanah ini.
Tapi...
Anak perempuan itu hanya hidup berdua dengan ibu tercintanya yang sudah sakit-sakitan.
Mungkin saja tidak.
Hari-hari yang telah ia lalui bersama ibunya takkan pernah ia lupakan. Hari-hari yang menyenangkan, sebuah kenangan yang entah dikenang beberapa kali pun, kenangan tersebut takkan pernah membuat anak perempuan tersebut lupa, bahkan dengan perasaan yang dia rasakan pada hari itu pula. Sebuah lagu yang sedih namun membuat kita tertawa ketika mendengarnya telah memulai iramanya. Lagu yang sangat membahagiakan. Entah itu seratus maupun seribu kali diulang, lagu itu selalu membuat para pengenangnya akan terus tersenyum sambil mengeluarkan air matanya.
Hari-hari menyenangkan yang dia cintai ketika bersama sosok tersebut selalu ia kenang dengan senyuman. Hingga tiba saatnya seorang Ibu yang ia cintai itu dipastikan meninggal dalam beberapa tahun ke depan.
Saat lagu sedih namun membuat tersenyum itu masih mendendangkan nada sedihnya, di saat yang beriringan, untuk menghindari kejadian sedih menimpa dirinya, anak perempuan tersebut melakukan sebuah perjalanan. Perjalanan nan jauh, jauh, dan sangat jauh. Perjalanan untuk menyembuhkan penyakit yang tak bisa disembuhkan. Mengejar cakrawala. Membunuh segala pikiran pikiran negatif yang menyelimutinya. Dan dengan tegar dia menginjakkan kakinya di segala medan perang yang ada, hanya untuk mendapatkan sebuah Tanaman Penyembuh Segala Penyakit yang pernah dia dengar keluar dari perbincangan omong kosong seseorang.
Tanaman Penyembuh Segala Penyakit itu ada di hulu sungai terpanjang itu. Tanaman Penyembuh Segala Penyakit itu ada di puncak gunung tertinggi itu. Tanaman Penyembuh Segala Penyakit itu ada di pusat dari cahaya yang terbit di antara gunung itu. Tanaman Penyembuh Segala Penyakit itu ada di suatu tempat di sebuah danau yang bersembunyi di bentangan gurun pasir yang luas itu. Dan seterusnya, dan seterusnya. Mendengar berbagai macam rumor, Tanaman Penyembuh Segala Penyakit itu berada. Lalu, dengan tidak membuang harapan yang ia miliki, ia selalu percaya bahwa Tanaman Penyembuh Segala Penyakit itu ada di suatu tempat di dunia ini. Hanya saja karena belum pernah ditemukan oleh siapapun, tanaman itu masih remang keberadaannya.
Dengan kekuatan tekad yang kuat yang masih terukir di dalam hatinya, anak perempuan itu tidak menyerah, dia masih terus mencari tanaman tersebut demi kesembuhan ibunya. Demi dia bisa kembali pada masa-masa lalunya yang menyenangkan. Demi dia bisa kembali tertawa lepas dan melakukan banyak hal yang menyenangkan bersama ibunya.
"Kebahagiaan tidak akan pernah berlanjut selamanya..."
Anak perempuan itu melakukan perjalanannya untuk menggapai cakrawala, dia datang ke berbagai macam desa, ke berbagai macam lingkungan dan bertemu berbagai macam manusia yang sedang menjalankan kisah kasihnya di dunia yang indah ini. "Ketika kau melakukan perjalanan, kau akan bertemu berbagai macam hal, dan juga kau akan belajar bagaimana caranya menerima hal itu." Bagaikan ukiran kehidupan itu, anak perempuan itu tak lama sudah menjadi wanita. Ia bertemu banyak orang, banyak sosok yang tidak akan melupakan dirinya atas jasanya yang telah ia lakukan kepadanya. Ada yang menangis ketika melihat anak perempuan yang telah menjadi wanita itu pergi, ada yang tersenyum ketika mengantar kepergiannya, ada yang tak ingin berpisah dengannya, ada yang jatuh cinta kepadanya, ada yang memohon kepadanya untuk tinggal di rumahnya. Semua itu tergabung menjadi satu-kesatuan dan akhirnya anak perempuan itu menyadari, dan mendapatkan sebuah tanaman yang bisa menyembuhkan segala penyakit.
Ibu dari anak perempuan itu selalu berkata, "Jangan menangis anakku. Kalau kamu menangis, aku tidak akan tenang di dunia sana," namun karena emosinya yang tak bisa dikendalikan, anak perempuan itu hanya mengabaikannya dan selalu bersikeras untuk mencari tanaman fantasia, Tanaman Penyembuh Segala Penyakit tersebut.
