Chereads / The Broadcast of Live and Love / Chapter 5 - Act 5 The Hatchling Learns To Fly Again.

Chapter 5 - Act 5 The Hatchling Learns To Fly Again.

TEET!! TEE—Haha, kena kamu kali ini, dasar alarm sialan. Aku langsung bangun dari tempat tidurku karena bangga sudah membalas dendam pada alarm itu. Aku mengecek HPku. Ada pesan rupanya tadi malam.

Dari Jerry, 'Ndra, bantuin aku nggarap design dong malem ini. Hectic banget ini sumpah jam 01.04 pagi.' Yah, maap aja sob, tapi aku sendiri belum bangun ya kan. Aku membalas pesannya. Lalu aku melempar pelan HPku ke ranjang dan beranjak mandi. Ah, rasanya pagi ini adalah pagi yang indah.

Sekarang nampaknya belum terlalu siang. Apa karena awannya gelap? Tanyaku sambil menyetir vespa menuju YoungFreeWild FM. Apa karena penjaja pinggiran belum terlihat? Ah, aku sudah sampai. Kuparkir vespaku di tempat biasanya dan langsung masuk.

"Pagi, Mas." Ujarku menepuk pundak Mas joni yang sibuk bermain HP.

"Pagi, Mas Diandra." Balasnya tersenyum. Aku tersenyum balik. Oh, ya, aku lupa senyuman saat menyapa seseorang, pikirku sembari meneruskan berjalan ke studio.

"Pagi, Mas." Ujarku kali ini tersenyum ke Mas Ridho. "Pagi, Ndra. Wah tumben kamu senyum hari ini." Ujarnya tersenyum cepat lalu mengalihkan pandangan ke laptop. Sialan.

Aku melengok kanan-kiri mencari Jerry. Dimanakah gerangan anak bajing itu? Sepertinya belum datang. Ah, sudahlah, nanti saat break siaran kan aku masih bisa meminta maaf.

"Made belum dateng, mas?" kataku kepada Mas Ridho yang sedang melongo ke arah layar laptop. "Nanti sore, kayaknya." Katanya sambil mengetik di laptop dengan jari-jarinya yang tangkas.

"Oke," balasku. "Oh ya, Ndra!" Mas Ridho tiba-tiba berdiri dan berjalan ke arahku, "Nanti bakalan ada tamu anak DKV dari universitas swasta," Mas Ridho memegang pundakku, "Dia kemari untuk bahan karya seninya, jadi kayak cari inspirasi, gitu. Tolong kamu bantu ya." Aku mengacungkan jempol.

"Sip," Mas Ridho kembali menuju tempat duduknya, "Langsung siaran ya." Aku mengangguk sambil berjalan menuju studio. Anak seni mencari inspirasi di sini? Agak aneh memang, tapi aku mencoba untuk mengalihkan pikiranku menuju siaran. Di tengah hoax dan fake news ini, aku harus sebisa mungkin setiap hari mencari bahan-bahan berita yang faktual, itu pun harus entertaining. Tidak melulu berita oplas seleb, kalau bisa aku dapet berita oplas abang tukang bubur dari uang naik hajinya. Nah. Itu baru entertaining. Aku menaruh tasku di meja studio dan duduk di depan mic. Bernapas dalam-dalam. Dan bersiap siaran. Oke, mari kita mulai hari ini!

"Good morning, guys. Masih bersama Diandra di YoungFreeWild FM! Kemarin, Diandra baru aja dapet kabar kalau Selena Gomez tertangkap basah makan di salah satu resto favorit mantannya dulu, guys! Wah kalau aku sih, mending pesen ojol aja terus makan tiap hari di kamar daripada ketangkep paparazzi! Haha, kalau kamu gimana nih, guys? Lebih mending tiap hari tatap muka samapaparazzi even when muka kamu kusut pake banget ato mending makan di rumah kamu yang fasilitasnya udah oke banget? Kirimin komentar kamu ke instagram YoungFreeWild FM ya! Ntar kita bakal kembali lagi untuk baca komentar-komentar terbaik milik kamu, stay tune ya, tetep di YoungFreeWild FM!" aku memencet tombol di alat besar di sebelahku.

