Siang itu diriku disibukkan di airport karna menunggu teman lama ku datang dari luar pulau ketika diriku sedang asyik mengobrol dengan teman ku via chat untuk janjian ketemu,karna pesawat yang doi tumpangi sudah mendarat,saking asyik nya diriku tak menyadari seseorang di depan ku hingga terjadilah "BRUUKKK...!" badan ku menubruk seorang wanita yang ada didepan ku.
"aduh...!"desah wanita tersebut
"Eh maaf...maaf Mbak"ujar ku
Wanita tersebut berbalik kearah ku, dan yang membuatku terdiam adalah pandangan pertama ku ketika melihat wanita yang didepanku ternyata dirinya bercadar hanya terlihat matanya saja, tak ada celah sedikitpun keculai matanya yang bisa aku pandangi.
"Mas kalau jalan matanya kedepan jangan ke hp terus, masa orang berhenti di tabrak" sahutnya
"Maaf Mbak, bukan maksud Aku sengaja menabrak, Aku lagi sibuk mau ketemu teman yang janjian disini"
Wanita tersebut hanya memandangi ku sebentar kemudian berlalu dari hadapan Ku, Aku sendiri begitu malu karna akibat kecerobohan Ku membuat diriku bersentuhan dengan wanita yang bukan mahrom aku.
"Assalamu'alaikum Be" suara dari lelaki dari belakang mengejutkan ku
"Eh Wa'alaikumsalam" sahut ku
"Ahlan wa sahlan, gimana kabar mu?" tanya nya
"Khair...Kamu sendiri gimana?"
"Aku baik juga Brow" ujar ku namun pandangan ku alihkan lagi kearah wanita bercadar yang barusan ku tabrak ternyata sudah menghilang dari pandangan ku
"Heh...Kamu nyari siapa Be?" tanyanya heran kepadaku
"Enggak, itu loh?"
"Itu siapa?"
"Tadi kan Aku lagi chat Kamu, enggak sengaja nabrak akhwat bercadar" ujar ku menjelaskan
"Wah wah Kamu ini kayaknya penasaran banget sama tuh Akhwat,
hati hati loh bisa cinta pada pandangan pertama" canda teman ku sebut saja Abdillah
"Apaan sih Dil, mana bisa lah Aku cinta orang lihat wajahnya aja enggak bisa cuman matanya doang" bela ku
"Tapi rasa penasaranmu itu yang bisa bisa membuat penyakit di hati, udah ah yuk enggak usah mikirin yang enggak enggak" ajaknya
Sebeneranya perkataan Abdillah memang benar semenjak insiden kecil barusan hati ku benar penasaran dengan wanita dibalik cadar tersebut, meskipun pertemuan kami terbilang singkat namun sukses membuat diriku bertanya tanya siapa kah gerangan dirinya?apakah bisa aku bertemu dengannya kembali?, jujur aku sangat mengidam idamkan memiliki istri yang pandai menutup diri seperti berhijab panjang juga bercadar.
Aku bersama Abdillah lalu berjalan menuju Bus bandara yang akan mengantar kami keterminal dan dari terminal lalu kami melanjutkan kearah desa tempat dimana aku tinggal, desa yang sangat jauh dari hiruk pikuk Ibu kota.
Abdillah sebenernya adalah teman satu kampung dengan ku juga teman satu SMA namun semenjak lulus sekolah dan diterima di perusahaan pertambangan diseberang pulau dirinya pulang hanya 3 bulan sekali.
Diperjalanan Abdillah nyeletuk
"Be kamu kapan nikah?"
"Yah kamu nanya kapan aku nikah, seharusnya aku yang nanya kapan kamu nikah?, udah sukses di pulau seberang masa belum nikah juga" tanya ku balik
"Aku sebentar lagi Be, ini aku pulang karna bakal di kenalin sama wanita pilihan Bapak ku, rencana kalau cocok cuti kedepan aku menikahinya"
"Wih mantap kawan, moga sukses deh" sahut ku
"Makanya sekarang aku tanya kamu Be, udah 19 tahun masa belum nikah juga"
"Yah aku masih nyari kerjaan dulu Dil, kamu kan tau kerjaan ku hanya memelihara sapi dan kambing punya Ayah ku, selain itu ikut paman ku kesawah. Lagian masih terlalu muda Dil bagi ku untuk nikah"
"Yah terlalu sempit pikiran kamu Be, nikah itu ibadah dan Allah menjamin kepada pemuda yang ingin menikah, fitnah wanita itu besar kalau Kamu enggak segera menikah bakal kena fitnah loh kaya sewaktu dibandara barusan" candanya
Benar juga apa yang dibilang oleh Abdillah karna nikah itu enggak nunggu umur kita tapi nunggu kapan kita siap, karna dalam Agama ku menganjurkan bagi para pemuda untuk menikah karna menikah bisa menundukan pandangan juga kemaluan, namun pernikahan juga butuh dana sedangkan aku sendiri masih nganggur belum kerja, Ayah ku melarang ku bekerja di luar kota dikarnakan takut aku bisa terkontaminasi pergaulan kota yang sudah mulai mengikuti gaya hidup di barat.
