Chereads / STORY OF CALITHEA / Chapter 7 - MALAM YANG MENCEKAM

Chapter 7 - MALAM YANG MENCEKAM

My Coffee Cafe, 07.30 PM.

"Arfeen mana sih? Udah setengah jam nggak dateng-dateng! Mana pesan dan telepon nggak diangkat!" Batin Thea yang menunggu kedatangan Arfeen.

Arfeen juga sudah berjanji kepada Thea untuk menjemputnya malam ini. Namun, Thea belum juga mendapati wajah Arfeen yang nyebelin itu di hadapannya.

"Kamu gak pulang, Thea?" Tanya Kak Bagas kepada Thea yang masih berada di Cafe tersebut!

Yang empunya nama pun dengan segera menolehkan pandangan dan kepalanya ke arah sumber suara. Awalnya, Thea bahkan terkejut mendengar ucapan kak Bagas yang tiba-tiba.

"Iya nih, Kak! Lagi nunggu jemputan!" Lontar Thea dengan sangat ramah kepada Kak Bagas yang kini beralih menjadi kasir.

"Oalah, lo mau minum kagak?" Tawar Kak Bagas kepada Thea. "Kalau lo mau, gue buatin! Mau kagak?" Lanjut Kak Bagas memberikan tawaran kepada Thea.

Disisi lain, Thea memang haus. Namun, disisi lain dia juga tidak membawa uang yang lebih untuk berjaga jika Arfeen tidak menjemputnya. Tapi. kesempatan tidak datang dua kali bukan?

"Boleh deh, Kak! Yang rasa mocha ya, Kak!" Jawab Thea menerima tawaran dari Kak Bagas.

"Oke, sebentar ya!" Tutur Kak Bagas kepada Thea.

Thea Pun mengangguk dan tersenyum membalas apa yang diucapkan oleh Kak Bagas.

Tak butuh waktu lama, Kak Bagas pun akhirnya memberikan Coffee buatannya kepada Thea. Dengan segera, Thea mengambil alih Coffee tersebut dari tangan Kak Bagas.

"Nih kak, Uangnya!" Thea pun memberikan uang yang Ia punya kepada Kak Bagas dengan senyuman.

"Apa ini?" Tanya Kak Bagas kebingungan dengan uang yang Thea berikan.

"Untuk bayar kopinya, Kak." Jelas Thea dengan singkat.

Kak Bagas Pun terkekeh dengan tingkah yang Thea berikan.

"Yaelah, gak usah bayar kali! Kan gue yang nawarin elu! Ntar gue aja yang bayar!" Tungkas Kak Bagas kepada Thea.

Alhasil, dengan jujur Thea sangat senang. Ia tidak perlu kehilangan uang yang Ia bawa. Hahaha, memang kondisi terbaik itu datang di waktu yang tepat!

"Seriusan nih, Kak?" Tanya Thea yang malu-malu tapi meong!

"Ya serius dong, Thea! Betah-betah ye, part time disini!" Cakap Kak Bagas dengan sangat ramah.

Thea benar-benar sangat beruntung bisa bekerja sambilan di tempat ini. Karena Ia menemukan orang-orang baik di dalam tempat kerjanya ini! Semoga saja, Thea benar-benar tidak pernah menyesali perbuatanya.

"Ehm, Kak, Thea pamit dulu ya, Kak!" Pamit Thea kepada Kak Bagas secara tiba-tiba.

"Lo udah dijemput?" Tanya Kak Bagas kepada Thea untuk memastikan.

"Hehehe, belum sih! Tapi, Thea takut kemalaman. Jadinya, Thea coba ke luar dan naik bus kalau memang Thea benar-benar tidak dijemput!" Jelas Thea mengenai pertanyaan yang dilontarkan oleh Kak Bagas.

"Oalah, begitu, ya? Oke, hati-hati dijalan ya, Thea!" Pesan Kak Bagas. "Sorry belom bisa nganterin lo!" Lanjutnya.

"Gapapa kok, Kak! Thea pamit ya kak!" Ulang Thea berpamitan.

"Oke-oke!" Jawab Kak Bagas singkat dan menatap ke arah Thea yang berjalan semakin menjauh darinya.

Disini, Posisi MC² atau My Coffee Cafe memang tak jauh dari jalan raya. Hanya saja, Thea juga masih harus berjalan melewati jalanan sepi yang berjarak 20 meter dari jalan raya tersebut.

Ada beberapa pohon yang tumbuh lebat di kanan dan kiri jalan yang tengah Thea lewati. Hanya saja, entah ini firasat yang buruk atau memang tengah terjadi kepadanya. Thea merasakan bahwa dirinya kini tengah diikuti oleh seseorang.