Seketika suaraku digantikan oleh sweeper, lalu langsung terdengar bunyi musik kekinian. Aku menoleh ke luar. Hmm. Jerry belum datang juga rupanya. Aku memencet tombol di sebelah mic ku, dan seketika juga suara broadcast ku tadi terganti oleh alunan tembang kekinian.

Aku sejenak pergi ke luar untuk mengambil gelas dan membuat kopi. Setelah aku mengambil gelas putih di dapur barulah aku menyadari kopi sachet nya sudah habis. Beringas sekali orang-orang ini. Ah, sudahlah. Lebih baik aku titip belikan satu ke Mas Joni. Kali aja Mas Joni mau keluar.

Aku beranjak ke pintu keluar, "Mas Joni," baru saja aku berkata, ada sebuah motor lawas dengan knalpotnya yang bising berhenti di luar pagar persis. Lalu sesosok yang aku kenal membuka pagar dengan helm hipsternya dan kemeja kotak-kotak. Khas sekali. Made sudah pulang rupanya. Aku menoleh lagi ke Mas Joni yang menunggu kelanjutan percakapan kita tadi.

"Minta tolong beliin kopi sachet bisa Mas? Semua udah habis di dapur." Ujarku sembari mengeluarkan uang sepuluh ribuan dari dompetku. "Bisa Mas," kata Mas Joni mengangguk sambil menerima uangku,

"Mas Made mau nitip juga?" kata Mas Joni menoleh pada Made yang sibuk bersisir. Made menoleh dan langsung menghampiri kami berdua, "Boleh Mas. Nasi bungkus ya, sembarang apaan. Pokoke aku mangan." Katanya sambil mengeluarkan uang dua puluh ribu.

Mas Joni tertawa kecil. Aku bertanya dalam hati, emange opo lucue coba? Ah sudahlah. Yang terpenting aku bisa mencicip kafein, sesuatu yang jarang aku lakukan belakangan ini.

"Nyuwun sewu Mas," kata Mas Joni melewati kita berdua dan mengambil motornya. "Nggeh, monggo Mas," kata kami berdua hampir bersamaan.

"Udah pulang, De?" "Ya, kalau sudah di sini ya artinya sudah pulang." Katanya tersenyum culas. Ya bener juga sih. Pertanyaan macam apa itu? "Kamu ngelewatin sesuatu, De."

Kataku berlagak bangga, "Kemarin Chrisjul nraktir aku makan cuman dari motret-motret aku koyok model," kataku tersenyum bangga sambil mengembalikan dompetku. "Halah." Made mengibaskan tangannya, "Paling juga ditraktir kentang doang," timpalnya menuding dengan yakin. Ya bener sih.

"Lagian foto-foto apa sih? Jok ngomong buat promosi clothing linenya si Chrisjul." Semuanya tertebak. Mungkin Chrisjul dulu sering melakukan ini bersama Made. Aku tertegun dan melihat jam tangan, "Wah, kayaknya aku harus siaran lagi nih." Made tertawa sambil membalas, "Hei! Jawab dulu! Bener toh?" Aku pura-pura berlari ke studio dan menoleh. Wah, rupanya Jerry sudah datang.

"Jer!" sapaku lantang. Jerry hanya mengacungkan jempol. Yah, okelah. Pokoknya dia sampai di kantor dengan sehat. Eh, kok kedengarannya aneh. Ah, lupakan. Aku harus ke studio atau semua dramaku dengan Made ini menjadi kacau dan berantakan. Aku melihat layar monitor. Ternyata ada berita baru terkait dengan Jalan Jemursari yang macet karena tabrakan mobil.

Tanpa menunggu lama setelah lagu selesai, aku langsung memencet tombol di sebelah meja, "Hey guys, what's up? This is Diandra on YoungFreeWild FM! Buat kalian yang lagi terjebak macet di jalan, hindari jalan Jemursari karena baru saja terjadi tabrakan antara dua mobil nih, teman-teman! Semoga semuanya yang terlibat selamat ya guys! Okay guys, that's it, semoga kalian yang di jalan ataupun yang di rumah bisa selamat yah! Terutama bagi yang belum move on, ahahaha....coming up next is Wolves by Selena Gomez, dan Diandra sekalian mau nanya nih guys, kalian lebih suka vanilla atau cokelat nih? Dan kenapa? Kirimin jawaban kalian ya, lewat instagram YoungFreeWildFM dan jawaban kalian yang terbaik akan mendapatkan satu buah voucher diskonice cone di McDonald's! Diandra tunggu ya!" aku memencet tombol itu sekali lagi. Setiap kali kantor ini mendapat iklan, kita, para staff, biasanya malah menjadi orang yang tergiur dengannya. Karena sebagai orang dalam radio itu sendiri, haram namanya bagi kita untuk ikutan kuis ataupun pertanyaan berhadiah, walaupun jawabannya cukup simpel bagi kita.

