Bel tanda pulang sekolah sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu. Disini, di kelas XII MIPA 3 menyisihkan dua orang sejoli yang sedang mengerjakan tugas awal dari wali kelas mereka.
"Thea buruan elah! Tulisan lu lama bet dah! Gue tinggal yak?" Decak Arfeen yang menunggu Thea menuliskan surat yang berisi informasi personal yang umum.
Yap, seperti tugas yang diberikan oleh Pak Arkan kepada murid barunya. Yaitu, menuliskan sebuah surat yang akan menjadi pedoman Pak Arkan untuk lebih mengenal anak didiknya ini selama setahun kedepan.
"JANGAN TINGGALIN AKUUU! Bentarlah Feen, gue mau selesai nih!" Ujar Thea panik jika Ia harus benar-benar ditinggal oleh Arfeen.
Arfeen pun menahan tawanya, Ia benar-benar suka melihat sahabatnya ini merasa terburu-buru dan panik di hadapannya. Thea yang mendengar sedikit kekehan langsung menoleh ke arah Arfeen dengan tatapan yang tajam, tapi refleks Arfeen sangatlah cepat, Ia berhasil membuat wajahnya datar sebelum Thea tahu bahwa Arfeen sebelumnya terkekeh.
"Lo sengaja ya? Biar bikin gue tambah panik, HAH?" Ujar Thea suudzon. Walaupun apa yang diperkirakan memang benar apa adanya!
"Itu kenyataan, Thea. Lo emang lama banget nulisnya! Buruan elah lanjut nulis aja sono!" Tutur Arfeen kembali membuat Thea melanjutkan tulisanya yang tinggal beberapa kata lagi.
Setelah selesai menuliskan beberapa kata di kalimat terakhir, Thea pun dengan senang hati memberikanya kepada Arfeen dengan cengirannya.
"Nih, bang Arpen! Gue dah selesai!" Cetus Thea dengan menunjukan gigi rapuh nan putih miliknya. Tak lupa Thea pun berdiri dari bangkunya dan Ia kembali duduk, begitu sadar Ia hanya setinggi bahu arfeen. Jelas ini membuat Thea sedikit malu.
"Lo mau pulang dulu kagak?" Tanya Arfeen kepada Thea tanpa menatap kearah Thea karena Arfeen merapikan tumpukan kertas milik teman-temanya.
"Kagak, gue langsung berangkat ke Cafe aja, ini hari pertama gue kerja disana. Jadi gue gak enak kalau kelamaan datang. Lagian gue juga udah bawa pakaian ganti." Jelas Thea yang mengerti akan maksud dari Arfeen.
"Ck, ngapain juga sih lo kerja?" Decak Arfeen karena tak suka jika Thea harus bekerja di tengah Ia sedang menempuh pendidikan. "Lo masih harus sekolah, Thea!" Lanjut Arfeen memberikan opininya.
"Idih, gapapa sih sebenernya. Intinya ya karena gue ingin!" Urai Calithea dengan melirik ke arah atas kemudian memandang Arfeen dengan senyuman. Sungguh, senyum yang Thea lontarkan sangat manis.
"Untuk nyari uang? Kan kita udah dikasih uang, Thea. Masa lo mau menolak uang yang Mamah berikan?" Tandas Arfeen mempertahankan ketidaksukaannya.
"Arfeen, bukanya gue mau nolak. Gini aja deh, kan lu sama gue sama-sama dikasih uang bulanan kan. Nah, mendingan uang yang buat gue itu kita bagi aja! Terus uang lo, buat lo tabung. Uang hasil kerja gue, buat gue tabung. Begindang!" Usul Thea yang ada benarnya juga.
"Gue masih gak mau! terus kalah nilai lu turun gimana? Lo kan dapet beasiswa di sini!" Sosor Arfeen lagi yang udah seperti kakak bagi Thea untuk tidak mengizinkan adiknya bekerja.
"Kan guenya gak terlalu bego juga. Lagian gue masih ada lo, tuh. Yang bisa ngajarin gue 24 jam nonstop! Wah keren juga lu! Yakan?" Kekeh Thea dengan mengepalkan tanganya kuat-kuat dan bersemangat.
Tapi jangan salah sangka, Thea juga tidak sebodoh yang kalian kira, Ia juga pintar tapi memang tidak sepintar Arfeen. Makanya, dengan nilai yang Thea punya, Ia bisa mendaftar beasiswa dan mendapatkanya. Itung-itung Thea memang tidak ingin memberatkan keluarga Arfeen yang sudah sangat membantu Thea dalam hidupnya sejak Dua tahun terakhir.
