Dengan berat hati akhirnya Balqis harus mengikuti saran dari sang ayah.
Dia membereskan kamarnya lalu memasukkan beberapa baju ke dalam koper.
Ada hati bimbang yang sedang ia rasakan sekarang.
Rasanya tak mau sekali berhadapan dengan pria yang bernama Arnaf itu.
Bukannya tak suka, justru untuk saat ini dia tak mau berdekatan dengan seorang pria.
"Biar aku bantu?" tawar Alya.
"Engga apa-apa. Biar aku aja."
"Kenapa bawa barangnya cuma sedikit?"
"Aku di sana mau sebentar, Ya. Enggak kan lama-lama."
"Kamu nggak bisa gitu lho. Kamu harus lama di sana. Kasihan orang tua kamu kalau kamu kesananya cuma sebentar. Denger sini, Qis." seru Alya. "Di sana itu kampung kelahiran kamu. Kamu lahir di sana dan nggak ada yang bisa misahin kamu dari kerinduan tempat sana. Aku yakin kamu pasti rindu banget pengen cepet-cepet ke sana kan?"