Ya. Ini adalah cobaan untuk iman kita. Aku keluar untuk mencari angin segar, sekaligus melihat apakah Mas Joni sudah kembali untuk mengobati lapar di perutku. Aku melongok ke ruang tamu. Made yang sibuk bermain sambil menyetel gitar, Jerry yang terpaku di layar. Hmmm. Semua seperti biasanya. Mas Ridho sepertinya sedang di kamar mandi dan Chrisjul, sepertinya Chrisjul sibuk dengan sesuatu. Proyeknya, lebih tepatnya. Dan aku tahu pertanyaan semua orang ketika mereka biasanya mengunjungi tempat ini? Sebenarnya kita semua ngapain sih? Pertanyaan yang bagus.

Semua orang, nyaris semua orang di sini dulunya adalah penyiar untuk YoungFreeWild FM. Mas Ridho yang sekarang bekerja sebagai Manajer Operasi merupakan sepuh penyiar yang paling tua. Beliau dulunya merupakan penyiar utama di YoungFreeWild FM tahun 90an. Dipromosikan ke posisinya sekarang dan digantikan oleh Made dan Chrisjul.

Made bertugas di pagi hari dan digantikan oleh Chrisjul sorenya. Selang beberapa waktu, Jerry masuk di stasiun ini sebagai desainer grafis magang. Di saat inilah aku masuk. Menggantikan segmen Made dan Chrisjul sendiri, dan untuk Mas Joni, aku tidak tahu banyak tentangnya, tapi sepertinya Mas Joni sudah bekerja disini sejak jaman baheula. Itulah asal muasal semua manusia di gedung ini. Aku kembali ke studio.

"Hello guys, this is Diandra! Nah, kali ini aku bakal bacain jawaban kalian yang paling greget nih! Ada kevinwahyudireal di Instagram YoungFreeWild FM menjawab kalau dia suka vanilla karena itu rasa favorit mantannya, jadi berasamanis manis pahit gitu! Ahahaha, buat Si Kevin semoga kamu bisa cepet move on ya! Bakalan lebih cepet lagi karena kamu udah dapet satu buah voucher ice cone di McDonald's! Oke, selanjutnya kita ada carissagurlls di Instagram YoungFreeWild FM menjawab kalau dia suka coklat karena warnanya mirip sama warna kulit pacarnya! Wah, si Carissa bakalan seneng bangetnihngejilatinnya! Jadi kayak slerp slerp gitu ya,guys! Ahaha, selamat buat kamu yah Carissa, kamu berhak mendapatkan satu buah voucher diskon ice cone di McDonald's! Wooo, keren-keren banget nih para komentar pemenang kuis kali ini, dan kuis ini dibawakan oleh McDonald's nih, guys! Up next, kita ada lagu yang lagi ngehit banget nih di kalangan anak muda, and this is Demi Lovato featuring Cheat Codes, No Promises!" aku memencet tombol di sebelahku.

Ada yang mengetok kaca jendela studio. Ah, Mas Joni rupanya. Dan dia membawa sebuah sebungkus makanan. Ah, terimakasih Gusti! Lambungku sudah sekering Gurun Sahara.

Aku keluar studio dan menyamperi Mas Joni. "Ini Mas Andra, kembaliannya." Ujar Mas Joni menyodorkan lima ribu. "Buset! Murah banget berarti nasi bungkus ini Mas!" Mas Joni hanya tertawa. Seperti biasanya.

"Mas Joni beli dimana? Ini info penting ini bagi orang pelit kayak aku," kataku bertanya seraya memasukkan uang lima ribu tadi ke dompetku. "Yah. Di deket Ahmad Yani Mas." Kataku menudingkan jempolnya ke timur. Oke. Gak jadi. Itu jauh banget.

