"Nih, pesanan lo! Semoga lo menjalani hari yang menyenangkan!" Ucap Thea dengan sangat terpaksa. Terlihat dari wajahnya yang sangat malas untuk berucap.
Seharusnya kata-kata itu terucap dengan penuh semangat untuk memancarkan aura yang bagus kepada pelanggan. Namun, berbeda dengan tingkah Thea kepada pelanggannya kali ini. Memandang wajah pelanggannya ini saja sudah hampir membuat Thea murka. Apalagi harus mengucapkan kalimat tersebut, kalau bukan tuntutan pekerjaan, Thea Pun malas untuk mengeluarkan kalimat tersebut!
"Kalau perlu besok jangan datang kesini lagi!" Gumam Thea lagi sembari memindahkan pesanan Thoe dari nampan yang Thea bawa ke meja Theo.
"Gue denger, btw!" Uhar Theo yang tersenyum memandang wajah Thea yang kesal karena ulahnya.
"Emang gue sengaja, bego!" Jujur Thea tanpa takut kehilangan pelanggannya ini.
Kalau kehilangan satu pelanggan seperti Theo, Thea rasa tidak akan membuat caffe ini menjadi bangkrut, bukan?
"Wah, wah, wah! Berani ya anda memperlakukan pelanggan seperti ini?!" Tanya Altherio menatap kepada Thea.
"Memangnya kenapa? Masalah buat lo? Lagian gue ngelakuin ini cuma ke lo doang! Pelanggan yang gak punya sopan santunya! Tahu?" Ujar Thea menjawab pertanyaan yang dilontarkan Altherio. Salah siapa, berani sekali membuat Thea kesal!
"Gue harap sih lo narik kata-kata lo! Atau lo akan tahu sendiri apa akibatnya!" Ancam Altherio yang mendekatkan wajahnya kepada Thea.
"Ogah!" Jawab Thea dengan cepat.
"Ngapain juga gue harus menarik omongan bener gue, hah? Lo sendiri yang datang kesini dengan wajah yang menyebalkan!" Lanjutnya.
"Menyebalkan? Buta ya lo? Wajah gue yang tampan ini, bisa-bisanya dibilang menyebalkan? Hati-hati lo, ntar suka lagi sama gue!" Cerocos Altherio membuat Thea semakin kesal. Sedangkan teman-teman Altherio justru menertawakan lelucon yang Theo lontarkan.
Merasa sangat kesal dan hampir marah, Thea memilih untuk pergi meninggalkan mereka. Daripada Thea harus kehilangan kendali dan membuat keributan di cafe tersebut. Bisa-bisa, karena keributan itu, Thea kehilangan pekerjaanya lagi. Beeh, jangan sampai!
Disaat Thea berjalan pergi dari meja mereka. Tawa mereka pun masih terdengar dan membuat telinga Thea menjadi panas!
"Sabar Thea, Sabar! Come on lah! Dunia memang se-menyebalkan ini!" Batin Thea dengan berusaha menenangkan dirinya sendiri.
Triiiiing triiing triiiing,
Tiba-tiba telepon Thea berdering dan menunjukan nama "Kutu kupret" Di layar ponsel miliknya.
"Halo?" Suara terdengar di seberang sana setelah Thea menerima panggilan tersebut.
"Yoi, ngapain nelpon?" Tanya Thea to the point!
"Gue cuma mau nanya, kerjaan lo gimana?" Tanya pemuda di seberang sana memastikan.
"Tsk, ya gutulah! Dapet pelanggan nyebelinya minta ampun! Mana tu orang satu sekolah ama kita!" Keluh Thea kepada pemuda itu.
Amarahnya tak kunjung reda semenjak Ia berjalan meninggalkan meja Altherio. Beruntungnya, Cafe itu belum memiliki pelanggan yang baru. Sehingga, Thea masih ada waktu untuk meredakan amarah dan kekesalannya!
"Sesekolah sama kita? Siapa?" Tanya pemuda itu kepada Thea.
"Lupa gue, soalnya gak terlalu ngapalin anak cowok!" Jawab Thea jujur.
"Oalah, cowo! Ya udah, baik-baik deh lu kerja part timenya!" Ujar pemuda itu kepada Thea.
"Inget! Jangan sampai menyesal dengan apa yang lo pilih!" Lontar pemuda itu mengingatkan apa yang sudah dipilih oleh Thea.
"Iya-iya, gue inget. Dan semoga aja gue gak nyesel dengan pilihan gue! Tapi, gue bisa pastiin lah gue gak bakalan nyesel sama pilihan gue wkwk." Kekeh Thea bertekad.
