Willy melamarku setahun yang lalu saat kami merayakan hari jadi kami yang ke 6. Saat itu, Willy mengajakku untuk makan malam mewah disebuah restoran yang berada disalah satu hotel bintang 5 yang terkenal di Jakarta. Saat itu merupakan hal yang paling membahagiakan untukku, aku tidak pernah menyangka kalau aku akan bisa sampai tahap pernikahan dengan Willy.
Willy adalah seorang pria yang manis dan romantis, selama 6 tahun berpacaran dengannya, tidak pernah sekalipun dia marah padaku. Aku mengenalnya saat aku sedang bekerja sebagai SPG di sebuah pameran otomotif. Waktu itu, dia sedang melihat-lihat pameran bersama beberapa sahabatnya, dan tidak kusangka beberapa hari kemudian dia kembali datang sendirian ke pameran hanya untuk meminta nomor ponselku. Dia bilang kalau dia ingin sekali meminta nomor ponselku dikunjungan pamerannya yang pertama, namun dia terlalu malu saat itu karena banyak teman-temannya.
Sejak itu, kami rutin berkomunikasi, berbagi cerita ataupun hanya sekedar menanyakan kabar. Dia bekerja sebagai seorang IT di perusahaan komunikasi dan merupakan lulusan S2 universitas yang cukup terkemuka di Indonesia. Benar-benar berbanding terbalik denganku yang hanya bekerja sebagai seorang SPG, atau terkadang aku bekerja paruh waktu sebagai seorang pelayan direstoran cepat saji, dan juga aku hanya seorang lulusan SMA. Jujur saja, berteman dengannya membuatku minder. Perbedaan yang terlalu besar diantara kami membuatku awalnya menjaga jarak. Aku tidak ingin merusak kredibilitas cowok itu dengan berada disekitarnya, apalagi teman-temannya juga merupakan orang yang memiliki derajat dan status yang sama sepertinya.
Tapi, Willy memintaku untuk tidak malu dengan pekerjaanku pun dengan statusku yang kini seorang yatim piatu. Dia dengan tulus berteman denganku. Sejak itu, kami sering bertemu apabila aku sedang libur. Kadang pula dia datang ke tempatku bekerja hanya untuk mengantarku pulang. Tanpa terasa kami bertambah dekat, dan itu terjadi selama kurang lebih 6 bulan. Dipenghujung tahun, Willy menyatakan cintanya, dia bilang kalau dia benar-benar mencintaiku dan ingin menjaga serta melindungiku, kata-katanya terdengar klise, tapi dia membuktikannya dengan 6 tahun kebersamaan kami.
Hubungan 6 tahun kami bukannya tanpa halangan. Mama Willy sangat menentang hubungan kami. Beliau sangat marah saat Willy membawaku bertemu dengan keluarganya untuk pertama kalinya. Meski sudah memakai pakaian terbaikku diacara itu, tapi tetap saja aku hanyalah seorang itik buruk rupa di tengah kawanan angsa. Meski tidak dipermalukan didepan umum, namun mendengar mama Willy berbicara tentang perbedaan status kami, benar-benar membuatku sakit hati. Willy saat itu sangat marah pada mamanya, dia juga berusaha menenangkan aku dan berkata kalau dia akan mengatasi semuanya. Dia berharap kalau aku tidak akan mundur hanya karena ini.
Aku memandang kembali cincin yang melingkar dijari manisku. Itu adalah cincin lamaran pemberian Willy dan merupakan cincin bukti keseriusan Willy.
Sambil mengamati langit-langit kamar aku mengingat-ingat kembali percakapanku dengannya tadi dimana dia memintaku berhenti bekerja untuk yang kesekian kalinya, dan rasanya aku memang harus mempertimbangkannya. Selalu membantah dan menolak permintaan Willy-pun aku rasa tidak baik untukku, pria itu selalu menuruti keinginanku dan tidak pernah menolak, jadi kali ini aku ingin menurut pada Willy, apalagi kami akan segera menikah.
"Mungkin aku bisa berhenti akhir bulan ini." pikirku. Setelah itu aku bisa fokus untuk mengurus pernikahan yang sudah didepan mata. Aku tersenyum, Willy pasti akan senang mendengar aku akan berhenti bekerja.