"Lah, serah lu deh kalau lu nya memang mau. Pokoknya kalau ada apa-apa jangan sungkan buat cerita sama gue! Ngerti?" Titah Arfeen memberikan tekanan untuk Thea supaya Ia bisa membagi masalahnya kepada Arfeen.
"Okay Arpeeen!" Jawab Thea dengan menunjukan jempolnya.
"Satu lagi, gue bakalan dukung apapun yang lo lakuin. Jadi, lo gak boleh ngecewain gue dengan penyesalan yang lo pilih!" Sosor Arfeen lagi dengan sangat tegas.
"Waduh, agak berat ya, Om. Baiklah, Thea sebisa mungkin tidak akan mengecewakan Arfeen!" Imbuh Thea menyatakan kesanggupannya, mungkin.
Arfeen pun kemudian berjalan meninggalkan Thea terlebih dahulu.
"Lo tunggu aja di gerbang sekolah. Ntar gue jemput lo disana!" Perintah Arfeen kepada Thea.
"Siap, Bos!" Sosor Thea dengan memberikan hormat. Arfeen hanya terkekeh tanpa melihat ke arah Thea, tapi Ia mampu merasakan bahwa Thea bergaya sedemikian rupa dari papan tulis yang ada di hadapan Arfeen.
"Thea memang gadis yang periang, semoga!" Batin Arfeen yang tersenyum melihat tingkah konyol Thea.
"AYO THEA SEMANGAT!" Papar Thea memberikan semangat untuk dirinya sendiri.
"Mangats Thea!" Jawab Arfeen singkat saat Arfeen sampai di pintu dan menghilang di pertigaan pintu itu.
Thea kemudian dengan segera membereskan buku-buku yang masih berantakan di atas meja. Ia kemudian melongo ketika tas Arfeen justru ditinggal di kelas. Ini antara Arfeen keluoaan atau memang sengaja supaya Thea yang membawakan tas miliknya.
"Dasar Arpen! Teman macam apa dia!" Gerutu Calithea kepada Arfeen yang tidak ada di sekitarnya.
Akhirnya, mau tidak mau Thea harus membawakan tas milik Arfeen. Mana tas miliknya sendiri udah berat, malah ditambah sama tas milik Arfeen. Dasar! Kalau bisa memilih, Thea ingin memilih membuang tas milik Arfeen daripada harus membebani dirinya dengan bawaan yang berat. Untung Thea masih sadar kalau Arfeen itu sahabatnya!
Kini, Thea berjalan menuju gerbang sekolah dengan tertatih-tatih. Ia juga kesulitan membawa dua tas sekaligus dan satu tas tenteng milik Thea. Akhirnya sebuah insiden yang membuat Thea benci pun terjadi.
Seorang pemuda laki-laki baru saja berlari menuju lapangan karena Ia dikejar oleh guru BP! Alhasil, saat melewati lapangan, pemuda itu tidak melihat posisi Thea yang juga sedang berjalan menuju ke gerbang sekolah.
Akhirnya, pemuda itu pun menabrak Thea dan membuat Thea dan pemuda itu memekik kaget!
"Aaaaaaaa!" Pekik Thea dan mendapati pantat nya yang mendarat di tanah terlebih dahulu.
"Ck!" Pekik pemuda itu yang sudah mendarat di tanah.
"Jalan pakai mata, dong!" Ujar lelaki itu tanpa peduli siapa yang salah!
"E, eleh! Yang salah siapa yang ngamok siapa? Sadar diri, Bos!" Cibir Thea yang dengan sedikit memainkan bibirnya yang julid!
"Dareen Altherio Savian!" Ujar guru BP itu yang mendekati mereka berdua yang sudah terbangun dan saling menatap nyolot.
Guru BP itu akhirnya sampai di sebelah Altherio—panggilan untuk pemuda itu—kemudian guru tersebut langsung saja menjewer kuping pemuda itu dengan sangat kuat. Terlihat dari cara guru itu menjewernya.
"Aduh, Pak! Ampun lah pak! Bisa-bisa kuping saya jadi Caplang!" Keluh Altherio dengan memegangi telinganya.
Tak ada rasa iba yang keluar dari tindakan Guru BP tersebut. Malah guru BP tersebut segera menyeret Altherio untuk segera masuk ke ruangan nya.
"Awas ya lo! Gue tandain muka lo, itu!" Ancam Altherio kepada Thea. Bukanya takut, Thea justru mendelikkan matanya untuk mengejek Altherio!