Wanita itu akhirnya pulang ke rumahnya. Dia menanyakan di mana ibunya telah dikubur ke orang-orang yang dekat dengan ibunya yang juga adalah orang-orang yang sama yang membantu mengubur jasad ibunya. Dan, di dalam kesepian dan kesunyian di siang hari itu, anak perempuan tersebut meneteskan air matanya di depan batu nisan yang terukir nama keluarganya dan khususnya, nama ibunya. Semua serangga musim panas pun mulai melenyapkan suaranya dan ingin menghormati duka cita anak perempuan tersebut atas kematian ibunya. Lagu mulai berdendang, lagu yang sedih, namun membuatnya tertawa. Melihat rangkaian foto yang terlintas di kepalanya, dia pun tersenyum indah. Sambil mengeluarkan air matanya dia tersenyum.
"Ibu, akhirnya aku menyadarinya. Kebahagiaan yang sama tidak akan pernah terulang. Aku tidak akan pernah bisa kembali ke masa-masa di mana kita saling tertawa bersama-sama. Tapi, aku tidak menangis kok bu, aku tidak bersedih. Dan aku berjanji kepadamu, aku akan membahagiakan orang lain. Aku memiliki kebahagiaan dan kenanganku sendiri, kini giliranku untuk membahagiakan orang lain!
Ibu... Sayounara..."
'~'
Musuh yang dihadapi Trio Rangers kali ini bukanlah Musuh yang sembarangan. Musuh yang sangat kuat, musuh yang kiranya bisa menguasai satu galaksi dalan hitungan ratusan tahun. Kalau dihitung secara kasarnya, dari ujung galaksi satu ke galaksi lain itu membutuhkan seratus tahun dengan kendaraan yang paling cepat sedunia sekalipun. Dengan kata lain, dengan orang tersebut menginjakkan kakinya di suatu planet, maka planet tersebut akan langsung berada di bawah kekuasaannya dalam hitungan kurang dari satu tahun. Apalagi, kalau tempat yang dijajah tak lain adalah bumi, tempat tinggal Manusia.
Manusia dikenal sebagai makhluk yang tiada hentinya mencari masalah, apapun yang dilakukan selalu saja memunculkan masalah. Di galaksi, di seluruh alam semesta ini, memang sering sekali terjadi peperangan maupun kejahatan. Meskipun begitu, makhluk-makhluk penghuni galaksi jarang sekali melakukan sebuah perlawanan atau kejahatan kepada umatnya sendiri. Sedangkan Manusia?
Setelah beberapa saat lalu, para Manusia baru saja menerima sebuah penjajahan luar planet pertama kali yang di mana kekuatan penjajah tersebut luar biasa kuat dari kekuatan Manusia itu sendiri. Banyak korban jiwa, banyak korban celaka. Penjajahan yang dilakukan penghuni luar planet itu hampir saja membuat umat manusia punah. Dan, karena pertolongan Pahlawan Galaksi yaitu Trio Rangers, Manusia berhasil melewati masa apokalips-nya. Namun, beberapa bulan kemudian, muncul dari langit sebuah kapal mother ship yang sangat luar biasa besar yang terlihat membawa jutaan kapal angkasa tempur yang siap menyerang Bumi kapanpun yang diinginkan. Para Manusia yang melihat sebuah "meteor jatuh" itu pun langsung merinding ketakutan. Dan berpikir jauh di dalam hati mereka, "Apakah kali ini adalah akhir dari umat kita?"
Sang Tiga Pahlawan yang tadinya sempat kaget dengan kedatangan satu koloni penuh yang datang untuk menyerang bumi itu pun langsung berdiri tegap, mereka membusungkan dada mereka dan berkata dengan keras, "Tenanglah Manusia! Kami di sini ada untuk melindungi kalian!!" teriak sang Rangers Merah dengan sangat gagah dan berani layaknya seorang pahlawan sejati.
Dan, seperti yang diperkirakan, kapal perang angkasa yang berada di sekitar kepala induk itu langsung terjun ke ketinggian yang lebih rendah dan menghancurkan kota yang tengah dibangun tersebut sampai habis tak tersisa.
Melihat itu, Trio Rangers merasa sangat marah dan merasa sangat sedih pula. Mereka berpikir, sampai kapan mereka harus menerbangkan kapal angkasa mereka hingga semua penghuni galaksi ini bisa aman dan tentram menjalani hidup. Apakah memang kedamaian itu adalah makhluk dari cakrawala? Apakah memang kedamaian itu memang hanyalah sebuah mimpi? Lalu, kenapa mereka harus bertarung sek—
"Hii-chan! Sadarlah! Kita harus mengutamakan yang penting dulu Hii-chan!" teriak sang Rangers Merah menyadari Rangers Hitam—Hiro—yang sempat kehilangan kesadarannya.
