Setelah menjemput Aisyah dari kampusnya kami lalu langsung kerumah peninggalan Alm.Neneknya untuk segera membersihkan rumah tersebut dikarnakan bertahun tahun di tinggalkan tanpa berpenghuni otomatis rumah tersebut akan kotor dan tak terawat.
Aku dan Aisyah lalu membagi tugas kalau Aisyah membersihkan bagian dalam rumah sedangkan diriku membersihkan halaman serta daun dan ranting ranting yang berguguran, rumah peninggalan nenek Aisyah cukup nyaman dengan ukuran tanah 10x20m sedangkan bangunan rumahnya 3x6 dengan 2 kamar serta dapur dan kamar mandi cukup lah buat kehidupan kami yang masih baru membangun keluarga kecil nan sederhana.
Setelah dirasa bersih aku melanjutkan masuk kedalam rumah untuk melihat Aisyah sudah selesai apa belum, saat masuk kedalam ternyata yang aku lihat si Aisyah malah tidur di kursi ruang tamu dengan tangan yang masih memegang sapu, aku tersenyum sembari menggelengkan kepala lalu aku mendekat kepadanya dan dengan perlahan menggendongnya,dengan berat 50kg masih sanggup diriku menggendongnya kalau lebih entah lah mungkin ku biarkan dirinya tidur dikursi.
Saat aku menaruh tubuhnya di ranjang dengan perlahan tiba tiba Aisyah terbangun
"hmmm....eh Mas Abe kok aku di taruh di kasur?" ujarnya terkejut
"yah abisnya kesian liat kamu tidur sambil duduk di kursi yaudah aku pindahin aja kesini" jawabku
"tapi pekerjaan ku belum selesai Mas"
"udah kamu tidur aja entar mau Ashar aku bangunin yah" ujar ku sembari menahan tubuhnya
"beneran Mas enggak mau aku bantu"
"iyah lagian kamu habis kuliah kan pasti capek kalau urusan rumah biar aku yang kerjain"
"Maaf yah Mas malah bikin kamu kerja sendirian, tadi seharian emang numpuk tugas di kampus makanya malah kecapean pas mau bersih bersih rumah"
"yaudah aku mau lanjutin kerjaan ku yah" seraya berdiri
"tunggu Mas" ujarnya memegang tangan ku
Saat hendak berbalik menghadapnya diriku terkejut karna wajahnya begitu dekat dengan wajah ku serta jari jemarinya bermain di sekitar pipi ku,Aisyah lalu berbisik di dekat telingaku "Qolbie laa yaro illaa habieban lahu(Hati ini tidak akan melirik selain pada kekasihnya)"
Lalu Aisyah mencium pipi kanan ku, saat Aisyah mencium pipi ku, seperti ada energi yang masuk kedalam jiwa ku dan sukses membuat ku terdiam dan terpaku untuk beberapa saat sembari memegangi bekas pipi yang di ciumnya, ini adalah pertama kalinya pipi ku dicium oleh seorang wanita ternyata inilah yang dinamakan kebanyakan orang yaitu surga dunia, karna aku begitu menikmati sensasi sentuhan itu.
"Mas...?, Mas Abe...?, kok diem gitu kaya patung?"
"Masss...eh Mas bebe kesambet yah?" sembari menggoyangkan tubuhku
"eh sorry sorry tadi kamu ngomong apa barusan" ujar ku yang sudah mulai sadar
"iiisshh...kirain Mas Abe kesambet dipanggilin dari tadi enggak nyaut nyaut" ujarnya
"yaudah aku mau lanjut yah hehe, misi"
"BRUAKKK...!!" "aduh Astaghfirullah😣" aku menahan sakit akibat kaki ku tersandung lemari kecil yang ada didekat pintu
"Mas kamu kenapa?, sakit?" tanya nya
"oh enggak kok, udah yah kamu istirahat aku mau keluar, dah" ujar ku yang langsung bergegas keluar kamar sedangkan Aisyah hanya tertawa pelan melihat kelakuan bodoh ku tadi
"Ah kampret emang, kenapa aku jadi grogi dan salah tingkah gini sih?padahal mau dicium dimana pun emang kami sudah halal, malu maluin aja dah dihadapan Aisyah" gumam ku sambil mengelus kaki yang nyut nyutan
Malam harinya setelah sholat isya di masjid yang sedikit jauh dari rumah aku lalu pulang dengan berjalan kaki, saat sampai dirumah aku mencium bau wangi masakan aku lalu bergegas masuk kedalam rumah.
