Chandra benar-benar tidak habis pikir kenapa Sherly melarangnya mengatakan tentang penyakitnya pada Willy. Apa karena mereka sebentar lagi akan menikah? Tapi, ini adalah hal yang begitu penting untuk Willy ketahui. Tidak mungkin Willy menikahi gadis itu tanpa mengetahui kalau calon istrinya itu sedang sakit keras.
Chandra menuju lift untuk menemui Raka yang saat itu sedang bertugas di IGD. Namun langkahnya terhenti tatkala dia melihat sosok pria yang dikenalnya dengan baik saat ini sedang berdiri di depan lift yang sama dengannya. Kak Yandi. Dada Chandra berdebar kencang. Kak Yandi adalah kakak Yunita, calon istrinya yang waktu itu meninggalkannya dihari pernikahan hanya dengan sepucuk surat singkat berisi permintaan maaf. Sejak kejadian itu, dia belum pernah sekalipun menemui keluarga Nita. Keluarga Nita-pun tidak pernah datang untuk menemui keluarganya dan memberikan penjelasan. Mereka bungkam dan akhirnya semua berakhir begitu saja tanpa kejelasan.
Yandi menoleh kearah Chandra yang sedang berdiri terpaku tidak jauh dari tempatnya berdiri.
"Ah."
Chandra menganggukkan kepalanya. Sambil mengepalkan tangannya, dia berusaha tersenyum. Yandi ikut tersenyum. Chandra yang tadinya berniat masuk kedalam lift akhirnya terus berjalan melewati Yandi menuju keruangan lain dari sisi rumah sakit. Sepertinya dia tidak akan sanggup jika harus berada satu lift yang sama dengan Yandi.
Mata Yandi mengikuti langkah Chandra yang berjalan menjauh darinya, dia lalu memanggilnya.
"Chan, apa kamu punya waktu?"
Chandra menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Yandi.
"Bisa kita mengobrol sebentar?"
Mereka berdua berdiri menatap kearah taman rumah sakit yang kini sedang ramai. Chandra berdiri agak menjauh dari Yandi seolah menjaga jarak. Hening sejenak diantara mereka.
"Sudah lama, ya? Bagaimana kabarmu sekarang?" tanya Yandi kemudian.
"Saya baik-baik saja. Bagaimana kabar tante?" Chandra bertanya balik. Dia ingin sekali bertanya tentang kabar Yunita sekarang, apakah wanita jahat itu hidup dengan baik dan bahagia setelah meninggalkannya begitu saja dihari pernikahan mereka? Tapi, dia mengurungkan niatnya itu, dan pada akhirnya dia hanya bisa menanyakan kabar mama Yunita.
"Mama baik. Walau sekarang sering sakit karena sudah usia tua."
Chandra hanya mengangguk-angguk.
"Apa yang sedang kakak lakukan disini?" tanya Chandra akhirnya.
"Oh, Istriku baru saja melahirkan anak kedua kami, dan aku mau pulang untuk mengambil beberapa keperluan yang tertinggal," jawab Yandi.
"Ah, benarkah? Selamat atas kelahiran anak keduamu, kak," kata Chandra tulus.
Yandi tersenyum. "Terima kasih."
Hening lagi. Tiba-tiba saja terdengar bunyi handphone dan itu asalnya dari saku celana Yandi. Chandra melihat Yandi mengangkat panggilan masuk itu dan pria itu terlihat terburu-buru.
"Ah, aku harus pergi sekarang," kata Yandi.
Chandra mengangguk, Yandi terlihat berbalik menuju ke arah lift tapi kemudian langkahnya terhenti saat dia mendengar Chandra kembali memanggilnya. Yandi menoleh dan menatap Chandra yang terlihat gusar dan kini mengepalkan tangannya dengan kencang. Sekarang atau tidak sama sekali, batinnya.
"Kak, maaf saya menahanmu. Tetapi saya benar-benar ingin tahu bagaimana kabar Yunita? Apa dia hidup dengan bahagia sekarang?" tanya Chandra kemudian. "tanpa aku." lanjutnya dalam hati.
