Chereads / Somebody We Will Be / Chapter 2 - Hanami - Prologue Part 2

Chapter 2 - Hanami - Prologue Part 2

Malam ini, mereka memimpikan hal yang sama, lama-kelamaan mereka sudah terbiasa dengan hal itu. "26 April 2021", itu adalah saat di mana semuanya akan berakhir. Saat mereka menyebrangi sebuah persimpangan jalan, yang bisa ditemukan di seluruh kota Tokyo, sebuah truk besar akan melumat habis tulang dan daging mereka. Namun, dibalik kecemasan yang telah mereda, mereka kadang bertanya, kenapa kematian mereka harus ditentukan? Kenapa mereka tidak "mati karena kecelakaan yang tidak pernah dikira" saja? Kalau memang seandainya mereka akan mati di hari itu, dan itu memang telah menjadi takdir mereka, kenapa kematian itu harus diberitahu? Bukankah itu hanya akan membuat mereka cemas berlebihan dan membuatnya stres dan mungkin saja mereka tidak tahan akan stres ini dan membunuh diri mereka bahkan sebelum hari "26 April" itu datang?

Semua kehidupan ini, setidaknya di kehidupan kita kali ini, ada sebuah benang yang menghubungkan kita satu sama lain, sebuah benang merah yang menghubungkan kita antara "Apa", "Siapa", "Di Mana", "Kapan", "Kenapa" dan "Bagaimana". Dan sebesar apapun keteguhan kalian untuk menolak hal itu, hal itu merupakan kebenaran dari dunia ini. Dan makna dari kenapa hal tersebut menjadi sebuah kenyataan yang harus diterima adalah, mendapati "takdir" tersebut bagaimana kalian akan bertindak, bagaimana kalian akan menerimanya, dan bagaimana kalian akan menggandeng tangannya dan berjalan bersamanya. Mungkin banyak dari kalian mungkin akan menolak kenyataan ini dan mengatakan bahwa itu hanyalah omong kosong. Tapi yang menjadi pertanyaan adalah, "Bagaimana kalau seandainya kematian kalian telah ditentukan?".

...

Mungkin ini adalah sesuatu yang disebut dengan "Kebaikan Tuhan".

Dalam dunia kita terdapat banyak sekali ras, agama, adat dan lain-lain yang memiliki perbedaan. Dan belajar bagaimana menerima hal itu pun merupakan salah satu dari keindahan dunia ini, meskipun dengan warna kulit, budaya dan cara berpikir yang berbeda kita tetap bisa memeluk satu sama lainnya, tertawa dan bersenang-senang bersama. "Bagaimana jika kematian kalian sudah ditentukan?", sama layaknya perbedaan tadi, kebahagiaan di dunia kita kali ini adalah "belajar untuk menerima", "belajar untuk percaya", "belajar untuk tersenyum meskipun sudah ada sesuatu yang mengikat kita", karena itulah kita juga harus belajar menerima apapun yang akan ada dan terjadi di dunia ini. Ini bukanlah salah siapapun, ini bukanlah salah dari sosok yang menciptakan dunia ini, ini bukanlah salah dari moyang yang membuat perbedaan-perbedaan kita semakin jelas. Semua ini hanyalah sebuah rangkaian rantai yang berikatan satu sama lain dan mencoba untuk mengarah ke kehidupan yang lebih baik.

Setelah menceritakan ringkasan tersebut, Hiroshi mengelus kepala Amane—kekasihnya—yang tengah menangis dalam pelukannya.

Setiap air matanya yang menetes pada baju yang dikenakan Hiroshi, Hiroshi langsung bisa merasakan dan mengerti "kata-kata yang tidak bisa diucapkan" yang ingin disampaikan Amane. "Selama bertahun-tahun, berkali-kali telah melewati musim semi yang indah bersama anaknya tercinta, padahal baru saja menghampiri ulang tahun Hiro yang ke 7, kenapa mereka harus mati pada hari itu," itulah yang dibicarakan oleh air matanya, berkali-kali, berulang-ulang dan terus-menerus.