Yang ada malah pengeluaran bensinku melebihi kembalian nasi bungkus ini. Belum lagi baliknya. Yang ada kan, malah aku kelaparan lagi malah. Ah, sudahlah, toh info ini bisa digunakan kalau-kalau aku mampir deket jalanan supermahal itu.Kali aja suatu saat aku beli Porsche? Amin. Aku pergi ke dapur untuk mengambil piring bersih dan sendok.

Lalu aku duduk di ruang tamu, di sebelah Made yang tertidur memeluk gitar layaknya istri tercintanya. Aku membuka nasi bungkus yang dibelikan oleh Mas Joni. Isinya nasi sekepalan mangkok bayi dan tahu tempe super ekstra mini, bahkan cabainya hanya satu buah dan berwarna kecoklatan. Sialan Mas Joni.

Lebih baik aku cepat-cepat memakan nasi bungkus ini sebelum aku siaran ini. Jadilah aku melahap nasi goreng itu dengan ganas. Persis seperti anak kos akhir bulan berangkat kondangan. Dan minyaknya, Gusti, banyak banget. Sepertinya rongga mulutku pasti sudah berwarna kemerahan seperi iklan Adem Sari. Aku pergi ke dapur untuk mencuci piring ini dan mengambil air.

"Ndra," kata Mas Ridho tiba-tiba dari belakang. "Ya, Mas?" balasku dengan suara serak-serak becek. "Gak usah dicuci, biar Mas Joni aja." "Oke Mas." Lagi-lagi serak. Sialan. Suara berhargaku hilang. Lalu bagaimana ini? Apakah siaran hari ini berhenti di sini saja? Kalap dengan bayangan akan uang gajiku yang dipotong, aku mengambil gelas dan meminum air sebanyak-sebanyaknya. *Gluk* *Gluk* *Gluk* Terhitung sudah tiga kali gelas itu kosong dan kuisi lagi.

Oke, sepertinya sisa minyak di tenggorokanku hilang. Muncul masalah baru. Aku kekenyangan. Sialan.

Langkah gontaiku kembali ke studio terlihat sepintas seperti Buto Ijo berjalan. Aku tidak perduli, rasanya lambung ini mau meledak saja rasanya. Aku harus segera menyelesaikan siaran dan segera tidur. Aku tidak tahan dengan lambung besar ini. Apakah ini yang dirasakan oleh orang gemuk? Rasanya tidak.

Tidak ada sejarahnya orang menjadi gemuk karena berkali-kali minum air. Kita 'kan, bukan ikan paus. Fyuh. Aku terduduk di kursi studio, merasa lega karena lambungku terisi penuh. Kelewat penuh, malah. Aku melihat jam. Waktu menunjukkan setengah 4. Oke. Waktunya untuk closing dan segera pulang. Aku mengetuk tombol di sebelah komputer,

"Hello guys, back again with Diandra di YoungFreeWild FM! Wah udah jam setengah empat aja, nih guys! Sebentar lagi Diandra bakal pulang, tapi sebelum itu, ada newsflash nih! Buat kalian yang melewati Surabaya Town Square, harap berhati-hati yah karena baru saja terjadi kecelakaan! Kalian bisa puter balik ato bagi kalian yang pake motor nih, cari aja jalan-jalan tikus disekitar sana! Okay, that's it, setelah ini kalian bakal ditemani sama Tulus dengan tembang berjudul Gajah! This is Diandra, signing out!" aku terduduk lagi ke belakang. Mengambil napas sebentar. Aku berdiri dan beranjak keluar meninggalkan studio, sembari melihat HPku. Ada beberapa notifikasi.

Yah, bagi seseorang yang jarang dicari seperti aku, seharian penuh belum tentu berpeluang bagi seseorang untuk mencari aku. Kalau tidak menagih hutang, yah paling modus penipuan. Seperti 'Mama di kantor polisi, tolong kirim pulsa ke rekening ini' atau 'kirim pulsa. Urgent' dan sebagainya. Contoh terakhir malah miris sekali. Udah mau maling, males nulis pula. Gak ada niat dan usaha banget jadi maling. Ah, sudahlah. Mungkin bukan cita-citanya. Aku beranjak mengambil tasku di ruang tamu,

"Aku pulang semuanya!" teriakku di ruang tamu. Hampir semuanya menoleh dan menaikkan tangan mereka. Syukurlah mereka masih peduli. Saatnya pulang.