Chereads / STORY OF CALITHEA / Chapter 8 - "LO BISA LIHAT GUE KAN?"

Chapter 8 - "LO BISA LIHAT GUE KAN?"

Setiap pagi, seperti biasa, seluruh siswa tengah memiliki kegiatan masing-masing sebelum bel sekolah berbunyi. Namun, pagi hari ini, sangat membuat Thea dan Arfeen menatap tajam ke arah lelaki yang sekarang membuat mereka merasa kesal. Lelaki itu bernama Daren Altherio Savian.

Bagaimana tidak? Bukankah kemarin, bangku kosong di sebelah Thea sudah terisi dengan keberadaan Arfeen? Namun, lantas mengapa kini di bangku Arfeen diduduki oleh Theo??

Tak hanya tinggal diam. Baik Thea maupun Arfeen sudah bersuara untuk hak mereka.Sayangnya, Theo tidak memperdulikan omongan kedua orang ini dan tetap duduk di bangku milik Arfeen Arivali Arsyad.

"Lo ngapain disini? Ini tu sudah di tempati sama Arfeen!" Ujar Thea sedari tadi kepada Theo.

Theo hanya melirik sekilas ke arah Thea. Dan Ia Pun, kembali menenggelamkan kepalanya di atas lipatan kedua tangan nya.

"WOY! BUDEG YA LU???" Bentak Thea geram tepat di samping telinga Theo.

Theo pun mengangkat kepalanya cepat dengan memelototkan matanya. Ia cukup bersabar dengan teriakan Thea yang bahkan sudah melukai gendang telinga miliknya.

"Gila ni Cewe!" Batin Theo kepada dirinya sendiri.

"Gue duduk disini terlebih dahulu sebelum kalian datang! Paham?" Uhar Theo singkat.

"Ck, sorry nih ya! Tapi, gue duluan kemarin duduk di tempat ini!" Ujar Arfeen membuka suara dan menekankan kata kemarin.

Woh jelas, Arfeen berbicara hal demikian dengan senyuman. Senyuman! Gue perjelas, dengan senyuman!

"Terus?" Tanya Theo kepada Arfeen.

"Ngeselin juga ni anak!" Batin Arfeen menahan amarahnya.

"Sebelum gue emosi, tolong minggir dengan segera!" Perintah Arfeen dengan menatap tajam kedua mata Theo tanpa rasa takut.

Maaf ya, Hanya ingin mematahkan pikiran kalian. Disini, baik Arfeen maupun Theo, hampir memiliki sikap yang sama! Sama-sama keras kepala. Sekaligus sama-sama merupakan orang yang menyebalkan! Jadi, jangan sampai kalian memiliki masalah dengan mereka.

"Kalau lo emosi? Lo mau apa?" Bukanya menyerah dan pergi, Theo justru lebih menantang Arfeen.

Pun dengan Theo yang kini sudah berdiri dan mendekatkan wajahnya kepada Arfeen. Terlebih, senyuman sinis dikeluarkan oleh Theo masih sangat membuat Arfeen geram.

Melihat suasana yang tidak diinginkan oleh Thea hampir terjadi, Ia Pun dengan segera menggenggam tangan Arfeen dengan hangat.Sebelum, apa yang Ia pikirkan terjadi kemudian.

"Arfeen, jangan bikin masalah! Gue tau lo kesal! Pun dengan apa yang gue rasakan sama tu anak!" Ujar Thea lembut dan menenangkan Arfeen.

"Gue rasa, ni anak gak bakal nyerah gitu aja. Atau yang lebih parah, dia justru memang berniat membuat kita terpancing sama emosinya! Jadi, gue gak pengen lo kena masalah!" Jelas Thea yang berdiri di samping Arfen dan masih tetap menggenggam tangan Arfeen.

Mendengar ucapan kebenaran yang dikatakan oleh Thea, membuat Arfeen mampu meredam semua emosinya. Dalam diam, Ia masih tetap menatap mata dan wajah Theo yang tersenyum licik itu.

Sedangkan Thea, Ia mengalihkan sekilas pandanganya ke arah Theo dengan sangat sinis.

"Sudahlah Feen. Gue yang pindah aja! Lo duduk disini aja gapapa!" Balas Thea kepada Arfeen.

"Gak usah, Thea! Gue aja yang pergi, Lo tetap di bangku lo aja!" Arfeen pun mengembalikan omongan Thea.

"Dan Lo, kalau sampai lo berani macam-macam sama Thea! Mampus lo sama gue!" Ancam Arfeen kepada Theo.

"Ihhh, atuut! Thea, pacar lo boleh juga!" Ujar Theo dengan menceploskan kalimat tersebut.