"Amane-chan, kita ngga boleh buang-buang waktu untuk nangis terus! Oh iya, mumpung besok adalah hari Minggu, dan kebetulan juga besok hari mekarnya bunga sakura kan? Gimana kalo kita pergi untuk hanami?!" kata Hiroshi dengan penuh senyuman paksaan untuk memperkuat dirinya agar bisa berdiri menghadapi hari esok.

"Hmm!!" Amane tersenyum dan menganggukkan kepalanya agar dia juga bisa menghadapi hari esok yang menanti dirinya.

°u°

Laki-laki tua yang telah menjadi ayah dari anak berumur 6 tahun, yang meskipun umurnya sudah mencapai angka tiga, masih saja dia bersifat layaknya anak kecil dan seringkali mengajak anaknya untuk bermain hal-hal yang sejujurnya tidak penting sama sekali. Namanya adalah Hiroshi, Taketsugi Hiroshi, dia juga selaku kepala keluarga Taketsugi, bagaimanapun sebagai kepala keluarga, tentu saja dia adalah orang yang memiliki penghasilan utama dari keluarga Taketsugi di samping Amane yang membuka sebuah wirausaha yang guna untuk melengkapi kecukupan keluarga mereka. Berbicara soal pekerjaan, sebenarnya pekerjaan Hiroshi bukanlah sesuatu yang bisa dibangga-banggakan dan kiranya membuat seseorang bisa kaya dalam waktu bulanan, kerjanya Hiroshi hanyalah sebagai Pengantar Barang atau Paket di sekitaran salah satu distrik di Tokyo. Sebenarnya tidak banyak hal yang bisa dijelaskan dari pekerjaannya, dia hanya berangkat ke kantornya, kerja cepat, lalu menyempatkan dirinya untuk bisa makan malam di rumah bersama istri dan anaknya yang tercinta.

Ngomong-ngomong soal pekerjaan, mungkin Hiroshi tidak menyadari ini, saat tempat kerjanya mengadakan sebuah pemilihan pekerja terbaik bulanan, karena kerjanya Hiroshi yang cepat, tepat, dan cekatan, dia waktu itu pernah dijadikan sebagai "Pegawai Terbaik Bulanan" selama beberapa bulan berturut-turut. Kata bosnya, "Sebenarnya aku tidak tahu apa yang membuatnya bisa secepat itu mengerjakan pekerjaannya, tapi yang penting ketika Taketsugi-san bekerja dengan pace yang serba cepat itu, kami sangat terbantu! Aku ingin dia untuk terus bekerja di sini, bahkan kalau mau aku mungkin akan menaikkan jabatannya!" Waktu itu, Hiroshi sempat dipanggil untuk datang ke kantor pusat dari kantor cabang yang selama ini dia bekerja di sana. Saat membicarakan soal kenaikan gajinya ketika bekerja di kantor pusat dan banyak nilai tambah yang lain, tanpa berpikir sedikitpun Hiroshi langsung menolak tawaran tersebut dan memilih untuk bekerja seperti biasa.

Yah, dia memang orang yang aneh.

Dan seperti yang dia dan Amane bicarakan semalam, karena hari ini adalah hari libur sedunia—yaitu hari Minggu—dan sepertinya tidak ada hal darurat dari kantor yang perlu diurus oleh Hiroshi, maka dari itu di hari yang cerah dan bahagia ini mereka memutuskan untuk pergi melakukan hanami.

Kalau perempuan yang satu ini, sepertinya dari dia juga tak memiliki banyak hal yang bisa diceritakan, dia hanyalah seorang Ibu. Dan layaknya seorang ibu pada umumnya, selain melakukan pekerjaan ibu rumah tangga, dia juga melakukan sebuah bisnis online kecil-kecilan yang hanya menjual hal-hal kecil, seperti menjual barang-barang yang tak terpakai, menjual ikan, dan yang lain-lain.

