Chereads / Wanita Dibalik Cadar / Chapter 3 - Chapter 3

Chapter 3 - Chapter 3

Subuh jam 3 pagi 2 jam sebelum adzan di kumandang kan di mesjid aku sudah terbangun, bukan karna apa aku bangun terlalu dini karna aku mesti mempersiapkan mental supaya enggak demam panggung(dikata konser).

Aku duduk lesu dimuka rumah memikirkan nasib ku yang entah bagaimana jadinya, ingin menolak aku takut mengecewakan Ayah dan pastinya penilaian Aisyah terhadapku makin minus dimatanya, ingin menyanggupi tantangan dari Aisyah aku juga takut ketika bacaan ku ada yang salah maklum manusia kalau lagi gugup kadang yang dihapal bisa ngeblank gitu aja.

"Lagi mikir apa Nak?. Tumben pagi pagi gini udah bangun duluan" sapa Ayah ku

"Enggak yah cuman rada gugup aja" sahut ku

"Gugup kenapa?, kamu bener hapal endak itu surah yang di minta Aisyah?"

"Hapal sih Yah, tapi kalau gugup kadang Abe ngeblank, takut pas ditengah tengah ayat abe lupa sama bacaan abe" ujar ku sembari tertunduk

"Niatnya dilurusin insya Allah kamu ndak akan lupa"

"Maksud Ayah niat yang bagaimana?" tanya ku bingung kepada beliau

"Niat kamu jadi imam itu karna apa?Lillahita'ala atau karna Aisyah?"

"Lillahita'ala Yah" sahut ku

"Kalau Lillahita'ala yah ngapain grogi?itu tandanya niat kamu masih belum bener Be"

"Terus Abe mesti gimana Yah?"

Beliau lalu menepuk pundak ku seraya berkata "udah kalau kamu niat karna Allah berangkat aja, mau suara kamu jelek atau enggak Bismillah, toh yang nilai Allah bukan jemaah apalagi Aisyah"

Aku lalu berangkat menggunakan sepeda pancal milik Ayah menuju ke kampung Aisyah, aku menggenjot sepeda sembari memikirkan kata kata Ayah barusan yah aku sadari memang niat ku salah, aku ingin menjadi imam sholat hanya karna mengejar pujian dari Aisyah dan ini termasuk dosa besar karna ada tersimpan sifat riya di dalam hati ku, akhirnya aku bulat kan tekat ku untuk berniat karna Allah semata tanpa mengharap pujian dari Aisyah ataupun para jemaah, mau di puji atau dijelekin masa bodo yang penting Allah ridho.

Setengah perjalanan tiba tiba adzan pun berkumandang, aku lalu mempercepat laju sepeda ku agar tidak telat sampai di tujuan, setelah sampai aku lalu menaruh sepeda di parkiran lalu menuju kearah masjid, saat hendak masuk tiba tiba om Abdurrahman memanggil ku.

"Nak Abe..."

"Iyah Om?" sahut ku

"Udah siap jadi imam?" tanya beliau

"Insya Allah siap Om" jawab ku mantap

Saat sedang ngobrol tiba tiba lewat lah sang bidadari dari arah belakang Om Abdurrahman melewati kami menuju ketempat wudhu, tanpa menoleh tanpa menyapa doi melewati ku begitu saja.

Aku lalu masuk masjid kemudian sholat sunnah 2 rakaat enggak lama iqomah pun di kumandangkan, aku lihat orang orang yang masuk masjid cukup banyak kalau di hitung mungkin ada dua shaf, dan sukses membuat perasaan minder ku muncul kembali namun aku berusaha membuang perasaan itu jauh jauh dan kembali pada niat awal kesini.

Lalu Om Abdurrahman mempersilahkan ku untuk maju kedepan mengimami para jemaah yang hadir.

Saat maju kedepan aku pun berbicara kepada jemaah "luruskan shaf dalam shalat, karena meluruskan shaf bagian dari kesempurnaan shalat" (HR. Muslim 435)

Setelah dirasa cukup lalu aku mengumandangkan takbir "Allahu akhbar"

Setelah membaca surah Alfatihah aku lanjutkan dengan membaca surah Ar Rahman, dengan menarik nafas panjang akhirnya ku lantunkan ayat suci di hadapan puluhan jemaah yang hadir.