"Benar kata Re-chan, kita harus fokus kepada apa yang ada di depan kita dulu, yang ngga penting buang aja!" lanjut sang Rangers Putih sebelum dia terbang menembus segala macam rintangan dengan kecepatan cahaya miliknya.
Bagaimanapun, mereka semua akan terus berjuang dan berjuang! Entah apa yang mereka cari itu adalah ujung dunia ataupun hal yang mistis dan tak bisa dicapai sekalipun, mereka akan terus bermimpi dan terus menggapainya. Selain itu, ada hal yang jauh lebih penting lagi dengan seseorang menjadi pahlawan.
"Ayo Re-chan!" sang Rangers Hitam yang telah lurus jalan pikirannya, langsung dengan semangat dan kepercayaan diri mereka, mereka langsung terjun ke angkasa dan menghancurkan kapal-kapal perang yang mencoba untuk meratakan tanah ini.
Trio Rangers, Trio Rangers adalah sekumpulan Rangers yang bercita-cita untuk mendamaikan dunia yang telah rusak ini. Beberapa kali pun mereka akan terjatuh, mereka akan terus bangkit hingga mereka bisa mewujudkan mimpinya tersebut. Apapun, apapun akan mereka lampaui.
Trio Rangers, seperti namanya, kelompoknya hanya terdiri dari tiga orang, yaitu Inspektur Hiro, Inspektur Reo, dan Inspektur Jun. Mereka bertiga adalah teman dari masa kecil hingga mereka membuat satu kelompok yang bertekad untuk membuat seluruh dunia damai, yaitu Trio Rangers. Masing-masing dari mereka tumbuh di lingkungan yang baik. Masing-masing orang tua mereka baik kepada mereka. Sebenarnya, mereka bahkan tidak begitu banyak mengalami berbagai masalah yang serius. Mungkin inilah yang disebut "takdir seorang pahlawan". Ketika mereka bertiga mengetahui kebenaran dari dunia ini, dunia yang telah busuk, dunia yang telah menyakiti banyak orang, mereka memutuskan untuk menyelamatkan mereka semua dan menjadi Super Hero. Mereka mengambil kekuatan yang mereka inginkan masing-masing, mereka berpisah untuk berlatih dengan guru yang mereka percaya dan yang berpotensi untuk mengembangkan mereka. Dan, mereka akhirnya berhasil mewujudkan mimpinya untuk membentuk Trio Rangers, pahlawan yang akan menciptakan kedamaian di dunia ini.
Rangers Putih,. memiliki kekuatan untuk mobilitas dengan kecepatan yang sangat cepat, secepat kecepatan suara, bukan, secepat kecepatan cahaya. Dengan kekuatannya itu, Rangers Putih berhasil membunuh banyak pasukan yang menyerang bumi itu dalam sekejap mata. Ketika mereka mendapatkan informasi tambahan dari teman AI mereka bernama Jack yang selalu menemani mereka bertiga bahwa memang yang muncul di hadapan mereka yaitu kapal angkasa yang sebesar seribu kalinya mother ship angkatan laut di dunia Manusia, itu memanglah kapal utama dari pasukan yang menyerang umat manusia—itu adalah tempat bersembunyinya kapten pasukan. Namun, di samping itu, di daerah-daerah yang tak didiami Trio Rangers juga mengalami penyerangan. Mendengar hal itu, Rangers Putih dengan kecepatannya langsung terbang menuju lokasi-lokasi yang terkonfirmasi terserang oleh pasukan luar angkasa tersebut.
Rangers Merah, dia memiliki kekuatan super. Kalau dijabarkan secara singkat, pukulannya itu bisa menghempas satu menara Eiffel dengan sekali pukulan. Dengan kekuatan super itu, mendengar informasi yang telah di beri tahu oleh teman mereka Jack, Rangers Merah dengan kekuatan menghempasnya, dia mencoba untuk lompat ke angkasa untuk langsung menghajar mother ship tersebut dengan hempasannya. Tapi, memang semuanya takkan berjalan sesuai dengan rencana, apalagi musuh mereka adalah pasukan yang diperkirakan bisa menguasai satu galaksi hanya dalam waktu 100 tahun. Saat Rangers Merah berada di tengah-tengah udara, ada satu kapal tempur yang tadinya terus menyerang dan menghancurkan permukaan bumi, menyadari rencana yang akan dilakukan oleh Rangers Merah, dia langsung menghalang Rangers Merah dengan cepat dan cekatan. Karena Rangers Merah tak bisa terbang, Rangers Merah langsung terjatuh dari atas langit.