Dan tentang masa lalu, sebenarnya masa lalu mereka berdua tak berbeda jauh. Di masing-masing tempat yang terpisah, mereka adalah anak-anak yang "hanya melakukan apa yang mereka suka". Dan hal itu pun terus berlanjut hingga mereka dewasa. Yah, seperti yang kalian tahu, hidup itu tak semulus kelihatannya. Pada waktu mereka menginjak umur sekitar 16 dan 17an, lingkungan yang selama ini menerima mereka apa adanya telah berubah drastis. Hidup mereka dipenuhi dengan cemooh-cemoohan yang sangat menyakiti mereka berdua. Pada awalnya, mendengar dan menderita akan hal itu, waktu itu sempat mereka menolak diri mereka sendiri dan membenci diri mereka sendiri. Dan dari sinilah, kisah cinta mereka dimulai.

Pada awalnya dan akibat tragedi yang mereka alami, mereka berdua adalah sosok pemuda yang sama dengan pemuda pada umumnya. Pemuda yang selalu mencoba untuk menjadi dewasa, namun sebenarnya tidak mengerti apa arti dari "kata" dewasa itu sebenarnya. Mereka benci melakukan tindakan-tindakan kekanak-kanakan, mereka benci manusia polos dan yang lain-lain. Suatu hari, diajak oleh temannya, Amane dan Hiroshi melakukan double date. Double date adalah kencan ganda yang dilakukan oleh seseorang dengan niat bisa mengenal perempuan atau laki-laki yang baru. Dalam kasusnya mereka berdua, double date dilakukan oleh tiga perempuan dan tiga laki-laki, masing-masing dari mereka akan melakukan perkenalan, dan apabila ada seseorang yang tertarik, maka dia akan mendekati pihak lawan dan mungkin kalau beruntung akan terjalin hubungan diantara mereka berdua.

Saat mereka masuk ke ruang karaoke yang dijadikan tempat untuk double date mereka berenam. Dalam ruangan tersebut tercium sengat sekali bau alkohol yang pemuda-pemuda tersebut minum yang niatnya hanya untuk bergaya-gaya, bau asap rokok yang sangat berbahaya untuk tubuh mereka, pemuda yang mabuk, intinya dalam ruangan karaoke ini bagi Hiroshi dan Amane yang tidak kuat dengan hal-hal tersebut serasa seperti sebuah neraka yang sangat menyiksa mereka. Karena tidak tahan, mereka berdua pun keluar dari ruangan itu dan mencoba untuk menghirup udara segar di luar. Yang pada waktu itu sesosok Hiroshi yang sedang panas-panasnya dia melihat sosok perempuan cantik yang ada di sampingnya yaitu Amane, dia mencoba untuk memulai sebuah percakapan dengannya. Hiroshi pada awalnya melakukan basa-basi dan bertanya tentang "bagaimana kabarmu?", "di mana rumahmu?" dan banyak hal sepele lainnya. Saat mulai merasa bosan dengan topik itu, Hiroshi mulai masuk ke ranah hobi, ranah privasi dan tentang masa lalunya yang kekanak-kanakan tersebut. Topik tersebut keluar karena Hiroshi saat berbincang dengan Amane dia merasakan suatu kemiripan diantara mereka berdua. Dan tepat seperti intuisinya tersebut, Amane ternyata merupakan orang yang mirip dengan Hiroshi dan akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin hubungan bersama. Dan karena mereka berdua merasa serasi, mereka berdua memutuskan untuk melewati segala rintangan dan menjadi diri mereka sendiri. Karena ketika mereka sadar bahwa mereka tidaklah sendiri, mereka menjadi sosok yang bertambah kuat lagi.

Klise kan? Yah, kisah cinta mereka hanyalah sebuah kebetulan dan sama sekali tidak ada romantis-romantisnya sama sekali. Tapi, dalam sebuah kebetulan tersebut, kisah cinta mereka berhasil lanjut ke ranah pernikahan. Dan berlanjut, berlanjut, secara pelan-pelan hingga cinta mereka membuah dan melahirkan sosok Hiro.

`~`

Hanami, Hanami adalah suatu aktifitas di Jepang di mana seseorang melakukan piknik sambil menikmati indahnya bunga sakura yang mekar hanya satu tahun satu kali itu. Hanami diambil dari bahasa Jepang yaitu Hana dan Mi, yang di mana Hana itu berarti bunga, lalu Mi artinya lihat atau melihat dan lain sejenisnya. Bunga yang bermekaran di tanah Tokyo yang menjadi tanda juga bahwa hari yang ditentukan itu akan datang dan juga menjadi ulang tahun ketujuhnya anak dari sepasang suami-istri ini yaitu Hiro.