Ar-rahman(u)

"(Rabb) Yang Maha Pemurah," – (QS.5ْ5:1)

'Allamal quraan(a)

"Yang telah mengajarkan Al-Qur'an." – (QS.55:2)

Khalaqa-insaan(a)

"Dia menciptakan manusia," – (QS.55:3)

َ

'Allamahul bayaan(a)

"Mengajarnya pandai berbicara." – (QS.55:4)

Asy-syamsu wal qamaru bihusbaanin

"Matahari dan bulan (beredar), menurut perhitungan." – (QS.55:5)

Hingga ayat ke 50 aku hentikan lalu ruku dan sujud ketika berdiri kembali aku ulang membaca Al fatihah setelah itu ku lanjutkan bacaan surah Ar Rahman dari Ayat 51 hingga ayat 78.

Setelah salam akhirnya lega juga diriku dapat menyelesaikan bacaan surah Ar Rahman tersebut meskipun di tengah tengah lidah ku tercekat akibat rasa gugup menghampiri namun Alhamdulillah dapat ku kendalikan kembali.

Setelah selesai sholat aku lalu keluar masjid dan menghampiri sepeda ku untuk segera pulang kerumah,namun Om Abdurrahman memanggil ku kembali.

"Mau kemana Nak?, enggak mampir dulu kerumah?" pinta beliau

"Ah enggak Om masih banyak kerjaan dirumah yang harus aku selesaikan(padahal enggak ada sih cuman malu aja mesti ketemu si Aisyah)"

"Oh begitu padahal Om pengen ngajak kamu main catur pagi ini, tapi yasudah lah enggak apa apa, oia bacaan mu bagus suaranya top rekomendasi banget kalau bisa gantiin Om jadi imam sholat di masjid ini"

"Aduh maaf om, saya masih belajar dan belum berani untuk jadi imam sholat disini"

"Sama aja om juga masih belajar bukannya setiap muslim harus belajar terus dan berhenti belajar ketika sudah di liang lahat"

"Aduh kata kata beliau bikin diriku mati kutu, kenapa harus aku padahal masih banyak pemuda disini yang mumpuni ketimbang diriku" bathin ku

"Yaudah kalau Nak Abe gak mau enggak apa apa yang penting Nak Abe sudah menunjukkan bahwa Nak Abe emang pantas untuk menjadi imam buat Aisyah" ujar beliau sambil menepuk bahu ku

Diriku hanya bisa manggut manggut, tiba tiba ku cium wangi semerbak melewati ku, saat pandangan ku angkat ternyata Aisyah lewat begitu saja dan lagi lagi tanpa menyapa apalagi memberi salam kepada ku dan Ayahnya.

Meskipun Ayah Aisyah sudah menyetujui pernikahan ku dengan Aisyah tetap saja keputusan ada ditangan Aisyah, saat melihat dirinya yang cuek begini aku begitu pesimis dab pasti lamaran ku akan di tolaknya.

Setelah berpamitan dengan Ayah Aisyah aku kembali pulang dengan mengayuh sepeda lambat sekali sembari membathin "Ya Allah kalau Engkau mentakdirkan Aisyah menjadi istri ku maka mudahkan lah segala urusan hamba, apabila dirinya bukan jodoh ku maka jauhkan lah dirinya dari pikiran ku yang membuat ku berdosa karna memikirkan yang belum halal untuk ku"

"Derrrttt...derrrttt" tiba tiba hp ku bergetar seperti ada pesan masuk, lalu ku buka hp ku tanpa menyetop laju sepedaku

Saat ku buka ada pesan dari nomor tak dikenal, pesan tersebut berbunyi

"Teruntuk calon imam ku Mas Abe, makasih telah membuktikan kalau Mas Abe memang layak menjadi imam ku kelak, maaf yah Mas atas permintaan ku yang aneh aneh tapi insya Allah sekarang aku yakin kalau Mas Abe bisa menjadi Imam yang akan menuntun ku kelak ke surgaNya, tolong jangan di balas sms ini hingga waktu yang tepat sampai kita halal nanti, jazakallahu khairan"