Chereads / Wanita Dibalik Cadar / Chapter 16 - chapter 16

Chapter 16 - chapter 16

Saat malam tiba aku dan Aisyah berdua didalam kamar namun bagi ku Aisyah seperti jauh dariku meskipun raganya ada disebelah ku,posisi tidurnya bukan menghadap ku malah membelakangi ku,aku lalu berusaha Memanggilnya "Sayang?kamu masih marah sama aku?"sembari tangan ku memegang lengannya namun tak ada jawaban dari Aisyah malah wajahnya makin di benamkan di bantal.

Aku lalu duduk dan kembali Memanggilnya "Syah bukan kah wanita beriman itu ketika di panggil suaminya akan langsung datang menghampiri suaminya?"

Enggak lama setelah aku berkata demikian,Aisyah lalu bangun dan duduk menghadap ku namun wajahnya masih ditundukkan,aku lalu dengan lembut memegang dagunya dan menghadapkan wajahnya ke wajah ku,betapa terkejutnya diriku mendapati wajah Aisyah penuh dengan air mata yang membasahi seluruh wajahnya.

Aku dengan pelan menyapu air matanya di kedua pipi Aisyah sembari berucap

"istri Mas Abe kenapa kok menangis sebegini nya?"

"maaf Mas,bukan maksud Aisyah mendiamkan Mas Abe tadi Aisyah teringat Alm.nenek yang ngomong persis seperti omongan mu tadi di sawah,aku takut Mas kalau pada akhirnya kamu bakal pergi ninggalin aku selama lamanya"sembari sesegukan menangis

Aku tersadar ternyata permasalahannya adalah saat aku berkata tentang kematian jadi Aisyah seperti ini,

"Mas aku tau setiap manusia pada akhirnya juga bakal bertemu dengan yang namanya kematian,tapi aku enggak berharap dan enggak mau kamu mati saat dimana cinta di hati ku saat ini mulai bersemi untuk mu Mas,aku kan bilang sebelum di sawah kalau aku pengen di hari tua menikmati hari hari bersamamu Mas,dan aku besarkan pengen kamu lah yang menjadi Bapak dari anak anak ku kelak mas tau kan sebelum menikah dengan ku,aku banyak mengetes Mas ini dan itu,karena aku pengen anak ku dididik oleh seorang Ayah yang benar benar tau agama

Banyak Mas sebenernya yang ingin ta'aruf dengan ku,dan kebanyakan dari keluarga yang berada termasuk Rendy dan semua aku tolak karena aku mendengar hadis dari Rasulullah shallallahu'alaihi wassalam" "Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar." (HR. Tirmidzi. Al Albani berkata dalam Adh Dho'ifah bahwa hadits ini hasan lighoirihi)"ujar Aisyah

Aku begitu terharu saat dirinya berkata demikian,sesak rasanya dada ku akibat menahan supaya air mata ini tak sampai tertumpah dihadapan Aisyah,ternyata cintanya kepadaku memang tumbuh karena Lillahita'ala bukan cinta yang semu.

Aku lalu tersenyum sembari membelai wajahnya lalu berkata

"kalau begitu jangan pernah berhenti berdoa kepadaNya untuk keluarga kecil kita yah"

Aisyah lalu menatapku sembari tersenyum kemudian dengan pelan menganggukan kepalanya,yah semoga saja yang diprasangkakan Aisyah memang hanya was was sayithon,dan aku juga berharap bisa menikmati masa tua ku bersama Aisyah melihat anak cucu kami kelak.

Keesokan harinya seperti biasa jam 9 pagi aku bersiap siap untuk bekerja membantu paman,namun tiba tiba mobil mertuaku datang lalu berhenti tepat didepan rumah ku,kok tumben mertua datang kerumah tanpa menelpon?bathin ku.

"Assalamu'alaikum"sapa mertuaku

"wa'alaikumsalam Yah"sahut ku

"pagi pagi mau kemana Nak?"tanya beliau

"mau kerja Yah,bantu bantu Paman"jawabku 

"oh kerja apa emang Nak?"

"ya apa yang bisa aku kerjakan Yah yang penting bisa menghasilkan uang"jawab ku

"oh gitu,gini Nak,kebetulan Ayah kesini mau nawarin sesuatu sama kamu kalau kamu mau"ujar Mertua ku

"apa itu Yah?"tanya ku penasaran

"teman Ayah kan punya perusahaan ekspedisi lagi butuh karyawan di bagian kurir nganter nganter pesanan pelanggan,kamu mau ndak nerima tawaran kerja sebagai kurir,soal gaji lumayan Nak"

Sambil garuk garuk kepala aku bingung memutuskan untuk milih bekerja sebagai kurir atau masih membantu paman,kalau ikut paman kadang uang belum pasti ada sedangkan kerja diperusahaan pasti sudah ada gajinya tiap perbulan.