"Yeay, Hanami!!" teriak Hiro dengan sangat girang yang memang kegiatan yang paling dia sukai ketika memasuki musim semi ini adalah melakukan Hanami. Kegirangan Hiro itu bukanlah hal yang harus dibesar-besarkan, karena bagaimanapun, orang-orang yang membeberkan karpetnya, menyiapkan bekal yang mereka bawa dari rumah adalah orang-orang yang berpikiran sama dengan Hiro. Bunga Jepang yang terkenal di seluruh dunia karena keindahannya, yang juga tak sedikit turis yang capek-capek ke musim semi Jepang hanya untuk melihat bunga sakura ini. Bunga yang dijadikan bunga nasional oleh Jepang. Bunga yang dalam satu kelopaknya terdapat 5 daun bunga yang berwarna merah muda cinta. Bunga yang setiap kali sepasang suami-istri ini lihat, dalam ingatan mereka, dalam hati mereka, mereka takkan pernah luput setiap ingatan-ingatan yang telah tergores dalam hati mereka di musim semi dan hingga mekarnya bunga sakura yang ketujuh kalinya ini, musim semi terakhir mereka.

Menyadari hal itu, Amane sempat ingin mengeluarkan air matanya, namun, sebelum air mata itu menetes, Hiroshi mengusap air mata tersebut, dia memeluk Amane yang serasa ingin pecah setiap saat itu dan mengelus kepalanya agar dia bisa tenang dan tegar, dan berkata bahwa kalau memang inilah takdir mereka, mereka tak bisa apa-apa lagi selain menerimanya. Malah seharusnya mereka tidak usah terlalu memikirkan hal tersebut dan fokus saja tentang apa yang ada di depan mata mereka. Hiro sedang bersenang-senang, dia sedang berlari ke sana-sini, memastikan semua pohon yang memunculkan bunga sakura apakah sama persis jumlahnya di tahun sebelumnya atau tidak. Dia menyapa anak-anak yang ada di sekitarnya untuk diajak bermain, bersenang-senang, dan Hiro... terlihat sangat bahagia di hari ini. Melihat Hiro yang sedang bahagia seperti itu, apakah mereka berdua hanya akan terus bersedih dan merusak kebahagiaan anaknya sendiri?

"Oi Hiro!" Hiroshi yang waktu itu sempat terjatuh dalam kesedihan, dia langsung menenangkan dirinya, berdiri dan mengajak Hiro dan teman-temannya itu untuk bermain bersamanya.

"Siapa Bapak Tua ini Hii-chan?" tanya anak kecil seumuran Hiro yang baru saja berkenalan dengannya beberapa saat lalu.

" 'Bapak Tua' itu apaan hah bocah?!" mendengar dirinya dipanggil 'Bapak Tua' oleh anak yang tidak diketahui namanya tersebut membuat Hiroshi marah.

"Ayah tenang dulu..." himbau Hiro kepada Hiroshi yang kelihatannya ingin berbuat kasar kepada anak yang tidak diketahui namanya tadi. "Ayah, ini Haya-kun, Haya-kun, ini ayah!" lanjutnya memperkenalkan mereka berdua yang tidak mengetahui satu sama lain.

"Salam kenal paman, nama saya adalah Kouichi Hayatarou!"

'Di-Dia anak yang sopan ternyata..!' kaget Hiroshi dalam hatinya yang tidak menyangka seorang anak kecil yang kelihatan sangat berandalan, di mukanya terpasang plester sekitaran 3, gaya rambutnya yang berantakan, lalu mulut yang sangat lebar tersebut bisa menjadi anak yang sangat sopan, di melakukan perkenalan diri dengan benar dan dia juga membungkukkan dirinya dengan sangat mudah. 'Ki-Kira-kira orang tuanya seperti apa ya?' sambil berpikir itu di dalam hatinya, tiba-tiba Hiroshi merasakan sebuah 'tatapan' yang sangat tajam mengarah kepadanya. Dan ketika mendapatkan dari mana asal 'tatapan' tersebut, dia mendapati seorang yang tua, kiranya seumuran dengannya dengan badan yang kekar dan wajah yang seram sedang menatap tajam ke arahnya. 'Oi oi, ja-jangan bilang itu adalah...'

