Ku awali pagi yang cerah ini dengan ucapan 'Bismillah' bersama semangat yang menjulang tinggi. Aku bersyukur masih diberi kebahagiaan dan ketenangan hati oleh Tuhan. Rasa syukurku bukan hanya terucap dilidah saja, tetapi dengan pengabdian kepada-Nya, menjalankan segala perintah-Nya, dan sebisa mungkin menjauhi segala larangan-Nya.
Seharian aku menyibukkan diri untuk berkemas pakaian dan alat-alat pribadi yang akan aku bawa untuk berlibur ke Yogyakarta hari ini bersama teman-teman seangkatan dan seluruh guru-guru di sekolahku. Saat malam menjelang, barulah aku berangkat ke sekolah diantar oleh Papahku menenteng koper dan tas besar untuk kebutuhanku nanti di tempat wisata.
Bus pariwisata sudah terparkir di lapangan upacara. Tempat duduk kami sudah diatur sebelumnya. Jadi kami tidak perlu repot lagi untuk mencari tempat duduk. Aku duduk disebelah Lulu.
Sengaja kami memilih perjalanan malam agar kami dapat beristirahat untuk melanjutkan kegiatan yang telah terorganisir besok.
Sebelum kami berangkat, aku turun dari bus dan melihati sekitar. Begitu ramai. Ada yang sedang sibuk mengecek barang-barang yang akan dibawa, ada yang sedang tertawa bersama, ada juga yang hanya bengong.
Dari sekian banyaknya orang-orang disini, aku hanya ingin Kak Rangga kesini. Walau tak menemuiku, aku berharap dapat bertemu Kak Rangga untuk yang terakhir kalinya sebelum aku berangkat ke kota orang selama beberapa hari kedepan.
"Yaa Allah. Kumohon hadirkanlah Tuan Cokelat malam ini dan pertemukanlah denganku. Aamiin" ucapku seraya menengadahkan tangan.
"Sama Yaa Allah. Aku juga memohon hadirkanlah Kak Fajri dan biarkan kami bertemu malam ini. Aamiin" ucap Laila yang tiba-tiba ada di belakangku.
"Eh, kamu nguping pembicaraanku sama Allah?" tanyaku hanya basa-basi.
"Shana Shana. Ya kedengeranlah bahkan sama orang-orang di dalam mobil. Ya kamu berdoanya di pintu mobil, terus kenceng lagi suaranya. Ahaha" seloroh Laila seraya puas mentertawakanku.
"Masa sih?" kagetku seraya melihati orang-orang didalam mobil bus ini. Jika benar mereka mendengarkan aku akan sangat malu. Dan ternyata orang-orang dalam mobil sibuk dengan kegiatan masing-masing. Hanya Lulu yang sedang melihatiku kemudian ia berkata, "Aamiin" seraya mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. Aku hanya terkekeh dengan tingkah Lulu. Ternyata hanya Lulu yang mendengarkanku tadi.
"Enggak ah! Mereka gak denger!" gerutuku sebal. Belum saja Laila sempat menjawabku, tiba-tiba Nisa datang menghampiri kami.
"Laila, tuh dicariin Kak Fajri!" seru Nisa seraya menenteng sebuah tas besar. Kemudian ia berusaha naik ke dalam bus ini.
"Wah, beneran?! Dimana dimana?" jawab Laila yang begitu antusias.
"Tuh didepan ruangan UKS!" tunjuk Nisa.
"Dadah Shana! Allah mengabulkan doaku lebih dulu. Semoga doamu juga nyusul ya!" ucap Laila semangat sembari berlari.
"Yaa Allah. Kenapa doa Laila dulu yang dikabulkan? Aku kapan Yaa Allah?" lirihku memelas.
Meski yang diharapkan tak kunjung datang, acara tetaplah berjalan dan kini semua sudah masuk kedalam bus pertanda perjalanan ini akan dimulai. Buspun satu persatu dilajukan. "Bismillahirrahmanirrahim" ucap seluruh penumpang dalam bus yang aku tumpangi. Tak lupa sang pemandu wisata memperkenalkan diri setelah itu menjelaskan destinasi yang akan di lalui dan terakhir mengadakan sebuah permainan berhadiah.
Aku sangat tidak tertarik dengan permainan si pemandu wisata ini. Aku lebih tertarik melihat pemandangan malam dari jendela mobil. Ditengah malam yang gelap, lampu-lampu kecil berhamburan disekitar gunung. Mungkin lampu-lampu disana berasal dari rumah-rumah warga. Sangat indah. Tuhan, aku suka ini.
Kemudian aku menengadahkan wajah ke atas. Kulihat bintang-bintang berkelip-kelip. Malam yang cerah sehingga kulihat bulan sabit terpajang dengan sempurna diatas langit sana. Tuhan, terimakasih. Ini indah.
Bibirku tak henti mengucap tasbih seraya tersenyum hingga aku terlelap dalam tidur. Aku terbangun ketika mobil berhenti. Ku kucek mata untuk melihat lebih jelas ke luar jendela mobil. Ternyata mobil bus ini berhenti di sebuah Masjid besar. Apa sudah Subuh?
