Chereads / Wanita Dibalik Cadar / Chapter 21 - Chapter 21

Chapter 21 - Chapter 21

kejadian yang begitu cepat hingga diriku tak menyadari bahwa tubuh ku di bawa oleh beberapa orang, entah aku seperti lupa apa yang sedang terjadi, beberapa orang yang tak ku kenal tersebut lalu menidurkan ku di sebuah tempat tidur, lalu berganti dengan seorang yang berpakaian serba putih mendorong tempat tidur entah menuju kearah mana aku tak mengetahuinya.

pandangan ku menerawang kekanan dan kiri kemudian terhenti saat melihat Rendy dengan wajah khawatirnya sedang memegang tangan ku sembari berkata "Be Lu harus bertahan, Lu pasti bisa, Lu jangan banyak gerak dulu" ujarnya sembari memegang wajahku.

ingin ku jawab namun lidah ku entah seperti berat untuk mengataknnya, tangan ku meraba raba tubuh ku mencari tahu apa yang sedang terjadi dengan tubuhku, ketika menyentuh perut bawahku aku merasakan perih yang teramat sangat, lalu ku lihat seperti basah saat ku lihat tangan ku kenapa basah ternyata bukan basah dari air melainkan DARAH segar yang menempel di telapak tangan ku.

ku teringat terakhir kali ketika berduel dengan mantan teman teman Rendy salah satu dari mereka menusukkan sebuah pisau di bagian perutku sehingga membuat ku tergeletak di jalan tak berdaya,bayang bayang kematian terus melintas di benakku.

tangan Rendy lalu ku genggam dengan tertatih aku berkata "AAA...AAISH...AAIISYYAH"

"Tenangin diri Lu dulu Be, soal Aisyah entar Gua kabari dia, yang penting Lu sekarang Be, Lu harus janji sama Gua kalau Lu harus kuat supaya Aisyah enggak khawatirin keadaan Lu"

"sebenernya bukan itu yang aku maksudkan Ren, yang aku ingin kan agar jangan sampai Aisyah tau tentang kondisiku" jawab ku dalam hati

apa daya lidah ku terasa kelu untuk mengucapkannya ke Rendy, pandangan ku semakin lama semakin kabur, tangan ku tak sanggup lagi aku gerakkan hingga melemas, seperti roh dalam jasadku ingin meronta untuk keluar, dalam hati aku hanya bisa berdoa "Ya ROBB jika kematian adalah kebaikan untuk ku maka segerakan lah, jika Engkau belum mentakdirkan hamba mati maka beri hamba kesempatan untuk hidup untuk beramal kebaikan, hamba malu menghadap Engkau dengan amal sedikit dan membawa dosa yang banyak..."

mata ku terbuka dan melihat disekelilingku seperti sebuah ruangan yang tak bertepi berwarna putih, padahal seingatku aku sedang ada dirumah sakit namun kenapa ruangan yang kini aku lihat tak ada satupun perabotan ataupun alat alat yang ada dirumah sakit dan bahkan aku sendiri bukannya tergeletak di tempat tidur rumah sakit kenapa sekarang aku bisa berdiri?, luka yang ada diperut pun tak lagi kudapati.

dimana sebenarku diriku sekarang?apakah aku sudah mati?, hati ku terus bertanya tanya hingga pandangan ku tiba tiba mendapati seorang perempuan yang berdiri membelakangiku, sepertinya aku sangat mengenalinya dari bentuk tubuh dan rambutnya.

"Aisyah..?" aku mencoba memanggilnya

wanita itu lalu berbalik kearahku, lalu tersenyum kepadaku, senyuman yang sangat aku rindukan ketita menyambutku saat pulang kerja disetiap harinya, lesung pipitnya yang membuatnya begitu cantik ketika saat tersenyum yang terkadang membuatku tak tahan untuk berlama lama pergi dari rumah.

tiba tiba tangannya di julurkan seperti ingin menggapaiku, aku lalu mencoba berjalan mendekatinya sembari ingin memegang tangannya, ketika sudah mendekatinya aku lalu menggenggam tangan lembutnya sembari membalas senyumnya, ku belai wajah halusnya untuk menyembuhkan rasa kerinduan yang ada di hatiku.