"Ah paman, orang yang sedang menatap paman itu adalah ayahku!" menyadari Hiroshi yang sempat berpapasan muka dengan ayahnya, Haya langsung memberitahu kepada Hiroshi kalau orang yang sedang membuat Hiroshi bergemetar itu adalah ayahnya.

Ketika Kouichi mendapati anaknya menyapanya, dia langsung berubah ekspresi menjadi lembut dan menyapa balik anaknya sebelum ia menatap Hiroshi dengan tatapan yang super mengerikan lagi.

"Ha-Haya-kun... Bi-Bisakah kita pergi ke tempat lain? A-Aku merasakan hawa yang tidak menyenangkan sedang mengarah kepadaku...!" pinta Hiroshi kepada Haya untuk pindah tempat karena ada sesuatu yang membuatnya jadi sungguh sangat ketakutan sedang mengarah kepadanya.

"Oh, ayah kah... Yah karena saya juga sering mendapati kejadian seperti ini... Baiklah kalau itu mau anda, kita akan bermain di tempat yang jauh dari mata ayah..." kata Haya yang sudah seringkali mendengar kalimat dan perilaku yang sama dari teman-temannya yang ingin bermain bersamanya.

°^°

"Oh iya, Hayatarou!"

"Manggil Haya aja boleh kok paman!"

"Haya, ada yang selalu ngebuat aku mikir nih dari tadi... Sebenarnya ayahmu itu siapa sih?" tanya Hiroshi yang telah memikirkan hal ini sejak pertama kali dia bertemu dengan ayahnya Haya dan seringkali bertanya-tanya, anaknya yaitu Hayatarou, meskipun penampilannya terlihat sangat garang seperti ini, kelakuannya itu sangat sopan dan baik. Mungkinkah ini yang disebut, Jangan Menilai Orang dari Penampilannya. Lalu, kalau misalnya ayahnya itu adalah orang yang keras, mungkinkah dia bisa membuat anak yang terlihat sangat berandalan seperti ini tapi dia bersifat sopan dan baik? Hm, mungkin saja dia jadi seperti itu karena didikan ibunya? Hm, tapi kalau misalnya ayahnya keras, mungkin saja terjadi sebuah KDRT dan... Hm, tapi kalau setting-nya seperti itu, ngga mungkin Haya dapat memiliki senyuman yang sempurna seperti ini... Ah mungkin saja seperti ini!

"Oi suamiku!! Cium kakiku!!" bayang Hiroshi sambil membayangkan seorang wanita yang kelihatannya lembut yang tadinya dia dapati ketika berpapasan muka dengan ayahnya Haya sedang memegang punggung ayahnya Haya dengan sangat erat. Lalu, wanita yang tampangnya lembut yang sama itu, seperti Iblis Bertopeng, di balik topeng tersebut dia adalah orang yang dengan ganasnya menyuruh suaminya sendiri untuk mencium kakinya.

"Ba-Baik!!!" Suami tersebut pun ketakutan dan hanya bisa pasrah menuruti permintaan Istri Ganasnya.

'Fufufu, itu mungkin saja terjadi!' bayang Hiroshi dalam sebuah kamera yang ada di dalam otaknya yang disebut "imajinasi" membayangkan sebuah setting terlucu baginya. 'Satu keluarga penuh menganut pedoman, Jangan menilai orang dari penampilannya, kah?'

'Yah, hal itu ngga mungkin ada sih...'

"Sebenarnya, ayahku adalah orang yang sangat baik..." Haya membicarakan hal tersebut dengan sedikit lesu dan tak bersemangat...

'Hoo, seperti itu kah? Yah, ngga jauh-jauh dari yang biasanya sih...'

"Haya-kun, kamu kenapa?!" Melihat kelesuan Haya, Hiro langsung panik.