"Assalamu'alaikum" sapa ku
"wa'alaikumsalam, eh suami Aisyah udah dateng, sini Mas makan bareng kebetulan Aisyah buatkan m asakan yang enak dan kesukaan kamu nih" ujar Aisyah
"dari mana kamu tau kalau aku suka opor ayam dan telur?" tanya ku heran
"dari mertua hehe, ayo dong cicipin Mas enak ndak?" pintanya
Aku lalu duduk di kursi meja makan dan menuang kuah opor tersebut lalu menyicipinya, setelah menyicipinya ternyata masakan yang Aisyah masak enggak berbeda dengan masakan yang ibu ku biasa masak cuman bumbunya lebih nendang sedikit punya Aisyah ketimbang punya ibu
"gimana Mas enak enggak?" sambil tangannya di lipat ke meja menunggu jawaban dari ku
"top" jawab ku dengan jempol yang di arah kan ke Aisyah
"Alhamdulillah kalau Mas suka" sembari tersenyum lalu mengambilkan nasi untuk ku di piring
Setelah makan selesai aku lalu duduk di ruang tamu sembari bersantai sejenak, enggak lama Aisyah menyusulku dengan membawakan 2 cangkir teh hangat yang di hidangkan didepan ku, ah nikmat sekali hidup ini ketika ditemani oleh bidadari dirumah yang sangat pengertian tanpa harus menunggu disuruh dirinya sudah menyiapkan segala sesuatu yang aku butuhkan.
"oia tadi pagi keknya aku teringat sesuatu hal yang ingin Mas omongin?" tanya Aisyah membuka obrolan
"mau ngomong apa yah?, kayaknya enggak deh?" ujar ku sembari menggaruk kepala
"iiihh...masa belum umur 20 tahun udah pelupa?" protesnya
"oia iyah aku baru inget, hmmm...jadi gini Syah, aku itu sebenernya enggak enak sama orang tuamu"
"enggak enak?, enggak enak kenapa Mas?"
"yah enggak enak aja, masa udah nikah enggak modal, rumah juga malah rumah dari nenekmu, sedangkan aku sendiri belum mempunyai apa apa buat kita, kerja pun belum" ucap ku
"Mas kok ngomong seperti itu?, gini yah Mas, sebenernya ini rumah memang di khususkan buat aku ketika kelak aku nikah nanti dan orang tua aku sama sekali enggak mempermasalahkan mau Mas miskin ataupun kaya karna seorang calon imam itu ketika agama dan akhlaqnya baik maka semuanya akan baik, percuma Mas kalau aku bersuami orang kaya namun agama dan akhlaqnya buruk, bukannya rumah yang di harapkan surga ada disana malah yang ada neraka"
"makasih yah Syah, insya Allah aku tetap berusaha kok untuk mencari pekerjaan yah walaupun hanya menjadi buruh"
"enggak apa apa Mas, walaupun buruh tetap setiap tetes keringat yang Mas keluarin tercatat seperti jihad fii sabilillah"
Aku lalu tersenyum sembari membelai rambutnya, betapa bersyukurnya ketika aku memiliki istri secantik dan sepengertian kaya Aisyah,dia begitu sangat mengerti dengan kondisi suaminya yang masih belum mapan bahkan enggak perduli mau suaminya kerja jadi buruh yang penting baginya uang yang aku hasilkan adalah uang halal.
Saat sedang mesra mesraan ama Aisyah tiba tiba hp ku berdering tanda telfon masuk, ketika melihat ke layar hp ternyata teman ku bernama usuf menelpon ku, "ah ini bocah ganggu orang lagi pacaran aja" ucapku dalam hati
"Hallo Assalamu'alaikum Pak ustadz" ucap usuf
"wa'alaikumsalam,jangan panggil ustadz lah suf jadi beban buat ku yang belum berilmu ini" sahut ku
"haha canda brow, eh btw kamu udah kerja belum?" tanya usuf
"belum men, aku masih nganggur ini pusing mau cari kerja" jawab ku
"ikut sama aku ae lah brow mau ndak?"
"kerja apa brow?" sahut ku
"yah kerja buang sampah ikut mobil dinas kebersihan, mau ndak?. kerjanya cuman 2 jam kok tapi yah kowe harus tahan sama bau sampah" ujar usuf
"ya wes ora popo brow, aku terima dah yang penting halal" jawab ku dengan antusias
"oke brow besok habis subuh kerumah ku yah kita bareng berangkatnya"
"oke brow, matursuwon yah" ujar ku lalu menutup telponnya
Aisyah lalu menghampiriku dengan wajah penasaran dirinya kemudian bertanya "telpon dari siapa Mas?"
"oh ini dari usuf temen ku di kampung Syah" jawab ku
"oh ada apa emangnya Mas?"
"dia mau nawarin aku kerja Syah, tapi yah itu kerjaannya buang sampah"
"Alhamdulillah rezeki enggak kemana yah Mas" ujarnya dengan wajah sumringah
"kamu enggak malu pekerjaan suamimu sebagai pembuang sampah?"
"dih ngapain aku malu Mas, toh Mas Abe kan bukan kerja sebagai pencuri atau rampok kan?"
"iya juga sih"
"udah ambil aja Mas, aku selalu dukung Mas kok asalkan halal aja, enggak perduli walau Mas bekerja sebagai pembuang sampah atau buruh bangunan sekalipun"
Karna saking terharunya aku lalu mencium keningnya entah gerakan itu seperti reflek begitu saja padahal untuk menyentuh Aisyah pun belum ada keberanian sama sekali, Aisyah pun terdiam memandangiku enggak lama bibirnya tersenyum merekah lalu berucap
"iihhh Mas Abe udah berani yah cium Aisyah 😣"