Sayangnya, beberapa kali Thea menoleh ke belakang untuk memastikan. Justru, perbuatanya ini malah menambah rasa takutnya. Thea tidak menemukan apapun di belakangnya. Kecuali, deretan motor dan beberapa orang parkir yang berada di depan MC² tersebut.

Thea pun dengan segera menambah kecepatan berjalannya. Ia benar-benar sangat ingin segera mencapai jalan raya yang tinggal beberapa langkah lagi.

Hanya saja, Thea kembali merasakan seseorang justru lebih mendekati Thea, dan....

Tap!

"Halo, Nona Ayara Calithea Gistara?" Bisik seseorang itu dengan suara yang sangat menakutkan. Bahkan, di bahu sebelah kiri Thea terasa ada yang memegangnya.

"AAAAAAAAAAAAAAA JANGAN SAKITIN GUE!!!!!" Sontak karena merasa ketakutan. Thea pun menjerit sekuat tenaga.

"Woy, woy woy, tenang! Ini gue! Arfeen! Santai bro!!!" Sanggah Arfeen sekaligus menjelaskan kepada Thea. Arfeen bahkan memegangi kedua lengan Thea dengan kedua tanganya.

"AAKH GILA YA LO!!! BIKIN DEG-DEGAN TAHU GAK? HAMPIR MATI GUE!" Teriak Thea mencibir kelakuan Arfeen tepat di hadapannya.

Jujur, untuk hal demikian, Thea sangatlah takut. Mau bagaimana pun, Thea tidak akan bisa berpikiran positif jika tengah berada sendirian di kegelapan.

"Maafin gue deh, gak akan lagi gue lakuin hal ini!" Jujur Arfeen dan menyesali apa yang telah Diperbuat.

"Lo juga yang dari tadi ngikutin gue ya?" Tanya Thea penuh curiga.

"Gue baru aja datang terus langsung ngagetin elu!" Jawab Arfeen dengan segera.

"Jangan bohong lu! Gak lucu, tahu!" Keukeuh Thea yang masih menjanggal bahwa firasatnya tadi adalah Arfeen.

"Sumpah, Thea! Gue berani sumpah kalau gue baru aja dateng terus ngagetin lo langsung!" Jujur Arfeen dengan mengatakan satu kata andalan Arfeen. Bahwa, Arfeen benar-benar berkata jujur kepada Thea.

"Haish! Kalau bukan Arfeen, siapa?" Batin Thea. "Akh, lupakan ajalah! Mungkin memang firasat!" Lanjutnya dalam batin.

"Ngomong-ngomong, mana motor lo?" Tanya Thea yang mencari keberadaan motor yang biasanya digunakan oleh Arfeen.

"Motornya sekarang ada di bengkel. Jam 9 malam nanti baru gue ambil. Makanya, gue telat jemput lo! Mana hp gue ketinggalan di rumah lagi! Sial amat!" Jelas Arfeen menceritakan apa yang tengah Ia alami.

"Oalah, pantesan lo kagak bales chat gue! Mana lo juga kagak ngangkat telepon gue!" Keluh Thea balik.

"Okelah, karena tadi lo udah bikin gue hampir jantungan. Gue gak bakalan maafin lo sebelum, lo gendong gue sampe rumah! Ya?" Tawar Thea kepada Arfeen.

"Idiiih, kalau ada maunya aja dibaikin!" Cibir Arfeen dengan segera.

"Gapapa ya? Gue ngantuk..." Ujar Thea kembali.

Iya sih, Arfeen juga bisa melihat wajah Thea yang terlihat lelah. Arfeen akhirnya nyerah dan sudah membungkuk di hadapan Thea. Namun, Arfeen sebelumnya juga menunjukan ekspresi kesalnya sebagai formalitas saja.

"YIIIPIIII!!" Ujar Thea merasa menang dan menyeruput coffee mocha buatan Kak Bagas yang masih berada di genggamannya.

Sruuup!

"Aaah, enak banget!" Cetus Thea merasakan coffee buatan Kak Bagas.

"Mau?" Setelah menyeruput dan mencetuskan bahwa coffee itu enak. Thea Pun menyodorkan minuman itu di depan mulut Arfeen.

Tanpa butuh jawaban, Arfen dengan segera juga ikut menyeruput minuman yang Thea genggam tersebut.

Sruuup!

"Gimana? Enak kan?" Tanya Thea mengenai rasa yang dirasakan oleh Arfeen.

"Hm, biasa aja!" Balas Arfeen singkat.

Mendengar jawaban yang dilontarkan Arfeen, membuat wajah Thea menjadi julid! Mana mungkin coffe ini tidak enak! Thea pun kembali menyeruput Coffee itu hingga habis.