Bisa di maklumi aku sedari kecil di didik dengan keras masalah Agama karna Ayah dan Ibu ku sangat menjunjung tinggi sunnah Rasulullah dalam kehidupan sehari hari, jangan kan pacaran mengenal seorang wanita pun aku belum pernah, aku disekolahkan di sekolah Agama yang jauh dari kata berkhalwat dengan wanita karna disekolahku lelaki semua enggak ada yang wanita.
Setelah mengantarkan Abdillah kerumahnya lalu aku pulang kembali kerumah, karna waktu sudah menunjukan waktu sore hari waktu nya untuk ku mencari rumput dan daun nangka untuk makanan sapi dan kambing punya Ayah.
Setelah sampai dirumah aku melihat sepertinya ada tamu yang datang karna sandal dan sepatu yang enggak ku kenali pemiliknya, saat masuk rumah aku lalu mengucap salam.
"Assalamu'alaikum" ujar ku sembari masuk
"Wa'alaikumsalam" sahut 4 orang yang ada diruang tamu yang dua dari Ayah dan Ibu ku yang dua lagi sepasang suami istri yang entah siapa sepertinya teman akrab Ayahku
Aku masuk sembari memberikan senyum ku kepada tamu tersebut dan melanjutkan berjalan kearah dapur untuk mengambil peralatan mencari rumput, saat hendak melewati mereka tiba tiba Ayah ku memanggil
"Be mau kemana?. Ada tamu kok di lewatin gitu aja, duduk sini" pinta Ayah
"Tapi Yah waktunya mencari rumput kan?"
"Udah duduk dulu sebentar, teman Ayah mau kenalan sama kamu" ujar beliau sedikit memaksa
Akhirnya aku pun menuruti kehendak Ayah dan duduk disampingnya sembari tertunduk
"Oh ini Mas yang namanya Abe?" ujar teman Ayah
"iyah yang kamu lihat dulu masih bayi sekarang udah gede"
"Nak Abe sekarang umurnya berapa?" tanya teman Ayah
"19 tahun om" sahut ku
"Wah cocok Buk anak kita 18 tahun" bisik teman Ayah kepada istrinya
Entah maksud dari pembicaraan "cocok" itu apa aku masih bertanya tanya dan apa hubungan ku dengan anak beliau yang berbeda dengan ku satu tahun.
"Nak Abe target nikah umur berapa?" tanya teman Ayah
"Wah kalau ditanya nikah masih belum kepikiran Om, kerjaan aja belum punya" jawab ku sekenanya
"Terus sehari hari kamu kerjanya ngapain?"
"Yah cari rumput buat pakan ternak, kesawah bantu paman" jawabku
"Itu kerja namanya Nak, kalau tidur seharian enggak ngapa ngapain namanya pengangguran"
Aku hanya menganggukkan kepala tanpa berani memandang kearah teman Ayah,
"Maaf Om mau tanya soal ibadah apakah Nak Abe sholatnya 5 waktu?"
"Insya Allah Om" sambil menganggukkan kepala
"Dimasjid?" tanya Beliau lagi
"Insya Allah Om" lagi lagi kata itu yang terlontar dari mulutku
"WAh cocok Mas jadi mantu kita" bisik istri Beliau
Meskipun dengan pelan istri teman Ayah berbisik kesuaminya namun tetap aja aku mendengarnya dan kata kata "Mantu" tersebut membuatku sedikit shock antara penasaran dan heran aku bergumam
"Kenapa harus aku?, siapa juga wanita yang mau menikah dengan pria desa seperti ku?, dan kenapa teman ayah begitu ngotot menanyakan soal pribadi ku?"
Begitu banyak pertanyaan yang mengganjal dalam benak ku, Ayah ku yang biasanya kedatangan teman karibnya biasa aja ketika aku lewat di hadapan beliau dan kali ini diriku malah di suruh memperkenalkan diri di hadapan teman Beliau.
Ketika aku sedang berpikir tiba tiba teman Ayah berbicara sesuatu yang membuat aku terkejut dan tidak percaya, beliau berkata "Nak Abe apakah Kamu siapa menikah dengan Anak Om?"
"Terdiam tanpa bisa berkata apa apa"
"Kalau Nak Abe siap, besok kerumah Om yah, nanti Om pertemukan dengan Anak Om"
"Menikah?, dengan Anak beliau?, GILA barusan tadi siang aku membicarakan tentang pernikahan dengan Abdillah dan sekarang tanpa diduga aku akan dijodohkan dengan anak teman Ayah?, mimpi apa aku semalam?" bathin ku