Yap, dalam sekejap semangat dalam diri Thea kembali terangkat di wajah cantik nan imut miliknya.
"Nah, gitu dong! Okelah, ntar lu gue jemput jam berapa?" Tanya pemuda itu dari seberang telepon.
"Gue pulang jam 7 malam!" Jawab Thea singkat
"Sekalian mau masakin apa? Mumpung gue baik nih, dari pada lo capek!" lanjut pemuda itu seraya bertanya dari seberang telepon lagi.
"Weh, demi apa? Lo mau masak dirumah? Memangnya bisa?" Tanya Thea dengan sangat terkejut mendengar lontaran yang diucapkan pemuda itu.
Bagaimana tidak! Pemuda itu bahkan tidak pernah membantu Thea sedikitpun jika Thea berada di dapur. Karena, Ia selalu mengatakan bahwa Ia hanya akan mengganggu jika turut membantu Thea. Menyebalkan juga bukan? Begitulah karakter teman serumahnnya!
"Waaah, ngeremehin gue ya lu! Pokoknya awas aja lu kalau ketagihan buat makan masakan gue! Orang banyak banget Chef yang nawarin biar collab sama gue! Tapi gue tolak semua, karena skill mereka masih jauh di bawah gue!" Sombong pemuda itu berkata kepada Thea.
Sudah jelas mendengar perkataan sombong sahabatnya ini membuat Thea terkekeh karenanya.
"Hahaha, gue tungguin tu masakan dari lo! Thanks ya sebelumnya!" Ujar Thea kepada sahabat tercintanya!
"Hahaha, yoi. Yaudah, gue tutup ya!" Ujar pemuda itu mengakhiri obrolannya bersama Thea.
"Yoi!" Jawab Thea singkat kemudian terputuslah obrolan di antara mereka.
Bersamaan dengan terputusnya obrolan di antara mereka, pelanggan baru telah datang dan menduduki tempat kosong di kafe tersebut. Melihat itu, Thea segera bergegas untuk mendekati mereka seraya mengambil daftar menu di cafe tersebut.
"Untunglah, Arfeen nelpon gue di saat yang tepat. Jadinya, mood gue lebih tenang daripada tadi." Gumam Thea sembari berjalan mendekati pelanggan yang baru saja memasuki cafe MC² itu.
"Permisi kak, biar saya bantu! Kakak mau pesan apa?" Tanya Thea kepada beberapa gadis yang baru saja datang bersama teman-temanya.
***
"Aduh, mana lupa tadi Thea belum njawab mau dimasakin apa!" Keluh Arfeen yang menyadari bahwa pertanyaannya belum dijawab oleh Thea.
"Bego lu, Thea! Yakali seorang Arfeen Arivali Arsyad mau masak! Enggak Lah masa iya!" Kekeh Arfeen setelah mengingat nada suara dari Thea yang terdengar kaget!
"Mending gue pesen online aja daripada repot-repot masak!"Lanjut Arfeen yang masih terkekeh dengan apa yang akan Ia lakukan.
"Dahlah capek!" Ujarnya kemudian pergi ke kamar dan merebahkan tubuhnya untuk memasuki dunia mimpi yang akan mengantarkannya pada khayalan belaka.
***
Pandangan Altherio tak pernah lepas dari Thea. Bahkan, saat Ia menyadari bahwa teman-temanya tahu jika Ia memandang ke arah Thea, Ia akan langsung menggunakan lirikan saja untuk tetap memandang ke arah Thea.
"Ren, lu suka ya sama pelayan itu?" Tanya salah satu teman cowok Theo bernama Lucas.
Daren Altherio Savian, selalu di panggil Daren oleh teman se-gengnya! Namun, panggilan Altherio atau Theo, masih tetap yang sering Ia dengar untuk memanggil namanya.
"Ya nggak lah! Gila aje gue suka sama tu cewe!" Balas Theo dengan segera mengenai hal yang Lucas sampaikan.
"Lagian, ngapain juga lo natep tu cewe mulu?" Cecar Lucas memberikan ucapannya dari apa yang telah Theo lakukan.
"Gue sebenernya kagak natep tu cewe langsung. Tapi, ada sesuatu yang mengganjal di mata gue! Lo tahu apa itu kan?" Jawab Altherio dengan jujur.
Lucas Pun kini juga memandangi Thea secara langsung. Hanya saja, berbeda dengan yang Thoe lihat, Lucas bahkan tidak menemukan "sesuatu" hal yang dilihat oleh seorang Daren Altherio Savian.