"Arfeen Arivali Arshad. Ayara Calithea Gistara udah siaaaaaap. Yuh berangkat!" Ucap Thea yang baru saja keluar dari dalam kamarnya.
Arfeen yang mendengar teriakan Thea langsung menangkap gadis itu sudah berdiri di depan pintu kamarnya. Thea sudah berpenampilan rapi, dengan seragam sekolah yang sudah menempel di tubuh mungilnya.
"Yaudah, buruan! Untung gue sabar buat nunggu lo!" Keluh Arfeen karena ulah Thea yang selalu saja begini setiap harinya.
"Yaudah ayuk!" Ajak Thea yang menghampiri Arfeen dan menggenggam tangan Arfeen untuk mengajaknya keluar rumah.
Arfeen sudah terbiasa diperlakukan seperti ini oleh Thea, untungnya Arfeen benar-benar menganggap Thea seperti anak kecil. Ia tak pernah marah dengan perilaku Thea yang masih dalam batas wajar. Arfeen pun langsung mengikuti kemana langkah Thea pergi.
"Ayo kita naik ngeng-ngeng, wiuuu," Ucap Thea dengan mengambil helm kemudian menggunakannya. Arfeen lagi-lagi hanya terdiam dan segera mengenakan helm miliknya kemudian Ia segera menyalakan mesin motornya.
Tak perlu waktu lama untuk Thea menaiki bangku penumpang di motor Arfeen. Mereka Pun dengan segera menuju ke sekolah.
Hari ini merupakan hari dimana mereka memasuki kelas XI pada semester pertama. Dengan begini, seluruh bangku dan kelas pun masih teracak. Mereka tidak mengerti apakah mereka akan sekelas lagi seperti kelas X atau tidak.
Sesampainya di Sekolah dan telah memarkirkan motornya. Thea merasa akan ada 'si pengganggu' yang akan datang. Alhasil, Thea terdorong untuk pergi mendahului Arfeen, tapi apa yang dirasakan ternyata datang lebih cepat,
"ARFEEN SAYANG, SELAMAT PAGI!" Panggil seorang gadis yang berasal dari kejauhan.
Melihat apa yang Thea rasakan menjadi kenyataan. Thea langsung berpamitan kepada Arfeen.
"Arfeen, gue pergi dulu~, bye... Selamat menikmati kehidupan SMA~," Ucap Thea dengan sedikit mengejek Arfeen.
"Woy mau kemana lu, tungguin gue!" Ucap Arfeen yang hendak mengikuti kepergian Thea. Tetapi, gadis yang tadi memanggilnya sudah dengan cekatan menggenggam lengan Arfeen.
"Apa Sih! Lepasin gak, Leen!" Ucap Arfeen kesal sembari melepaskan tangan Eveleen dari lenganya.
Leen merupakan nama panggilan dari Eveleen, Ia merupakan seorang gadis yang sangat cantik seperti namanya. Eveleen memiliki arti kecantikan.
Eveleen adalah sosok gadis yang selalu saja mencintai Arfeen sejak duduk dibangku kelas X. Ia tak pernah menyerah untuk mengambil isi hati Arfeen, walaupun Arfeen tidak pernah membuka hatinya untuk Eveleen.
Eveleen selalu berkata, "Suatu saat nanti, hati dingin seorang Arfeen Arivali Arshad akan mencair dengan perilaku yang eveleen berikan kepadanya." Kata-kata inilah yang menjadi penyemangat Eveleen untuk tetap tegar mengejar cintanya yang bertepuk sebelah tangan.
"Ih, kok gitu, sih?! Kan akunya mau nyapa kamu!" Ucap Eveleen dengan nada yang sangat sedih.
"Hish, gue ada banyak kerjaan nih. Lo jangan ganggu gue pagi-pagi!" Decak Arfeen kemudian langsung dengan segera pergi mendahului Eveleen.
"Gak ganggu dong feen. Ini namanya menyapa. Gue ikut lo ya, buat nyari kelasnya!" Sahut Eveleen sembari menghampiri Arfeen. Ia pun berusaha untuk menyamai langkah Arfeen dan berjalan berdampingan dengan Arfeen.
Dalam setiap langkah, Arfeen hanya terdiam. Ia benar-benar kebingungan menghadapi masalah hidupnya. Ia selalu saja diganggu dengan orang bernama cewe. Kalau di rumah ada si Thea, di sekolah pun Eveleen gak kalah nyebelinnya dari Thea.
Udah sering Arfeen menyuruh Eveleen untuk pergi, menjauh, dan menghilang wkwk. Tapi ada daya, justru kalau Arfeen semakin menyuruh Eveleen untuk menjauh, Eveleen justru semakin mendekatinya, bahkan mengejarnya.