"Mas jangan pergi, jangan tinggalin Aisyah Mas" ucapnya

"aku enggak kemana mana sayang, bukankah sekarang aku ada di hadapanmu?" jawabku

"tapi Mas, kamu serasa seperti jauh sekarang bagiku?" sambil terisak menangis di pundakku

tiba tiba pelukan Aisyah lepas dari tubuhku, semakin lama Aisyah semakin menjauh dariku, aku mencoba berlari mengejarnya namun tetap tak bisa malah semakin lama semakin hilang raganya dari pandanganku "Syah...JANGAN TINGGALIN AKU SYAH...!!!" teriakku

diriku terbangun dan kali ini ku lihat ruangan seperti di rumah sakit, dan ku lihat Ayah dan Ibu ada disebelahku sedang tertidur pulas, dalam hati berucap syukur ternyata aku masih di izin kan hidup di dunia, ku lihat saat itu jam dinding menunjukan pukul 02;00 malam, mata ku menerawang disekeliling ruangan tak kudapati Aisyah disampingku, dimana istriku?apakah dia baik baik saja?, kenapa hanya Ayah dan ibu ku saja yang menjenguk ku?, rasa khawatir mulai merasuki pikiranku tentang mimpi yang ku alami barusan.

ingin sekali menggerakkan tubuhku namun sangat sulit dan menyakitkan, selang infus yang terpasang di tangan ku serta perban yang mengelilingi perutku membuatku susah untuk bergerak lelusasa "ARRRGGHHH...." rasa sakit yang tak tertahankan menghinggapi tubuhku sehingga aku kembali tergeletak lemas di tempat tidur rumah sakit.

mendengar teriakanku orang tuaku terbangun lalu mendekatiku seraya berkata "Alhamdulillah kamu sadar Le...kamu ndak apa apa nak?, udah istirahat aja dulu"

"Aisyah mana Yah?, kok endak ada disini?" ujarku

"udah jangan mikir yang lain dulu, yang penting sekarang kondisimu dijaga dulu, kamu belum pulih betul" ujar beliau membujukku

"yah kondisiku sudah baik, aku cuman ingin tau dimana Aisyah sekarang?, kenapa kok enggak sama Ayah dan Ibu disini?"

mereka berdua saling bertatap muka, seperti berat ingin mengatakan sesuatu kepada ku, sikap mereka berdua benar benar membuatku semakin khawatir dengan kabar Aisyah sekarang, tangan Ayahku tiba tiba menggenggamku seraya berkata "sebulan yang lalu semenjak kamu koma,Aisyah....?"

omongan Ayahku tiba tiba terhenti, aku lalu menggenggam tangan beliau dengan sedikit memaksa untuk meneruskan pembicaraannya.

"kenapa berhenti Yah?, Aisyah kenapa?"

pandangan Ayahku kembali melihatku lalu berkata "kamu yang sabar yah Be, istrimu sekarang juga sama lagi dirumah sakit"

"mana Yah?, kalau dia dirumah sakit seharusnya dia menjengukku disini bersama Ayah" ujarku

"tabahkan hatimu Nak, Aisyah sekarang kondisinya koma, kakinya patah setelah kecelakaan yang di alaminya bersama Rendy ketika ingin menjengukmu kesini"

ucapan Ayahku membuatku benar benar shock berat, tak kusangka ternyata kondisinya sama sepertiku, baru saja aku bersyukur atas keselamatan diriku kini kembali sedih mendengar kabar yang tidak baik yang terlontar dari mulut Ayahku, istri yang aku harapkan berada disamping ku kini dirinya tengah koma terbaring dirumah sakit yang sama dimana tempat aku dirawat.