Apa yang diucapkan oleh Theo membuat Thea terdiam. Sedangkan, Arfeen, Ia justru mengikuti Theo yang tersenyum tipis. Ia bahkan tak takut dan tak malu mengenai apa yang Theo ucapkan.

"Kalau sudah tahu, baguslah!" Ujar Arfeen tak mau kalah dengan apa yang dilontarkan oleh Theo.

Thea masih terdiam. Sedangkan Theo, Ia tersenyum seraya memuji keberanian Arfeen dengan mengucapkan kalimat balasan kepadanya. Namun, tiba-tiba...

"WOY, ADA GURU DATEEENG!!!" Ujar salah satu murid yang datang dari pintu kelas itu.

Mendengar ucapan ini, Arfeen pun melangkahkan kakinya pergi untuk kembali mencari satu bangku kosong.

Sebenarnya, memang kemarin masih tersisa satu bangku kosong. Hanya saja, karena Arfeen memang menginginkan untuk duduk disebelah Thea, Ia akhirnya berbohong. Untung saja, Thea tidak menyadari hal tersebut.

Melihat Thea yang terdiam seperti orang bodoh. Akhirnya, Theo pun menyadarinya.

"Duduk, bego! denger nggak? ada guru datang!" Suara berat kini dilontarkan oleh Theo kepada Thea yang masih berdiam diri.

Sungguh, Thea lebih memikirkan omongan Arfeen dari pada suara yang menyatakan bahwa guru akan segera datang.

Mendengar ucapan Theo yang menyadarkan lamunan Thea. Thea pun segera duduk dibangkunya dengan wajah sinis! sinis terhadap Theo.

"Selamat pagi anak-anak?" Sapa guru perempuan yang baru saja datang di hadapan mereka—seluruh murid di kelas itu.

"Selamat pagi.... Bu....!" Balas Seluruh murid di kelas tersebut dengan segera.

"Baiklah, hari ini adalah hari pertama kita memasuki bab pertama kita di mata pelajaran fisika. Jadi,...." Jelas Bu Siska—sapaan guru mata pelajaran fisika— kepada mereka.

Namun, disaat seluruh siswa mendengarkan apa yang diucapkan oleh Bu Siska dengan seksama. Lain halnya dengan apa yang masih dipikirkan oleh Theo mengenai pandangannya.

"Gue sadar jika Thea dan Arfeen menatap gue dengan sangat sinis. Namun, kenapa 'cewek' itu juga ikutan natap gue dengan sinis pula? Apakah 'cewek' itu merupakan penjaga dari Thea?" Batin Theo yang selalu teralihkan dengan 'pandanganya'.

"Yang lebih parahnya lagi, gue sempet lihat tu cewe ngikutin Arfeen. Tapi, KENAPA DIA ADA TEPAT DI HADAPAN GUE WOY!!! DASAR HANTU GILA LO!" Batin Theo yang berteriak tatkala pandanganya benar-benar terganggu dengan satu sosok ini.

"Ah, sialan! Pura-pura gak tahu ajalah! Ribet kalau gue sampe keseret sama ni setan!" Lanjut Theo bertekad, jangan sampai 'dia' mengetahui kalau Theo ternyata bisa melihatnya. Dan bahkan, mengerti keberadaanya.

Ya, 'dia' yang dimaksud Theo merupakan salah satu hantu perempuan yang kini berada di hadapan Theo. Menatapnya dengan penuh kecurigaan dan tepat menatap ke arah mata Theo.

Bahkan, karena merasa risih dengan pandangan yang diberikan hantu tersebut. Membuat Theo harus beberapa kali memalingkan wajahnya dari hadapan hantu tersebut.

"Tahan, Theo! Tahan!!!" Batin Theo memperkuat dirinya untuk tidak ketahuan.

Tak hanya Theo yang merasa risih karena pandanganya terhadap hantu itu. Bahkan, Thea pun juga merasakan hal yang sama. Yaitu, risih dengan kepala Theo yang tidak bisa diam!

"Kepala lo kagak bisa diem apa? Ganggu gue, tahu gak?!" Cicit Thea dengan suara yang pelan supaya tidak terdengar oleh siswa lainnya.

"Hehehe, sorry-sorry!" Balas Theo dengan singkat! Ia tidak ingin melanjutkan masalah kepada Thea untuk sementara.

Kini, pandangan Theo kembali terarah ke papan tulis. Dan, hal yang sama terjadi kembali, hantu itu masih berhadapan dengan Theo dan menatap kedua mata Theo dengan penasaran.

"Lo... Bisa lihat gue kan?" Tanya hantu perempuan itu pada akhirnya.

~~to be continue...