"Dasar cewe! Maunya apa coba? Di bilangin suruh menjauh nangis, tapi kalau nggak guenya yang risih!" Batin Arfeen dalam menahan kekesalannya.
Setelah melewati beberapa kelas XI yang telah disediakan, baik Arfeen maupun Eveleen belum menemukan dimana letak kelas mereka. Hingga, mereka mendapatkan kejutan, terkhusus Eveleen yang merasa kegirangan. Kejutan itu ialah, mereka akan melaksanakan setahun kedepan di kelas yang sama, yaitu kelas XI MIPA 3.
"Aaaa, kita sekelas, Feen! Tuh kan, emang jodoh kagak kemana!" Pekik Eveleen kegirangan sembari menepuk-nepuk pundak Arfeen.
"Ih, apa sih!" Geram Arfeen singkat, Ia Pun langsung memasuki ruang kelas, dan ternyata Ia sekelas kembali dengan Thea.
"Mampus, sekelas lagi pula! Ditambah Eveleen jadi apa gue!" Batin Arfeen yang sudah pasrah dengan keadaan.
"Arfeen mau duduk sebelah gue lagi gak? Masih kosong nih!" Tawar Thea yang masih bersikap baik kepada Arfeen.
"Ogah! Ngapain sama lu lagi. Bosen gue!" Tukas Arfeen.
"E-eleh! Boro-boro gue masih baik nawarin lo tempat duduk! Yaudah gue gak akan buka lagi bangku kosong di sebelah gue ke lo!" Racau Thea kepada Arfeen.
"Gak masalah, gak guna juga lo!" Nyolot Arfeen.
"Yaudah sana, hush hush, jauh-jauh dari gue! Awas ya lo!" Usir Thea kepada Arfeen.
"Huh, berani-beraninya nolak gue! Gue gak akan terima dia lagi di sebelah gue!" Batin Thea berucap kepada dirinya sendiri.
"Hahaha, ditolak sama Arfeen. Wleee!" Ejek Eveleen yang melihat kegaduhan antara Arfeen dengan Thea.
"Apa lo!" Ucap Thea sedikit ngegas,
"Santai mbak bro, hahaha." Sindir Eveleen kepada Thea.
Eveleen pun langsung melihat ke arah Arfeen, ternyata Arfeen masih memilih bangku di belakang dan sebelahnya masih kosong! Ini adalah kesempatan bagus untuk Eveleen duduk di sebelah Arfeen.
Eveleen pun langsung saja mendaratkan pantatnya di bangku kosong sebelah Arfeen. Melihat Eveleen yang tiba-tiba duduk di sebelahnya membuat Arfeen langsung berdiri dan berpindah di sebelah bangku Thea.
"Ih, Arfeeen!" Bisa dikatakan itu adalah teriakan Eveleen yang melihat Arfeen pergi dari sebelahnya.
Merasakan Arfeen duduk disebelah Thea, membuat Thea memandang Arfeen dengan tatapan seperti "Woy, kenapa lu disini?!"
"Kenapa lu duduk di sebelah gue, Arpen! Gak mau, gak suka, gelay! Pergi sono! Suruh siapa tadi nolak gue, huh?!" Hardik Thea begitu melihat Arfeen dengan cengiranya yang tak merasa berdosa.
"Hehehe, sorry lah! Gue khilaf!" Rujuk Arfeen untuk membuat Thea membiarkannya duduk di sebelahnya. Daripada Ia harus duduk bersama Eveleen selama satu semester penuh.
"Gak mau! Pergi gak! Hush hush!" Teriak Thea sembari memukul-mukul Arfeen untuk segera pergi meninggalkan tempat duduknya.
"Ish, Thea! Tadi gue cuma bercanda!" Sesal Arfeen yang menolak tawaran Thea.
"Gak mau! Pokoknya lu harus pindah!" Ulang Thea mutlak.
"Jangan gitulah! Masa sama sahabatnya sendiri kayak begini?!" Sahut Arfeen.
"Gini aja baru bilang gue sahabat lo! Dari tadi kemana aja? Udah bosen kan!" Tangkas Thea mengenai ucapan Arfeen.
"Enggak, gue beneran khilaf," Ucap Arfeen yang masih berusaha menahan pukulan dari Thea.
"Selamat Pagi anak-anak!" Ucap seorang pria yang sebenarnya masih terlihat muda. Usia pria tersebut kira-kira 25 tahun.
"Shuuut, udah ada guru! Tempat bangku juga udah penuh semua, hehehe." Cengir Arfeen ketika melihat sudah tidak ada bangku yang kosong.
"Cih!" Decak Thea kesal!