Rangers Hitam, Rangers Hitam memiliki satu jubah yang menutupi tubuhnya. Jubah tersebut bukanlah sebuah jubah mainan ataupun Jubah yang dipakai hanya untuk bergaya. Jubah itu berfungsi untuk Rangers Hitam bisa menyembunyikan dirinya. Tak hanya itu, dengan Jubah tersebut, Rangers Hitam bisa menerbangkan dirinya di angkasa, juga Jubah tersebut juga berguna sebagai pisau yang bisa membelah logam dengan begitu mudahnya. Dengan kekuatan itu, Rangers Hitam mencoba untuk menghancurkan kapal-kapal perang yang melayang di udara yang berkali-kali telah memuntahkan laser penghancur untuk menghancurkan bumi secara diam-diam layaknya seorang A**ssassin.
Setelah beberapa waktu berlalu, seperti yang bisa diharapkan dari Trio Rangers, semua musuh yang mengganggu telah mereka habisi dalam kurun waktu 2 jam. Dan sekarang, yang tersisa hanyalah satu kapal besar yang hanya diam dan melihat saja dari tadi padahal bawahannya telah di babat habis oleh Trio Rangers.
"Hii-chan, Re-chan..." Inspektur Jun pun memberi isyarat kepada mereka berdua dengan menganggukkan kepalanya. Inspektur Hiro dan Inspektur Reo pun membalas juga dengan menganggukkan kepalanya kembali.
Untuk menyusup ke mother ship yang memang begitu besar itu, jelas saja kalau di dalam kapal tersebut akan banyak terdapat musuh di dalamnya. Sejauh ini, mereka memang dengan, bisa dibilang "sangat mudah". Dalam semua medan perang yang ada, Trio Rangers juga sama sekali tidak menemukan satu pasukan apapun yang turun ke bumi untuk menginvasi langsung. Yang mereka temui hanyalah sosok rongsokan kapal saja yang di dalamnya sama sekali tak ada penumpang ataupun yang mengendalikan. Di zaman yang telah maju saat ini, sebenarnya bukanlah hal yang sangat spesial menemukan satu kapal angkasa tempur yang tak memiliki pengendalinya. Mungkin saja, dengan memanfaatkan teknologi semacam ini, mereka berencana untuk menciduk mereka di mother ship dengan jutaan pasukan di dalamnya.
Untuk menghadapi itu, rencana yang mereka susun setelah keluar di berbagai macam medan pertempuran, pertama yang akan mereka lakukan adalah, memastikan adanya pelindung atau tidak terpasang di kapal tersebut, yang akan menjalankan plan pertama ini adalah Ranger Merah. Dengan kekuatannya, mereka bisa sekaligus memastikan seberapa kuat perisai yang dimiliki oleh kapal besar tersebut.
Setelah itu dipastikan, bila berjalan sesuai dengan perkiraan mereka, Rangers Hitam akan menyusup ke dalam kapal, dan menghancurkan medan magnetnya agar kapalnya langsung jatuh ke permukaan. Dengan daya gaya yang sebesar itu, mungkin saja yang masih hidup di dalam kapal tersebut hanya orang-orang yang kuat saja. Dengan begitu, mereka akan jauh lebih mudah untuk menyerang mereka.
Setelah Rencana berjalan lancar, ketika semua sesuai dengan ekspektasi, tentu, sebagai petarung yang berpengalaman, mereka tak pernah mengalami alur pertempuran yang begitu lurus seperti ini. Dan, seperti yang diduga, muncul hal yang tak mereka duga telah terjadi.
"A-Ayah?" kaget Ranger Hitam ketika melihat bayangan yang muncul dari asap yang mengepul itu adalah bayangan ayahnya. Dan setelah bayangan itu keluar dan menampakkan diri, ternyata apa yang diduga oleh Hiro adalah benar. Itu ayahnya. "A-Ayah, apa yang kau lakukan di kapal sebesar ini sendirian? Eh, apakah ada musuh yang lainnya?! Ayah, cepat sembunyi di belakang—!" saat Hiro sedang mengoceh panjang lebar dan tak henti-henti, Ayah mengangkat tangannya ke depan, lalu demi memberhentikan ocehan Hiro tersebut, Ayah mengeluarkan sebuah shockwave yang sangat kuat hingga tiga-tiganya dari mereka terpental jauh. Shockwave tersebut bukanlah shockwave biasa, meskipun mereka membawa shockbreaker untuk menahan serangan yang seperti ini, beberapa bagian badan mereka hancur karena tidak kuat untuk menahan serangan yang kuat tersebut.