"gimana Nak?kamu mau ambil ndak?kalau mau mikir mikir dulu boleh ntar kalau udah siap telpon Ayah aja"

"iya Yah entar aku kabarin malam nya soalnya aku mau izin sama paman dulu biar paman cari orang lain untuk membantu beliau"ucapku

"oh yaudah entar kabarin Ayah ya.yaudah Ayah pamit dulu masalahnya masih ada urusan mendadak,salamin sama Aisyah,Bapak dan Ibu yah"

"loh endak mampir dulu to Yah?"

"entar aja kapan kapan Nak,Ayah pamit ya,Assalamu'alaikum"ujar Mertuaku sembari berjalan terburu buru lalu masuk kedalam mobilnya.

15 menit setelah kepergian mertuaku,Aisyah dan Ibu ku pulang dari rumah bibi ku,lalu dengan berjalan tergesa gesa Aisyah mendekati ku seraya berkata

" Mas tadi Ayah ada kerumah yah?aku liat mobilnya lewat tadi masalahnya"ucap Aisyah

"iyah tadi kesini sebentar"jawab ku sembari memasang sepatu bot

"kok tumben enggak nelpon?biasanya kalau apa apa pasti nelpon"

"katanya sih kebetulan lewat sini makanya sekalian mampir dan nawarin aku kerja"

"oh yah?kerja apa Mas?"

"jadi kurir"jawab ku

"kamu ambil ndak?"

"yah rencananya mau aku ambil tapi mau ngomong sama paman dulu,biar paman cari orang yang bisa bantu dia kerja"

"terima ae Le,toh kamu kerja lama di tempat paman mu jarang dapet uang"timpal Ibu

"iya Bu memang mau aku terima tapi masalahnya kan aku ndak punya motor"ujar ku yang masih bingung

"yaudah pake motor ku yang ada dirumah aja Mas"pinta Aisyah

"emang Ayah ndak make itu motor?"tanya ku

"Ayah biasanya kemana mana pasti pake mobil kok Mas,pokoknya ambil aja kerjaan ini Mas supaya kita bisa merencanakan punya dede bayi"ujar Aisyah sembari malu malu menempelkan badannya di lengan ku,sedangkan aku hanya salah tingkah sembari menggaruk kepala

Akhirnya aku pun menyetujui untuk bekerja di perusahaan milik teman Mertuaku karena Aisyah mendukungku begitu pula Ibu,yah meskipun terjadi perdebatan alot dengan paman ku yang akhirnya melepaskan ku dan mau mencari orang lain yang dapat membantu pekerjaanya.

Akhirnya keesokan harinya pagi pagi pagi sekali aku pamit kepada Aisyah untuk kerumah mertua,Aisyah sebenernya mau ikut tapi aku menolaknya akhirnya Aisyah mau mengerti juga,Aisyah lalu mencium tangan ku dan ku balas dengan ciuman di keningnya kemudian Aisyah mendoakan kelancaran ku untuk supaya dimudahkan diterima di perusahaan milik teman Mertua.

Saat sampai dirumah Mertua aku lalu di antar memakai mobil menuju perusahaan milik teman beliau,dan yang membuat ku terkejut adalah perusahaan tersebut ternyata enggak jauh dari kampus Aisyah,bathin kuQuote:"semoga diriku tak menemui lagi dengan yang namanya Rendy"

Saat sampai didepan kantor ekspedisi yang lumayan besar,aku lalu berjalan mengikuti mertuaku dari belakang,kami berjalan hingga sampai di depan ruangan Bos,lalu mertua mengetuk pintunya seraya berucap

"Assalamu'alaikum"sapa Beliau

"wa'alaikumsalam"sahut dari dalam 

Pintu ruangan tersebut lalu dibuka oleh lelaki yang aku taksir umurnya sama dengan Mertuaku,sepertinya mereka memang seperti teman lama dilihat dari gaya bahasanya juga keakraban mereka.

"ini mantumu to"tanya pemilik perusahaan tersebut

"iya kri,Nak Abe kenalin ini Pak Bakri teman Ayah semenjak SD"pinta mertua

"Memang endak salah kamu Man milih mantu yang kelihatannya memang sholeh"ujar Pak Bakri

"iyah Bakri,untuk anak aku,aku memang mengutamakan yang agama dan akhlaqnya baik"sahut mertua

"sayang sekali anak ku yang seumuran dengan mantumu jadi brandalan,coba aja enggak jadi brandal mungkin aku bakal nikahkan dengan anakmu Man"ujar Pak Bakri

"Rendy itu sebenernya baik Bakri,cuman salah bergaul aja"ujar mertua ku

Aku terkejut setelah apa yang barusan Mertuaku bilang,beliau menyebut nama Rendy?apa enggak salah beliau merekomendasikan diriku bekerja di perusahaan milik Ayah Rendy?padahal beliau tau yang membuat aku dan Aisyah pindah dari kota kedesa itu untuk menghindari Rendy,kok sekarang malah didekatkan lagi diriku dengan nya lagi?