Selama ini pikiran-pikiran buruk selalu menghantuinya, dia memikirkan berbagai kemungkinan kenapa Yunita tega meninggalkannya begitu saja setelah menjalin kasih selama 4 tahun, dan mau dipikirkan bagaimana-pun, Chandra tidak dapat menemukan jawabannya. Selama ini Chandra berpikir kalau dia sudah menjadi memperlakukan Yunita dengan baik dan memberikan segalanya kepada wanita itu. Atau ternyata semua yang dia berikan pada Yunita kurang?
"Aku ingin tahu jawabannya, aku tidak ingin terus bermimpi buruk tentang hari itu." pikir Chandra.
Yandi menatap Chandra, dia tidak kaget sama sekali mendengar Chandra akhirnya menanyakan perihal adiknya itu.
"Apa kamu membenci Yunita?" tanya Yandi tiba-tiba. Pertanyaan yang sungguh diluar dugaan. Chandra bingung harus menjawab apa, apa dia benar-benar membenci Yunita atau hanya kecewa?
"Saya...,"
Yandi tersenyum. "Wajar untukmu membencinya atas hal buruk yang sudah dia lakukan padamu."
Yandi terdiam sejenak. Lalu menatap Chandra dengan raut yang tidak dapat ditebak.
"Sekarang dia sudah hidup dengan bahagia di surga."
Chandra menatap dengan wajah tidak percaya.
"Kakak pasti sedang bercanda?"
Yandi cuma tersenyum dan menepuk pundak Chandra. "Aku tahu kalau selama ini kamu pasti hidup dengan membencinya. Ditinggalkan tanpa alasan dihari pernikahan bukanlah sesuatu yang mudah untuk dimaafkan."
Yandi terdiam sejenak. "Dia sakit. Dia menahannya sendirian selama ini. Kamu pasti mengenal Yunita dengan baik, dia menyembunyikannya sebaik itu dari kamu dan kami semua. Kami-pun mengetahuinya dimalam sebelum pernikahan kalian, saat itu dia tiba-tiba saja pingsan dan saat kami membawanya kerumah sakit, dokter bilang sudah terlambat. Yunita juga tahu kalau waktunya tidak banyak, makanya di sisa kesadarannya malam itu sebelum koma, dia menitipkan surat yang sudah dia tulis kepada kami. Surat permintaan maaf karena tidak bisa menikahimu."
"Yunita, meminta kami untuk tidak memberitahu siapapun termasuk kamu. Dia ingin kamu terus hidup dengan kenyataan bahwa kamu dicampakkan karena itu akan lebih mudah bagimu untuk melupakannya. Dia bilang kalau kamu harus hidup dengan bahagia," kata Yandi. Chandra terhenyak.
"Kakak pasti berbohong'kan?"
"Aku juga berharap semua yang aku katakan sekarang adalah kebohongan."
Chandra menggigit bibirnya.
"Kenapa? Kenapa baru sekarang kakak mengatakan yang sebenarnya?" Chandra benar-benar tidak bisa menyembunyikan rasa marahnya.
"Karena sudah 2 tahun berlalu, dan aku rasa kamu sudah bisa menerimanya sekarang. Maaf karena terlambat memberitahukannya padamu," Yandi menundukkan kepalanya lalu berbalik dan kembali berhenti setelah berjalan cukup jauh.
"Kamu tahu? Kamulah penyesalan terbesar Yunita sebelum dia meninggalkan dunia ini. Dia benar-benar ingin menikah denganmu tapi semesta tidak mengijinkan kalian bersama. Sesekali tengoklah Yunita, dia dimakamkan disamping makam papa kami." lanjutnya lalu memasuki lift yang kebetulan terbuka dan menghilang disana meninggalkan Chandra yang wajahnya pucat pasi setelah tertampar kenyataan yang menyakitkan tentang mantan calon istrinya yang selama 2 tahun ini dia benci.