Kudengar juga ada yang sedang mengumandangkan Azan. Kamipun turun untuk melaksanakan Shalat Subuh terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan.
Setelah Shalat Subuh, kami kembali melanjutkan perjalanan. Tak butuh waktu lama, akhirnya kami tiba di sebuah hotel. Kami diberi kunci kamar masing-masing. Satu kamar ditempati oleh empat orang. Tentu saja aku satu kamar dengan sahabat-sahabatku-Lulu, Eva, dan Risma.
"Hey, katanya hotel ini angker loh, guys!" sahut Eva yang tiba-tiba membahas topik serius.
"Angker gimana?" tanyaku seraya melipat baju untuk aku masukkan kedalam lemari. Dalam kamar ini terdapat dua ranjang. Aku tidur satu ranjang dengan Risma, sementara Eva tidur satu ranjang bersama Lulu.
"Ya angker aja. Soalnya kemarin aku searching di internet bareng anak-anak. Kalo bisa nawar, aku enggak mau di hotel ini" ucap Eva seraya membereskan pakaiannya juga.
"Itu mitos kali, Va! Disini gak ada yang aneh-aneh kok. Bener gak, Ris?" tanya Lulu dengan tenangnya.
"Eh, tapi aku juga denger kok. Di hotel ini emang angker. Tapi gak tau angkernya gimana" ucap Risma secara tidak langsung membenarkan ucapan Eva.
"Eh, syut. Jangan berisik. Dengerin! Ada suara yang melangkah!" sahutku yang niatnya menjahili mereka.
Kami semua diam dan saling memandang. Tiba-tiba pintu kamar terbuka dengan sendirinya dan dengan cepat satu kepala muncul dari balik pintu.
"Aaaaaaaa!!!" Kamipun berteriak karena kaget.
"Astaghfirullah. Ada apa?!" kaget seseorang gadis dari balik pintu. Dia teman seangkatanku dari kelas 11 IPS 4. Kami yang merasa tertipu akhirnya tertawa mentertawakan ulah kami.
"Kata Pak Kepala Sekolah kalo udah beres-beresnya langsung ke ruangan aula, ya!" ucap gadis itu. Aku fikir apa, ternyata hanya menyampaikan pesan. Ini diluar dugaanku. Tadinya aku yang akan menjahili mereka, tetapi aku yang merasa dijahili.
Setelah mempersiapkan diri, kamipun berangkat ke lokasi pertama, Museum Bapak Soeharto. Kemudian berangkat kembali ke lokasi kedua yakni Candi Prambanan. Ini sungguh menyenangkan, kami dibebaskan untuk berfoto dan menjelajahi kedalam candi-candi disini.
Setelah puas berfoto dan berkeliling disekitar Candi, kami akhirnya melakukan perjalanan ke lokasi ketiga.
Buspun melaju dan aku langsung merogoh ponselku. Seperti biasa, aku men-stalker akun media sosialnya Kak Rangga. Melihati setiap postingan yang Kak Rangga unggah. Namun, ada satu akun yang Kak Rangga tandai dalam postingannya. Akun itu bernama, Elsa Nurul.
Aku begitu penasaran dengan akun itu maka akupun mencoba untuk men-stalker akun itu. Ternyata dan ternyata akun Elsa ini adalah kakaknya Kak Rangga dan entah bagaimana awalnya ternyata akunku dengan akun kak Elsa sudah berteman. Oh Tuhan, takdir apa lagi yang menimpaku kini? Aku bahagia Tuhan.
Aku menjerit dalam hati karena kegirangan. Lantas akupun mulai mengirim pesan untuk Kak Elsa sebagai perkenalan. Aku berharap suatu saat nanti aku akan menjadi adik ipar Kak Elsa.
Kak Elsa cantik, mirip seperti artis Korea. Ditambah kerudung rapi yang menutupi kepala hingga dadanya membuat ia terlihat seperti perempuan berpendidikan. Dan setelah aku mencari tahu, Kak Elsa adalah seorang Dosen di satu Universitas Negri di kotaku.
Oh Tuhan, aku bertambah bahagia ketika pesan-pesanku dibalas oleh Kak Elsa dengan begitu ramah. Bahkan semakin kesini, Kak Elsa menganggapku seperti adiknya. Ini aku simpulkan dari kata-katanya yang ia kirimkan lewat pesan.
"Kakak juga punya adik di sekolah Shana. Namanya Rangga, kelas 12 IPS 1" ulas Kak Elsa dalam pesan. Aku tak menyangka jika Kak Elsalah yang mulai duluan membahas Kak Cokelatku.
Oh Tuhan, terimakasih. Aku sangat bahagia. Jika Kak Rangga yang belum bisa aku dekati lantaran malu, maka mendekati kakak perempuannyapun tak apa. Oh Allah, aku tak bisa berbohong. Dalam lantunan doaku, aku berharap Kak Ranggalah yang menjadi jodohku kelak. Meski ini terdengar mustahil. Tapi aku tak akan pernah berhenti menggantungkan harapan dalam doa.