"Sebenarnya, dulu waktu ibuku masih ada, ayahku tidak sekasar dan sekeras itu..."

" 'Ibuku masih ada'...?"

"Ya, Ibuku sebenarnya sudah meninggal beberapa hari yang lalu karena kecelakaan..."

Mendengar ucapan itu keluar dari mulut Hayatarou, Hiroshi langsung kehilangan semangatnya dan kehilangan seluruh tenaganya untuk mengangkat kepalanya. Mendengar hal itu membuat Hiroshi terpikirkan lagi tentang kejadian yang nantinya akan menimpanya. Kenapa dia bisa seyakin itu bahwa kejadian yang berasal dari mimpi buruknya itu akan benar-benar menimpanya di dunia nyata? Yah, singkatnya sih, banyak hal yang telah dialami Hiroshi dan membuatnya berpikir seperti itu. Dan jikalau memang benar-benar kejadian itu terjadi, dia berpikir bagaimana kehidupan seorang Hiro nantinya kalau tidak ada ayah dan ibunya? Hayatarou, dia memang terlihat seperti anak berandalan namun dia adalah anak yang dewasa dan terlihat sangat tegas. Tapi bagaimanapun dia memang telah didampingi oleh ayahnya selama ini, lalu bagaimana dengan Hiro yang akan kehilangan ayah dan ibunya..?

'Tidak tidak! Aku ngga boleh berpikir kaya gitu! Aku percaya sama sahabatku sendiri dan aku juga percaya... kepada anakku sendiri...'

Hiro, apakah dia memang benar-benar akan kuat menjalani kehidupannya sendirian? Apakah dia bisa hidup tanpa pelukan hangat dari orang yang selama ini membesarkannya, selalu bersamanya, selalu menyisihkan waktu untuknya? Hiroshi... Apakah semua akan berjalan begini terus? Apakah kau akan menyerah terhadap takdirmu? Bukankah kau juga pernah mengalami hal yang sama? Waktu itu ketika kau bersama Amane memutuskan untuk berjalan di jalan yang kau inginkan, kau tersakiti dan sangat tersakiti waktu itu, kau selalu dipanggil kekanak-kanakan oleh banyak orang, lalu kau juga Amane menggenggam tangan kalian masing-masing, menatap ke depan dan akhirnya kalian bisa hidup sesuai dengan keinginan kalian, bukankah begitu? Lalu kenapa ketika kalian ditakdirkan untuk meninggalkan anak 'tercinta' kalian sendirian, kalian justru pasrah terhadap takdir? Jangan bilang kalau kau memang benar-benar hanya 'mencintai' Hiro? Jangan bilang bahwa kalian memang egois, hanya dengan kebahagiaan kalian tercapai saja, kalian tidak peduli dengan kebahagiaan orang lain, ditambah lagi, itu adalah anakmu!

'Tidaaaaakkkk!!!! Ka-Kami tidak sedikitpun berpikir seperti itu, tidak sedikitpun... Tidak sedikitpun...'

[END]

Meanwhile,

"Haya-kun...!"

"Haya-kun..!! Ah, dia ada di sini!"

"Ah Ibu!!"

"Heh?! Ibu?!"×2

"Ah perkenalkan, ini adalah Ibuku! Ibu, ini Hii-chan juga ayahnya, Hii-chan dan paman, ini adalah Ibuku!"

"Perkenalkan, nama saya Kouichi Mei, saya adalah ibunya Hayatarou! Salam kenal!"

"Haya-kun, bukannya ibumu..."

"Ah, itu? Itu sebenarnya cuman bercanda doang!"

"Heh?!"×2

'Bercanda?! I-Itu juga bukan sebuah candaan , bukan?'

"Obaa-san, apakah anda itu ibu tirinya... Hayatarou?!"

"Eh? Ngga tu, saya adalah ibu kandung dari Hayatarou-san... Emangnya kenapa ya..?"

*Bruk*!

"Eh, ke-kenapa kalian berdua? O-Oooi!! Ba-Bangunlah!"

'Ternyata benar! Orang itu memang harus dilihat dari penampilannya!!!!!!!!!!!!!!'