"A-Ayah?" melihat banyak darah yang keluar dari kostumnya, Hiro menggigil ketakutan. Tentang banyak hal, dia merasa takut.
"Hii-chan! A-Apa yang akan kita lakukan?! Aku sebenarnya tidak percaya bahwa dia itu adalah Paman Hiroshi, tapi..."
"Bagaimanapun kita tidak boleh lengah!"
"Ya... Kalian benar... Aku tidak boleh lengah!"
"Oi Hiro...Namaku adalah Taketsugi Hiroshi! Aku di sini untuk menguasai dunia!"
"He?" ×3
Setting yang paling menakutkan yang terpikirkan oleh Hiro pun terjadi. Seseorang yang tidak begitu besar, namun memiliki kekuatan yang sangat luar biasa. Wajahnya yang kurus dan memiliki banyak keriput, matanya yang tajam dan bibirnya yang pecah-pecah, dia adalah Hiroshi. Ayah dari sosok Rangers Hitam yaitu Hiro!
"Oi Hiro, Jun, Reo! Aku adalah orang yang ingin menguasai dunia! Aku adalah orang yang ingin dunia kita ini hancur! Karena itu, kalau kalian juga ingin menghancurkan rencanaku, MAJUUU!!!!"
—"
"Hii-chan..."
"Re-chan, Jun-chan... Apakah ini adalah nasib dari seorang pahlawan? Mereka membuang kebahagiaan mereka, mereka membuang segala kemampuan mereka hanya demi kedamaian dunia ini... Heh, 'kedamaian' kah? Apakah dunia itu memang benar-benar ada?"
Reo yang berada di sampingnya tak tahan melihat Hiro yang telah terjatuh jauh ke dalam kegelapan itu. Ini bukan seperti dia tak memahami perasaan yang diderita oleh Hiro. Mereka telah bertemu banyak orang, setidaknya Reo menyadari sesuatu.
Reo memukul Hiro dengan sangat kuat untuk menyadarinya dari tenggelamnya dia ke dasar laut kegelapan yang sangat gelap itu, dan berteriak kepadanya "Oi Hii-chan, sadarlah!! Tenggelam seperti itu, itu tak seperti dirimu! Sadarlah! Sadar bahwa pahlawan itu memang harus mengorbankan segalanya yang ia punya! Keluarga, kekasih atau apapun itu! Tapi lihatlah!" gertak Reo sambil menunjuk sekumpulan orang yang berada di belakang mereka yang tengah tersenyum dan saling berpelukan satu sama lain. "Mereka bersyukur mereka bisa hidup, mereka bersyukur mereka telah diselamatkan oleh kita! Ketika kau menjadi pahlawan, inilah jalan hidup yang harus pahlawan jalani. Meskipun kebahagiaan kita direnggut, kita masih bisa melindungi kebahagiaan orang lain agar tidak mengalami kesedihan yang sama dengan kita..."
"Hii-chan!" Jun mengulurkan tangannya pada Hiro lalu memandang orang-orang yang sama yang sedang memanggil mereka.
"Re-chan, Jun-chan... Maafkan aku..." setelah kesadarannya terkumpul, Hiro berjalan bersandingan dengan mereka bertiga dan dengan dada yang penuh dengan harga dan kebanggaan diri mereka menerima senyuman-senyuman dan kebahagiaan-kebahagiaan orang-orang yang telah mereka selamatkan.
[END]
"Ah, udah selesai! Hmppp, ahhh!! Capeknya..."
"Ngomong-ngomong kalian semua! Gimana cerita yang aku buat kali ini, bagus kan?!"
"Bagus kok, aku suka cerita pahlawan yang kayak gini! Karena bagiku juga pahlawan adalah sosok yang sungguh sangat mulia...."
"Haha, Re-chan memang kayak anak kecil!"
"H-Ha?! Kamu juga suka sama ceritanya kan?!"
"Iya sih... Tapi pahlawan kan memang kegemarannya anak kecil! Jadi dengan kata lain, Re-chan adalah anak kecil!"
"Ha?! Apa katamu Jun?! Sekali lagi coba katakan...!"
"Re-chan itu masih anak kecil!"
"Guh, oke kalo itu maumu! Ayo berantem sama aku!!! Uooo!!!"
"Hiro!"
"Hm, ada apa Ayah?"
"Aku ada perlu sama kamu sebentar... Ayah ingin menceritakan kepadamu, tentang sebuah cerita fantasia yang sangat aku suka..."